Novel Rivaere Aratte sekarang juga bisa dipesan di Shopee Rashoura, ya! Bisa gratis ongkir kalau di Shopee.
"Eren, sebelum telepon ini berakhir, aku ingin menyampaikan suatu nasihat."
"Ya?"
"Hentikan gimikmu dengan Jean Kirstein. Kenapa kau membuat gimik seolah kau memiliki perasaan padanya? Eren, itu menjijikkan."
Kata-kata menjijikkan mengudara di kupingnya dengan rasa yang tajam.
Genggaman Eren pada handphone itu mengerat.
Eren menelan ludah.
Ia sedang disorot kamera. Percakapan mereka terekam. Dia tak mungkin bisa menjadikan komunikasi ini pribadi dan mengungkapkan yang sesungguhnya.
Tetap pada peranmu, Eren Jaeger.
Terpaksa.
Eren menghela napas. "Ayah, aku sedang disorot kamera," Eren menekankan. "Jadi, tak ada gimik apa pun. Abaikan semua itu. Gimik atau tidak, semua akan selesai setelah kompetisi berakhir. Percaya padaku."
Tak ada balasan dari Grisha.
Grisha bertanya setelah diam agak lama, "Apa bersama Rivaille pun kau cuma gimik?"
....
....
Dalam waktu kurang dari lima menit, Eren tahu ia tak akan bisa membuat ayahnya percaya. Ia juga tak bisa berpikir lama untuk mengucapkan kalimat penuh afirmasi yang terdengar keren di depan kamera.
Kabur dan diam saja pun percuma.
Hanya ini yang harus ia katakan, "Tidak ada gimik, Ayah."
"Benarkah?"
Eren mengeratkan tangannya pada ponsel "Benar, tidak ada gimik karena tidak ada apa pun antara aku dan Sir Rivaille, tidak ada hubungan apa pun," Eren menekankan dengan suara menggebu, "kecuali ia pernah menjadi manajerku. Kenapa kau bertanya, Ayah?"
Grisha diam di ujung telepon. Kali ini Eren mengharapkan waktu habis sangat cepat agar telepon itu mati dengan sendirinya.
"Apa kau tahu bahwa aku dan ayah angkat Rivaille, Kenny Ackerman, cukup dekat semasa kuliah? Dia beberapa kali pernah main ke Shiganshina, saat Carla masih mengandungmu. Rivaille ikut bersamanya—"
"Aku tahu—meski tak tahu ceritanya dengan jelas. Rivaille pernah bercerita sekilas. Kalian sesama pencinta musik metal?"
Grisha mendengus. "Semacam itu, tapi bukan berarti aku bisa sepenuhnya percaya Rivaille bisa menjagamu di ibu kota. Pergaulan di sana sangat bebas."
"Kita sudah berulang kali membicarakannya, kan? Aku sudah dewasa. Aku sepenuhnya tahu cara menjaga diri, bahkan cara mencari uang. Sebentar lagi aku bisa mengirimu uang dari penghasilanku bekerja sebagai model bahkan artis. Ayah dan ibu bisa pergi ke ibu kota, tinggal di rumah baru. Bagaimana?"
Terdengar suara alarm yang menandakan waktu yang tersisa hanya beberapa detik.
Grisha mendengar alarm yang sama, lalu pria itu berkata secara lemah lembut. "Eren, kau anakku, kebanggaanku. Aku selalu mendukungmu, kariermu yang sekarang, apa pun. Aku hanya ingin kau tetap menjadi anak baik dan bekerjalah mencari uang yang baik. Buatlah orang tuamu bangga dengan prestasi, bukan gimik atau sensasi."
"Waktu hampir habis. Tak perlu khawatir, Ayah. Akan kubuktikan padamu. Tonton aku terus di televisi. Lihat aku menang."
"Itu pasti, Nak. Aku dan Carla sangat menyayangimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...