Ada saksi mata yang melihat detik-detik saat Rivaille digodai Eren Jaeger di bawah pohon kelapa.
Nifa.
Sekarang wanita itu tak bisa menahan cengiran. Rivaille bernapas sedikit saja, Nifa bisa tertawa geli.
"Aku tak butuh komentar darimu," ucap Rivaille sebelum Nifa mengolok-oloknya.
"Aku tak akan berkomentar," Nifa bersusah payah menahan tawa, "hanya bertanya. Jadi, apa Eren memberimu blowjo—"
"Tidak. Dia tidak memberiku apa pun. Dan itu bukan—"
"—bukan urusanku," potong Nifa, "tentu."
Lalu, wanita itu tak bisa menahan tawanya di meja makan. Rivaille menyumpahinya tersedak ikan laut.
Nifa mengundang Mikasa untuk makan satu meja dengan juri, tetapi gadis itu menolak halus. Ia duduk sendirian di salah satu meja kecil. Jauh dari orang-orang. Sejak shooting dengan Eren selesai, wajah gadis itu makin mendung. Gairahnya redup bersama matahari yang terbenam. Rivaille tak ingin menebak ada apa.
Sebagian kru MNTM makan malam di restoran yang sama, termasuk para peserta. Seolah sengaja, para peserta ditempatkan tak jauh dari meja para juri. Rivaille bisa melihat dengan jelas dari kursinya; Jean Kirstein sedang mengunyah tiram sangat khidmat. Rahang yang lonjong bergerak tak henti sejak piring diantar pramusaji. Di sebelahnya ada Eren—
Eren yang sejak tadi makan lahap, tetapi beberapa detik sekali menoleh ke arah Rivaille.
Matanya yang hijau berkilat. Kini terlihat sewarna sampanye di depan percikan cahaya lentera api. Pandangan Eren menyoroti Rivaille lama. Mata itu kalem, tetapi berbicara, terdengar seperti bisikan keras di kepala Rivaille.
"Bagaimana jika ke toilet portabel dekat sini?"
"Pukul aku di tempat yang kausuka—"
Sepasang mata Eren sedang berbicara padanya dengan desis kalimat paling sensual bagi Rivaille. Eren Jaeger menyiksanya.
Bedebah.
Rivaille meremas batok air kelapa di bawah hidungnya. Pada tiap remasan tangannya, ia merasakan kencangnya aliran darah. Darah dari sekujur tubuhnya yang saat ini berkumpul pada titik-titik di bawah kulit yang tadi disentuh oleh Eren Jaeger. Di bawah sana Rivaille mengalami kekakuan luar biasa seperti seorang bocah hijau yang baru disentuh seseorang pertama kali. Beribu makian tak bisa menekan geletarnya.
Jean Kirstein sedang menyombong di depan Reiner dan lainnya tentang kelancaran shooting TVC-nya siang itu. Ia bersumpah bahwa bahkan Sir Rivaille tidak menegur, malahan memuji. Eren terlihat mendengarkan kata-kata rekannya sambil lalu. Ia sedang meneguk air kelapa yang sama dengan Rivaille, tak menggunakan sedotan, tetapi langsung ditenggak dari pinggir batok kelapa. Air kelapa murni tumpah ke rahang, dagu, dan mengaliri leher bersiluet jenjang kesukaan Rivaille itu. Cara minum air kelapa dari buahnya yang sungguh vulgar dan kurang ajar. Cara yang membuat Rivaille meradang. Sampai-sampai Rivaille nyaris tak bisa menahan diri. Ingin bangkit pergi menjemput Eren dari kursi itu. Culik dia, bawa ke tempat gelap di mana ia bisa memberikan hukuman atas kenakalannya. Nyaris.
Eren terlihat menyeringai setelah berpuas minum. Eren menjilat bibirnya sendiri. Mengapa? Jari menyentuh leher dan dadanya yang basah. Untuk apa?! Semua itu Eren lakukan sembari menatap wajah gelap Rivaille.
....
Rivaille menahan diri dengan cara meremukkan kotak rokoknya sendiri—baru ia beli tadi di retail Indomart sebelah restoran. Rokok dengan rasa nikotin keras itu membuat lidahnya pahit, yang ternyata gagal membantunya menenggelamkan rasa-rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanficFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...