Minggu lalu aku enggak bisa update HAUTE karena Wattpad error. Sebagai kompensasinya, aku akan update bab 30.5 HAUTE jadi lebih cepat, yaitu lusa tanggal 27 Maret 2018, sudah bisa kalian nikmati.
Thank you!
Pagi hari di rumah kompetisi ini selalu diawali dengan keributan.
Percaya tidak percaya—orang paling baik sekalipun bisa menjadi liar di rumah ini, akibat terlalu lama dikarantina tanpa hiburan dan dicekoki tekanan kompetisi. Sifat aslimu akan terkuak. Rahasia yang ingin kausembunyikan akan mengambang di permukaan. Orang-orang melihat warna aslimu, dan kau tak bisa kabur dari pengintaian kamera realitas. Tim kreatif MNTM tak perlu merancang skenario untuk membuat para model jambak-jambakan. Percayalah, mereka akan melakukannya tanpa diminta.
Hitch, model Kings genit yang sangat mencintai sisir dan juga rambutnya. Hiana, si janda genit yang tak mungkin berpisah dengan kamera swafotonya—keduanya jatuh tersungkur di karpet sambil cakar-cakaran. Mereka bertengkar lagi pagi ini, pasti cuma karena alasan sepele.
Marlowe yang paling sensitif dan Reiner yang berbadan terbesar selalu antusias memisahkan keduanya. Hiana diungsikan ke kolam renang, dan Hitch ke kamar atas.
Suara makian kedua model wanita teredam oleh jarak resor yang bertingkat. Untuk sesaat, resor sedikit lebih tenang.
Eren ingat minggu pertama ia tiba di sini. Mereka—Rec/On—selalu berseteru melawan Kings. Namun, sejak baik Rec/On maupun Kings berjatuhan, sekarang drama yang ada timbul karena naluri yang manusiawi. Jumlah mereka juga semakin berkurang dari minggu ke minggu, membuat Eren tak bisa lagi berpura-pura tak acuh. Baik Hiana maupun Hitch sudah jadi teman baiknya.
Di kolam renang, Eren duduk di samping Hiana, bertanya, "Apa yang terjadi sebenarnya?"
Hiana menjawab pertanyaan itu dengan sesenggukan. "Aku—aku ingin berhenti dari kompetisi ini."
"Apa?"
"Aku ingin mundur. Aku sudah tidak tahan lagi." Hiana menutupi mukanya. "Selagi aku berkompetisi di sini, Riko demam tinggi. Aku ingin pulang menjenguknya."
"Riko? Anakmu sedang sakit?"
"Anakku, belahan jiwaku, satu-satunya milikku! Aku tidak bisa berada di sini lagi sementara ia terus menangis di rumah. Aku mau pulang."
"Nanti malam penentuan eliminasi. Menurutku sangat disayangkan apabila kau pulang sekarang. Ikuti dulu acara malam ini. Bukankah Riko sudah ada yang menjaga?"
Hiana memutar kepalanya perlahan, dengan air mata bercucuran yang membuat riasannya meluntur.
Tiba-tiba wanita itu menjatuhkan tubuhnya kepada Eren. Terkesiap, Eren menangkapnya. Hiana membenamkan wajah ke dadanya, dan Eren merasakan air mata wanita itu menyusup di antara serat kaos tipisnya. Tangis Hiana semakin kencang.
Ada kamera realitas mengintai dari belakang mereka, menyoroti semua itu.
Menggigit bibir, Eren meletakkan tangannya kaku di pundak wanita itu dan memeluknya. Hiana adalah orang kedua setelah Krista yang meluapkan isi hati kepadanya untuk berhenti dari kompetisi.
"Hiana, kalau memang itu keputusanmu, aku mendukungnya. Kau harus bicara dengan tim sekarang."
"Aku bingung. Aku sangat bingung. Aku tidak mau mengecewakan Sir Rivaille." Hiana memeluk Eren, erat. "Aku bisa masuk MNTM ini karena dukungannya, dan sejujurnya aku tak mau keluar dari sini."
Eren bergeleng. "Dia tidak akan marah kepadamu."
"Begitukah?"
"Tentu saja, dia malah akan marah kepadamu jika kau merasa tersiksa di tempat ini, tapi tetap saja aku menyarankanmu untuk berpikir dua kali sebelum kau memutuskan untuk pulang." Ya, itu adalah saran terbaik dari seorang teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanficFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...