Dia bernama Levi Ackerman. Dekat di hati. Right in the kokoro. Lihat punggungnya berkeringat. Punggung itu melengkung, terdiri dari serat, otot, titik-titik peluh. Berapa kilogram, berapa ton beban yang dipikulnya. Dia ada di sini setelah menempuh perjalanan panjang, dua kali masa Eren, dua kali kegalauan. Bagaimana kisahmu, Levi Ackerman?
Gelap dan panjang, lorong itu berbunyi ngeri. Bunyi himbauan menulikan saat kereta berhenti, tapi selalu tiba-tiba–karena dia terlalu asik bermain HP ketimbang toleh kanan-kiri. Mengintip ujung lorong, terbersit adegan berdarah sainsfiksi. Tertabrak kereta bawah tanah pasti mati, maka tetaplah berdiri di belakang garis. Jangan lewat garis! Seperti kata Keisha: model dilarang keras melewati garis lantai saat latihan melangkah lurus. Seperti kata Ibu: Taboo berbahaya adalah jatuh cinta kepada vampir seperti sinetron Tujuh Lelaki Senja.
Kereta itu datang, dan mau tidak mau garis harus dilangkahi. Arungi lorong gelap menuju Trost Theme Park. Dia duduk berdesakan di kereta. Wagon-wagon berat mengiringi punggungnya seperti rangkaian dosa. Makin cepat gerbong depan berlari, makin gegas gerbong belakang mengejar.
Setiap detik berlalu, dadanya ngilu dirajam galau. Sakit remaja puber, penuh bisikan sumpah serapah, setiap makian diakhiri dengan nama Rivaille.
Dia remaja menyebalkan dan membuatmu (dan Rivaille) gemas, tapi tolong dengarkan tutur hatinya.
Eren tidak punya histori jatuh cinta seperti kisah irisan kehidupan dalam novel Sup Ayam. Dia menyukai gadis berkacamata di sekolah dasar karena si gadis pintar menggambar. Dia juga menyukai teman sebangku si gadis berkacamata, karena sang teman tidak pelit memberi contekan ujian. Dia menyukai senior macho jagoan sepak bola. Dia menggemari aktris film televisi, karena film mereka bertema pahlawan kolosal yang efek visual grafisnya sedap.
Cinta memendekkan umur, sebab dadanya berdebar terus-terusan, dan pipinya merah gosong. Dia bengong dan guru sejarah menegurnya bodoh. Senyum-senyum sendiri disangka temannya sinting.
"Tapi itu tidak buruk," bisik Eren tiba-tiba.
Mata Isabel membulat. "Apa?"
"Err. Tidak."
Terlalu dini berdeklarasi jatuh cinta lewat status media sosial. Dikutip menurut situs dating Hamster sosialita bernama Farlan; "Cinta remaja adalah cinta monyet." adalah murni, awal belajar mencinta dan jauh dari aroma persentuhan tubuh dewasa. Membenarkan filosofinya, monyet-monyet taman alien biru terkekeh melemparinya pisang. Mereka robot artifisial dengan gear berputar di tembolok mereka tidak sama dengan pembuluh berdenyut di leher sang remaja. Detak dengan adisi ngilu galaunya dimenangkan Eren.
Serupa tapi tak sama dengan debaran dada Eren, anak-anak di seputar taman hiburan melompat kesenangan.
"Baimax! Baimax!"
Karyawan taman bermain berkutat dengan kostum ikonik. Badut itu putih salju berlabel Baimax, karakter ikonik dari serial Marwel's Huge Hero 6. Baimax beraksi di atas pedastel kecil. Dipagari perosotan warna jingga dan sekeranjang gulali cerah, dengan sebuah papan peringatan: "Hanya anak-anak yang boleh masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...