Tolong baca notes dariku di chapter 32.8 ya!!!
HAUTE UPDATE RUTIN SETIAP JUMAT
Happy reading. Kalian enggak perlu memaksakan klik vote atau comment ya, Guys. Baca HAUTE dengan santai, dukung doa aja aku supaya bisa lancar menamatkan cerita ini atau bisa update tepat waktu, dan selamat bersenang-senang.
Eren membenci rasa takut di tengah pemotretan.
Ia sering merasa takut, dulu sekali, ketika Rivaille memotretnya saat audisi pertama kali. Ia takut bergaya. Ia takut menatap kamera Rivaille. Ia takut puntung rokok Rivaille terbang menancap di putingnya (karena bagian tubuhnya itu dipelototi terlalu sering). Eren takut banyak hal.
Rasa takut itu muncul karena ia masih terlalu hijau. Perlahan menghilang setelah ia terbiasa menajamkan mata ke arah kamera. Kalau kau bingung bagaimana rasanya, bayangkanlah rasa takut menjelang malam pertama. Yeah, menurut Eren rasa takutnya tak jauh berbeda.
Eren pikir ia tak mungkin lagi merasakan momen-momen autisme para model pemula ini. Ia sombong karena telah mendapatkan hati sang fotografer fashion kelas tinggi ini dan mampu menghadiri Met Gala sebagai rising model.
Sekarang, di antara tiga model Kings, di hadapan tim MNTM dan Rivaille sang juri—Ia takut.
Takut.
....
Drektitude.
Eren menelan ludah, tak henti mengusap pelipis. Udara tidak panas, tetapi peluh Eren deras. Penata rias genit menghampirinya dengan tisu.
"Oke, jeda sebentar," Rivaille mengumumkan, balik badan. "Kita lanjutkan setelah kalian retouch. Ingat, model yang tidak bisa fokus mendengarkan instruksiku, silakan mundur. Asal kalian tahu saja. Aku belum mendapatkan satu pun foto bagus dari kalian berempat."
Hitch, Reiner, dan Bertholdt meneguk ludah bersamaan. Eren menghela napas, tetapi mengangguk cepat-cepat. Hanya ia yang barusan berteriak penuh semangat, "Yessir!"
Annie turun dari tanjakan di ujung sana, membawa sebuah termos keperakan. Gadis itu mendekat kepada Eren untuk menyerahkan termos.
Namun, Annie berbelok sengaja. Ia serahkan termos itu kepada Bertholdt.
Bertholdt mendelik. "A-Annie?"
"Untukmu, terimalah." Annie menyodorkan termos itu. "Kau sudah berfoto dengan sangat bagus. Semangatlah," ucap Annie dengan suara terendah, tetapi masih bisa ditangkap jelas oleh Eren di sampingnya.
Reiner berdeham-deham dari belakang.
Ketegangan di wajah Bertholdt sebelumnya mencair. Ia tiba-tiba saja seperti mendapat suntikan bahagia. "Syukurlah. Terima kasih banyak, Annie! Aku akan berusaha lebih keras untukmu setelah ini."
Annie menyelipkan helai rambutnya di balik telinga. Matanya melirik sedikit ke arah Eren. "Sama-sama."
Jean bersiul dari jauh. "Wow, senang sekali jika kau punya kekasih di kompetisi ini. Haus sedikit saja, ada yang mau mengambilkan minum! Aku juga ingin seperti itu!"
Hitch menyeringai. "Kau cemburu ingin juga, Muka Kuda? Kenapa tidak kauambilkan termos untuk Eren? Cepatlah selagi ada kesempatan."
Jean memerah. "A-Apa katamu barusan?!"
Cuek, Eren memutar mata. Diam-diam ia melirik ke arah Rivaille.
Rivaille sedang memunggungi, mengambil termos teh hitam. Kemeja Rivaille basah oleh keringat. Bukan hanya para model yang bekerja keras, kekasihnya pun berusaha agar ia bisa membuat foto terbaik. Ah, andaikan mereka tidak sedang berada di kompetisi, Eren ingin mengambilkan termos itu untuk Rivaille, mengusap keningnya yang berpeluh. Apakah Rivaille pun mau mengambilkan termos minum untuknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...