Yang ngikutin ceritaku yang berjudul Gebetanku Banci, mungkin sudah tahu kabar ini. Awal minggu ini laptopku bermasalah dan hampir semua data penting hilang, termasuk cerita HAUTE yang udah kuketik. Jadi bab ini adalah hasil ketikan ulang. Waktu ngetik ulang bab ini mood-ku lagi ancur-ancurnya karena pusing data kantor di laptop hilang. Maaf kalau tulisannya jadi jelek dan banyak kesalahan tik dan sebagainya.
Semoga kalian terhibur deh.
Chapter 29 ini baru utuh sampai part 29.7, maaf dibelah cukup banyak, karena memang cukup panjang bab ini.
Part berikutnya setelah ini adalah dimulainya bab ke-30 HAUTE. Semakin mendekati tamat ya, bab 40-an tamat. Jadi masih ada waktu sampe setahun untuk HAUTE ini tamat.
Di hadapan Eren saat ini berdiri empat pasang model yang karut-marut. Mereka tersebar ke empat penjuru guna mencari pencerahan, entah di tepi pantai yang ombaknya bergelung kecil, atau di bawah pohon kelapa. Dari mana mereka harus memulai?
Di bawah salah satu pohon kelapa, Sasha berdiri di hadapan Marlowe, pasangannya, dengan wajah serius. "Menurutku ciuman memang agak memalukan, tapi yang lebih penting dari berciuman, adalah kita disuruh memikirkan script iklannya. Kau sudah kepikiran?"
Marlowe menjawab sedikit gugup. "Belum. Sesuatu tentang soulmate .... "
"Soulmate—ya, di dalam pikiranku adalah sesuatu yang mengenyangkan perutmu. Apa kau paham, Marlowe? Seperti sensasi ketika kau sudah sehari penuh berpuasa karena bekerja, lalu pada malam harinya kau disuguhkan bistik daging domba tiga ratus gram yang dibumbui dengan sangat juicy plus kentang saus barbeku." Sasha tersengal penuh nafsu. "Apa kau paham? Sesuatu yang menggelora dan membuatmu bergairah! Hal-hal seperti ini."
Marlowe tergugu menatap rekan modelnya yang expert—dalam hal makan. "Y-Ya, oke, kurasa .... "
Sasha mendelik tajam. "Maaf, Marlowe, akan kubayangkan kau seperti kentang berlapis barbeku setelah ini. Jadi, mari kita pikirkan script iklan kita seperti dengan kata kunci lezat, lapar, terkam—"
Tak jauh dari pasangan Marlowe dan Sasha, ada Hitch. Gadis itu melemparkan pandangan cemburu sebab lelaki yang ia sukai sedang bersiap-siap "dimakan" oleh gadis lain. Hitch berdecak-decak mungkin sudah lebih dari sepuluh kali, dan sama sekali tidak fokus dengan pasangannya sendiri.
"O-Oi, kau dengar tidak apa yang kubilang barusan?" Jean mengernyit.
"Yeah yeah. Aku dengar. Lakukan saja," jawab Hitch tak acuh.
"Kau serius?" Jean mengerjap. "Jadi kau setuju dengan ideku menggendong dan menciummu penuh nafsu dengan gaya ciuman panas Perancis itu—tentu saja ini cuma akting, tapi kau dengar kata Nifa tadi, kan? Kita harus buat juri kepanasan."
"Ya, terserahlah. Aku tak peduli. Pakai saja script yang sudah kautulis. Aku profesional dalam berakting," balas Hitch, sembari mengintip ke arah pasangan Marlowe dan Sasha.
"Oke," Jean menggosok-gosok tangan dan seperti terlalu bernafsu ingin menyeruduk payudara Hitch di hadapannya, "ayo, kita harus latihan ciuman sekarang."
"Hei! Jangan sentuh aku, Muka Kuda! Kau sudah sikat gigi atau belum?!" Hitch menggertak, mendorong dada Jean, kesal, tetapi manja.
"Aku sudah sikat gigi! dan kenapa kau panggil aku Muka Kuda?!" Jean mendelik sakit hati. "Jangan tiru kosakata Eren si Tukang Cari Mati itu!"
Hitch menyeringai. "Kenapa memangnya? Aku dan Eren sekarang sahabatan! Kalau dia memanggilmu Muka Kuda, aku juga berhak memanggilmu seperti itu!"
Eren tidak tahu bagaimana reaksi Jean selanjutnya. Fokusnya telah berpindah ke pasangan lain, yang sedang duduk pada balkon gubuk kayu di pinggir pantai. Pasangan ini yang paling sejuk di antara yang lain. Hampir tak ada percakapan berarti di antara mereka. Apabila kau melangkah ke sana, mungkin hanya ada kecanggungan dengan sentuhan dingin es yang terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanficFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...