Apa kabar?
Stay happy semuanya :)
Aku cuma bisa menghibur kalian dengan kelanjutan ceritaku.
-Ra
Semenit sebelum tampil untuk challenge, keempat model diminta berkumpul di tenda untuk sekali lagi diperiksa pakaian dan riasannya.
Penata rias menepuk sedikit keringat yang membuat kening Jean lembap. Sial. Jean tahu jantungnya berdebar keras. Telapak tangannya dingin dan sebelum tampil ia sudah berkeringat.
Di luar sana terdengar hiruk pikuk penonton bayaran. Mereka akan melakukan runway melintasi karpet zebra cross diringi seru-seruan. Jean tak tahu apakah ia bisa fokus melangkah di tengah keributan. Belum lagi ada juri seram yang menyambut mereka di ujung lintasan.
"Kita akan memenangkan ini, Annie!" Reiner tampak sangat bersemangat.
Annie tersenyum mengangguk.
Reiner dan Annie menjadi grup yang tampil pertama. Reiner mengadu kepalan tinjunya dengan Annie sesaat sebelum kru MNTM meminta mereka keluar tenda.
Jean duduk di dalam tenda sembari telinganya menangkap betapa berisik jeritan penonton di luar sana. Musik runway untuk Reiner dan Annie sudah dimulai. Kedua model sudah melangkah sekarang. Layar televisi di dalam tenda memperlihatkan siaran langsung Reiner dan Annie yang berjalan runway.
Pada saat seperti ini Jean memilih untuk tidak melihat televisi. Mentalnya mungkin jatuh jika ia melihat betapa sempurna cara Annie dan Reiner berjalan. Betapa kaki dan tangan mereka mengayun penuh sinkronisasi seolah diciptakan setubuh. Twins runway sempurna.
Di sisi lain, Eren fokus menonton grup lawan sedang berjalan. Jean mengernyit. Apakah hanya ia di sini yang merasa demam panggung? Apakah cuma Jean yang panik karena ada kemungkinan mereka akan kalah?
Saat Jean sibuk memelototi punggung Eren, tiba-tiba model bermata hijau itu menoleh padanya.
Jean refleks menjatuhkan pandangannya ke samping.
Eren duduk di samping Jean.
Jean memilih berdiri. Mungkin ada baiknya ia melakukan perenggangan agar tidak terlalu kaku.
Eren ikut beranjak dari kursi, berdiri di sebelah Jean.
Mau apa dia? Jean melirik ke samping.
Eren sedang menatapnya intens, berkata, "Sori, Jean."
"Apa ...?"
"Aku hanya ingin minta maaf karena latihan kita tidak berjalan cukup lancar, tidak seperti mereka." Eren mengalihkan pandangannya kembali ke televisi. "Mereka tampil bagus."
Jean menghela napas berat. Yeah, mereka memang sangat bagus.
"Tapi kita akan tampil lebih bagus dari mereka," kata Eren. "Kau tak percaya? Kita akan menang," tambah Eren.
"Ya—tentu saja." Jean menelan ludah. "Kita harus menang."
Eren mengangguk, menyodorkan tangannya. "Kita berjuang bersama."
Meski nada minta maaf Eren tidak terdengar tulus, Jean tahu tak ada gunanya mereka meneruskan pertengkaran ini. Tak ada gunanya pula mereka berbaikan pada menit-menit terakhir sebelum tampil. Ya, sudahlah. Jean menjabat tangan Eren dengan sedikit menamparkan telapak tangannya agar lebih bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...