Chapter 31.7

5.8K 917 121
                                    




Pagi itu, telepon kamar hotel berdering membangunkan. Eren bangun dengan kepala berdenyut kencang. Matanya lengket tak mau dibuka seperti bengkak meradang.

Eren pikir ia hanya tidur selama sejam. Meski tak ada Jean atau siapa pun yang menguasai ranjang di sampingnya, ia tak bisa tidur nyenyak semalaman.

Ia bermimpi konyol.

Ia bermimpi tengah berkencan dengan Rivaille di sebuah danau yang luas (yang saat dilihat kembali, danaunya tidak terdiri dari air, melainkan hanya pasir). Rivaille terus mendayung pasir itu, membikin debu yang membuat mata Eren berair dan hidungnya gatal bersin-bersin.

Tinggi badan Rivaille menyusut di mimpi itu, menjadi sekecil kurcaci. Atau mungkin Eren yang memanjang seperti raksasa gergasi. Yang pasti, ia harus selalu tertunduk jika ingin menatap Rivaille. Mereka juga tidak bisa berciuman jika Eren tidak membungkuk dan menungging terlebih dahulu. Ajaib, Rivaille masih bisa perkasa walaupun secebol itu.

Tiba-tiba saja Rivaille menghilang dari perahu. Rivaille sudah berpindah ke perahu lain, yang lebih kecil, semakin mengecil saat pria itu melaju menuju matahari terbenam. Eren tak bisa mengejar, bahkan tak bisa melihatnya. Rivaille menyusut sekecil ibu jari kaki. Eren memanggil, Rivaille menoleh, tetapi suara pria itu terdengar sekecil semut (ya, di dalam mimpi, Eren merasa sangat pintar sehingga ia mengetahui bagaimana suara semut!). Eren terus mencari, menggali pasir yang ia anggap air danau. Di bawah pasir itu, ia menemukan sebuah kotak berisi cincin emas.

Entah bagaimana Eren merasa sangat yakin bahwa cincin emas tersebut pemberian Rivaille. Saking senangnya, Eren langsung memakai sendiri cincin itu ke jari manis. "Levi, kau melamarku? Aku tahu! Terima kasih, Levi!". Selagi terus mencari keberadaan pria itu, Eren membayangkan hadiah kemenangan dari MNTM. Ia ingin mengajak Rivaille berbulan madu di Bali, di negara Endonesa atau Indonesia dan menghabiskan uang hadiahnya berdua saja.

Di ujung danau pasir itu, Annie tiba-tiba muncul. Annie, sahabat baiknya, bersama sahabat-sahabat terbaik lainnya-Bertholdt dan Reiner. Ketiganya tersenyum. Eren sadar bahwa tak ada hal yang lebih membahagiakan saat ini selain mendapat dukungan dari para sahabat. Namun, ada yang aneh. Reiner dan Bertholdt mengenakan setelan jas putih. Annie mengenakan gaun pengantin. Ketiganya berdiri di atas gundukan uang hadiah pemenang MNTM.

Eren mendelik. "Kenapa kalian berdiri di atas uang hadiahku?! Aku pemenang MNTM musim ini!"

"Kenapa?" Annie masih tersenyum, tetapi suaranya sedingin es. "Bukankah uang ini untuk pernikahan kita?"

"Pernikahan siapa-"

Annie memperlihatkan cincin di jari manis. Cincin yang sama dengan yang Eren kenakan. "Kita memakai cincin yang sama. Kita akan menikah hari ini."

"Tunggu-cincin ini pemberian Sir Rivaille-"

"Apa?"

Ada banyak orang yang menyebut "Apa?" barusan. Orang-orang ini-ada Paman Hannes, Ayah, Ibu, Jean, teman-teman di agensi, teman-teman di sekolah. Seluruhnya mendengar dan terkejut. Namun, tak ada Mikasa dan Armin di antara mereka.

Ibunya-Carla mematung di tempat. "Eren, Nak? Apa yang kaubilang barusan?"

"Tidak-tidak-tidak!" Eren bergeleng kuat-kuat. "Kalian salah mendengar!"

Jean mendelik jijik. "Eren, jadi ternyata kau ini-"

"Tidak-tidak-tidak!"

"Eren, kudengar kau sudah punya pacar di Mitras. Kau membuat bangga orang tuamu! Apakah pacarmu adalah gadis ini? Dia cantik sekali!"

HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang