Btw, jangan lupa nonton Indonesia's Next Top Model Cycle 2. Seru! Minggu ini mereka udah top 8.
tonton di Net TV atau di Youtube: https://www.youtube.com/c/IndonesiasNextTopModels/videos
Ketukan dari arah pintu.
Sudah lama Rivaille tidak melihat Eren mendelik karena kaget. Eren tidak lagi berakting kalem sekarang. Oh, shit, model muda ini sudah pandai mengumpat. Bola matanya berputar cepat mencari tempat sembunyi.
Kepanikannya tertular pada Rivaille, menyentakkannya ke dunia nyata.
"Siapa?" Rivaille berseru dengan tenang ke arah pintu.
Si pengetuk menjeda.
"Um ... maaf, Sir. Ini aku Kirstein. Jean Kirstein," sahut suara model lelaki di luar ruangan.
Oh shit, f*ck, putain,—Eren berbisik memaki sembari berlari ke arah satu-satunya kayu jati di sudut ruangan. Siapa yang mengajari dia memaki seperti itu?!
Rivaille mengumpulkan napas sebelum membuka kenop pintu, sesaat setelah Eren berhasil masuk lemari.
Di luar pintu, Jean Kirstein berdiri dalam keadaan kacau. Pipinya merah, matanya merah.
Rivaille tahu lelaki ini sedang butuh pertolongan.
"Kirstein? Kau tahu ini sudah jam berapa? Apa yang kauinginkan?"
"Maaf mengganggu, Sir, ini penting sekali."
"Sepenting apa sampai kau nekat mengetuk pintu kamar seorang juri malam-malam begini?"
"Sepenting itu," jawabnya agak gemetar, "apa ... Eren ada di sini?" tanya Jean tanpa berani menatap langsung mata Rivaille.
Rivaille bergeleng dengan wajah datar paling mengerikan. Malaikat maut pun tak ingin mengajaknya kompromi.
"Kalau begitu ... apa aku boleh bicara sebentar dengan Anda, Sir Rivaille?"
Setelah Annie, sekarang Jean. Rivaille telah berpindah profesi menjadi seorang konselor untuk model-model remaja. Napasnya berat.
"Kirstein, kau bisa membicarakan apa pun itu besok pagi."
"Maaf, Sir, sebentar saja ... ini tentang Eren." Jean melirik gusar, berusaha menerawang celah kecil dari pintu yang Rivaille buka untuknya. "Apa kau mendengar ... di pantai kemarin ... dia ... ugh, coming out depan semua orang."
" ... Tidak, aku tidak mendengarnya. Kau dengar dari siapa?"
"Benarkah?"
"Aku tidak mendengarnya." Bibir Rivaille membentuk garis tipis.
Wajah Jean yang merah seketika melunak. Desah keras meluncur dari bibirnya. "Syukurlah, syukurlah."
"Kalau hanya itu yang ingin kau—" Rivaille bersiap menutup pintu.
"Hanya itu, Sir. Aku ingin kau tahu bahwa jika benar Eren mengatakan hal seperti itu di depan semua orang, dia ... dia pasti bercanda. Itu tidak mungkin, kan? Katakan semua itu tidak mungkin." Jean mengusap keningnya berlelehan peluh, meremas wajahnya yang digurati stres. "Aku dan Eren tidak punya hubungan apa pun."
"Jadi kau datang kemari hanya untuk mengonfirmasi. Kau salah orang untuk ditanyai. Aku tak tahu apa-apa dan tak peduli."
"Tentu." Jean mengangguk buru-buru. "Maaf aku sudah mengganggu waktu Anda, Sir."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...