Chapter 34.4

5.2K 800 297
                                    

Siapa yang belum follow aku di Twitter? @RayyanNareswara

Gak perlu vote & komen. Selamat membaca. Support HAUTE dengan cara share fanfiksi ini ke teman-teman penyuka RivaEre.

Aku belum sanggup nulis panjang-panjang sesuai keinginan kalian, mohon maaf. Maksimal 2000 kata aja. Yang penting maju terus.

Kalau enggak puas dengan update HAUTE yang pendek-pendek, dan pengen baca chapter yang lebih panjang, bacanya entar aja kalau udah terkumpul banyak chapter. Nikmati prosesnya, sebelum cerita ini tamat!




Eren masuk ke dalam kamar dan meletakkan ransel.

Di hadapan Rivaille, ia tiba-tiba membuka bajunya.

" .... "

Rokok terjatuh dari bibir Rivaille.

Hening sebentar. Mata Eren yang tajam mengikuti pergerakan rokok jatuh itu. Rivaille berdecih, menggencet rokok di lantai dengan sepatunya, lalu melemparkannya ke keranjang sampah.

Juru kamera yang menangkap kejadian itu tak paham mengapa Rivaille berdecih. Apakah karena rokoknya terjatuh atau karena pria itu terkejut melihat sesuatu?

Eren masih terus menatap, seolah memergoki kecanggungan Rivaille secara telanjang. Bedebah! Dalam hati Rivaille memaki. Seumur-umur ia tak pernah menjatuhkan rokok dari bibirnya. Ia tak pernah terlihat canggung, bahkan ketika Kenny memintanya berlari ke seluruh taman kanak-kanak dengan mengenakan celana dalam di atas kepala.

Setelah diam beberapa saat, Eren kembali memalingkan mata. Ia sudah bertelanjang dada. Otot dada berbalut kulit cokelat yang sudah terbentuk lebih kasar, pinggang yang sempit dengan perut berlekuk. Namun, Eren belum puas memamerkan otot tubuh bagian atas. Tiba-tiba model bedebah ini membungkuk untuk menurunkan celana—

Jika diteruskan, barangkali Rivaille akan menjatuhkan otaknya juga. Ia menyambar, "Oi, Eren, kau mau apa?"

Eren berhenti menurunkan celana, sudah separuh jalan, menatap tanpa dosa. "Berfoto untuk challenge?"

"Foto seperti apa yang kauinginkan?"

"Foto seperti ini." Eren menjatuhkan celananya ke lantai, lalu berjalan memunggungi Rivaille.

Rambut Eren hitam, panjangnya nyaris sebahu, yang ia ikat bergaya manbun. Rivaille mengawasi leher yang kelihatan lebih jenjang daripada biasanya. Pandangannya turun ke bawah, pada punggung landai yang sedikit berlekuk dengan garis menuju tulang ekor.

Rivaille berusaha agar tidak mengamati terlalu lama bentukan pipi bokong di bawah sana (yang terlihat bulat karena otot) ... ah, tetapi persetan dengan moral. Rivaille harus melihat karena sudah menjadi tugasnya. Ia melangkah ke depan, mengikuti ke mana Eren menggiringnya.

Ke depan sebuah cermin besar.

Eren berhenti di depan cermin itu. Telapak tangan bersandar pada permukaan kacanya, dan sepasang mata jernih menatap ke dalam cermin. Mata itu menghunjam wajahnya sendiri. Rivaille termenung, terpikat oleh warna hijau yang bergelimun cahaya dari bola mata itu. Namun, saat ini terasa berbeda. Di depan cermin itu Eren sedang menatap pada dirinya sendiri, dan Rivaille merasa mata itu begitu jauh.

Ia tak bisa meminta Eren Jaeger untuk berfokus hanya padanya.

"Eren? Kuberi kau waktu sejam untuk bersolek di depan cermin sampai kau puas. Aku keluar dulu."

Melalui cermin, sepasang mata hijau itu berpindah fokus pada Rivaille.

Tatapannya intens. Rivaille membiarkan dirinya kehilangan kata-kata karena ditatap tiba-tiba.

HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang