UPDATE SETIAP JUMAT
Seperti biasa, enggak perlu maksain vote atau komen, ya. Santai. Yang aku minta kalian baca dan nikmati cerita ini. Itu aja.
Kuluangkan waktu untuk nulis agak lama hari ini. Part ini jumlah katanya lebih dari 2000, bonus untuk pembaca setia.
Ada yang aneh.
Eren Jaeger merasakan kelegaan luar biasa saat bangun pagi. Rasa lega yang sama pernah ia rasakan setelah berjuang melawan demam tinggi semalaman, atau saat menyelesaikan ujian akhir semester yang menyeramkan.
Ini malam eliminasi, tetapi Eren malah merasakan lega. Pertanda baik. Mungkin memang hanya rasa dan sikap positif yang dapat menolongnya saat ini. Apa pun yang terjadi malam ini, ia hadapi. Percaya pada Rivaille. Percaya pada kemampuannya sendiri. Ia akan memenangkan kompetisi ini.
Di sisi lain, Jean Kirstein sebaliknya. Kata Hitch, semalam lelaki itu jatuh berguling dari ranjang sebanyak dua kali. Ia bermimpi buruk, merintihkan nama juri satu per satu. Oh, jangan Miss Nifa, aku masih ingin berada di kompetisi ini! Oh, kumohon Sir Rivaille, jangan beri aku nilai di bawah 5. Kau menggenggam nyawaku! Tidak, tidak aku tidak mau pulang. Argh ....
Jean menatap Eren dengan muka merah di meja makan. "Apa? Kenapa senyum-senyum seperti itu?"
Eren menatap sepiring telur dan hamnya sembari mendengus. "Abaikan aku, Muka Kuda."
"Kau tidak takut?"
Eren mengangkat bahu. "Sedikit. Aku tidak terlalu takut."
"Kau sudah menyerah dengan kompetisi ini." Suara seorang perempuan menimpali. Ymir.
"Tidak," jawab Eren tegas. "Aku tidak menyerah. Sebaliknya, aku merasa segalanya akan baik-baik saja. Mungkin ini pertanda aku akan mendapat best photo."
"Oh? Kurasa kau pun akan memenangkan kompetisi ini. Kau pemeran utama drama ini." Ymir melemparkan tatapan mencemooh.
"Aku tidak peduli kau cemburu dengan prestasi atau sikap positifku," ujar Eren.
"Kami bukan musuhmu, dasar bodoh," Jean membela Ymir.
"Aku mengutip perkataanmu pada awal kompetisi ini, Muka Kuda. Semua yang ada di dalam kompetisi ini musuh. Akui saja. Tidak satu pun di antara kalian senang jika aku mendapatkan best photo malam ini. Benar, kan? Kita ingin menang sendiri dan menjatuhkan yang lainnya."
"Kau benar!" Jean mengakui. "Aku ingin menjatuhkanmu, menjatuhkan Ymir, siapa pun di kompetisi ini dan menang sendiri, tapi dibandingkan aku, ular-ular licik yang ada di sana lebih senang menjatuhkanmu."
Tak jauh darinya, Annie, Reiner, dan Bertholdt duduk dalam satu meja. Bertholdt melahap pasta kepitingnya cukup tergesa pagi ini, kelihatan tegang menghadapi malam eliminasi.
Sadar Eren tengah menatap ke arahnya, Annie mengambil serbet. Serbet itu ia bawa ke sudut mulut Bertholdt.
Belum pernah Eren melihat wajah seorang lelaki semerah itu. Wajah Bertholdt lebih merah ketimbang daging kepiting di piringnya. Ia terbatuk dan meringkuk. Reiner menepuk pundaknya. Annie tampak merasa bersalah.
Eren memutar mata. "Aku tahu, tapi apa bedanya kau dengan mereka? Kita lawan. Sebaiknya, kita berjuang sendiri-sendiri selama masih berada di kompetisi ini."
"Baiklah kalau begitu. Selamat mendapat best photo terbaikmu itu malam ini." Ymir membawa segelas jeruknya dan meninggalkan meja.
Setelah Ymir pergi, hanya ada Eren dan Jean di meja. Untuk sesaat, tak ada yang berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...