Chapter 30.10

14.1K 1.1K 329
                                    

Ini part terakhir dari chapter 30. Cukup panjang nyampe 5000 kata lagi kayak bab sebelumnya. Kutulis pada sela waktuku dan kudedikasikan untuk kekasihku.

Minggu depan sudah masuk chapter 31!

Btw, aku senang banyak pembaca yang mencoba menebak-nebak alur dan konflik HAUTE ke depannya. Belum ada yang berhasil menebak dengan benar, he he. Baguslah kalau ceritaku sulit ditebak! 

Selamat menikmati part terakhir dari chapter 30.



"Aku mau tanya apa kau berpacaran dengan Sir Rivaille?"

"Apa? Tentu saja tidak. Jangan dengarkan gosip orang-orang .... Kenapa kau malah senyum-senyum. Kau mengejekku?"

"Siapa yang senyum-senyum?! Oke, aku pergi sekarang. Bye."

"Jangan kembali lagi."

....

Dari dalam kloset, Rivaille telah mendengar semuanya.

——

Setelah Jean Kirstein berlalu, Eren Jaeger membanting pintu kamar dengan kuat. Setelahnya, ia membenturkan punggung ke pintu. Dari ujung kuku kaki hingga ujung anak rambutnya saat ini seperti bergolak dengan satu desakan urgen: ingin dibebaskan dari tekanan seksual. Eren tersengal dan mengepalkan punggung tangannya di depan bibir.

Ya, Tuhan. Semoga tidak ada lagi pengganggu setelah ini. Tolong diaminkan!

Saat melangkah kembali ke arah ranjang, Eren sebenarnya ingin segera menarik Rivaille untuk rebah dan meliuk dan pasrah saja. Namun, langkahnya terhenti di tepi ranjang.

Rivaille sudah keluar dari lemari. Berdiri tegak, pria itu memandang ke arah jendela kaca hangat. Sinar jatuh matahari. Ia diam saja seperti melamun.

Eren ikut terdiam, memandangi kekasihnya sambil menahan napas.

Tunggu.

"Levi? Apa kau mendengar ... ? Pembicaraanku dengan Jean?"

Kekasihnya menghela napas singkat. "Ya. Aku belum tuli," jawabnya pelan, tetapi wajahnya masih tak mau menoleh.

Aliran dingin menjalar dari balik tengkuk Eren. Tiba-tiba saja dia merasa tak enak. "Maaf, aku tidak bermaksud berkata begitu. Kau tahu, kan, bahwa Jean—"

Rivaille menoleh perlahan.

Kata-kata Eren terhenti. Ia berusaha melanjutkan, "—bahwa aku tak mungkin mengakui tentang hubungan kita kepada Jean atau yang lainnya, terkecuali Armin dan Mikasa. Apa kau marah dengan jawabanku barusan?"

Rivaille duduk di tepi ranjang, berdesah, "Dasar bocah. Kenapa aku harus marah? Kaupikir aku bocah puber yang sedikit-sedikit marah hanya karena kekasihku malu mengaku homoseks? Aku sudah tahu tentang ini jauh sebelum kita pergi ke Paris, bahwa kau belum siap untuk coming out. Kau tak perlu minta maaf berkali-kali."

Eren menelan ludah. "Memang, tapi benarkah kau tak apa-apa?"

"Sudah kubilang aku menerimanya."

"Aku tahu, tapi aku selalu merasa tak enak denganmu. Percayalah, Levi, aku pun ingin mengumumkan tentang hubungan kita, tapi sekarang ini—"

"Kutunggu sampai kau siap," Rivaille menimpali tegas. "Kau tak perlu membicarakannya lagi, oke?"

Diam, Eren tertunduk.

Rivaille tiba-tiba menarik tangannya, membuat sang model jatuh duduk ke sisi ranjang di sampingnya. "Apa yang kaupikirkan? Sebenarnya aku tak masalah meski kau tak pernah siap sekalipun. Aku menerima keputusanmu itu."

HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang