Selamat menikmati bab 33.7 HAUTE. Seperti biasa, enggak perlu vote atau comment, just read it and enjoy ... and share cerita ini ke teman-teman kamu yang suka RivaEre di luar sana.
"Bocah-bocah, apa yang baru saja kalian katakan?"
Di telinga Reiner dan Bertholdt, suara itu terdengar tajam menyayat.
Untuk beberapa saat, mereka harus mengumpulkan tenaga untuk menoleh.
Tak ada jawaban.
Rivaille berdiri menghadap mereka dengan latar belakang para kru televisi yang sibuk menyiapkan lampu. Suara berisik di sekitar tak bisa meredam tanya bernada bariton. Puntung rokok terjepit di antara jari Rivaille, patah menjadi dua saat ia berjalan mendekat.
Ketiganya saling tatap dengan rahang mengeras.
Rivaille menggeser kursi agar ia bisa duduk di hadapan mereka. "Waktuku tak banyak dan aku tak perlu mengulangi pernyataanku."
Bertholdt melirik cemas ke arah rekannya. Reiner masih diam.
Rivaille mengikuti lirikan mata itu. "Baiklah, aku yang mengulangi. Jadi, kalian adalah bocah-bocah bedebah kurang kerjaan yang mengunci pintu kamar mandi sialan di Met Gala."
"Aku tidak melakukannya," Reiner membantah secara jujur.
Bertholdt tercekik. "A-Aku—"
"Bert pun tidak melakukan itu," Reiner menimpali dengan berani. Nada beraninya sedikit bergetar di akhir kalimat.
Bertholdt mendelik ngeri.
Orang bodoh pun tahu ia sedang berbohong.
Rivaille kehilangan kata-kata untuk beberapa saat. Ia mengunci kedua model dengan pandangan datar yang tenang, tetapi membekukan.
Bertholdt tertunduk, tak berani membalas pandang.
Sebaliknya, Reiner membalas pandang sembari memenuhi kepalanya dengan sugesti aneh. Bahwa mereka pihak yang benar. Bahwa tak ada yang salah baik dari perbuatan maupun kebohongan putihnya. Ia tak perlu menakuti Rivaille atau siapa pun. Ia tak perlu merasa tertekan.
Beberapa detik berlalu setelah keheningan, Rivaille mengeraskan rahang. Jemari pucatnya meremas pinggiran meja dapur, seolah-olah ia sedang menahan diri untuk tidak mengangkat tangan, menampari bokong bocah-bocah pembohong.
"Kenapa kalian melakukan itu?" tanya Rivaille parau.
Bertholdt terdesak. "A-Aku tidak bermaksud—"
"Maaf, Sir," Reiner memotong apa pun perkataan Berholdt, "Sir Rivaille, katakan ... jika memang benar kami melakukan itu, lalu kenapa? Apa kau akan mengurangi nilai kami pada malam eliminasi berikutnya?"
Jeda.
Reiner tidak mau berhenti bicara setelah ia berhasil meyakinkan diri: mereka yang benar.
"Sir Rivaille, kupikir ini bukan rahasia, bukankah begitu? Bahwa kau pernah memberikan penilaian yang tidak fair kepada salah satu model yang sudah tereliminasi. Ini membuatku takut ... apakah kau akan melakukan hal yang sama kepada kami?"
Seandainya Bertholdt berani mendongak, ia mungkin akan kehilangan napasnya. Pandangan mata Rivaille saat ini mampu menyayat. Ia selalu bisa membuat setiap modelnya mematung berkeringat dingin, bahkan tanpa kamera.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
Fiksi PenggemarFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...