Chapter 34.2

6.2K 902 438
                                    

Dear readers,

Udah dibilang enggak perlu vote & komen cerita ini, tapi kok cerita ini masih juga rame. Pembacaku baik-baik dan solid, ya ... Ya sudah, yang penting enjoy aja bacanya. Mohon maaf sayangnya aku masih belum bisa update HAUTE seminggu sekali atau update panjang-panjang.

Bab kali ini sesuai janji, mencapai 4000 kata.

Tolong kasih tahu dong kenapa kalian begitu masoooo nungguin HAUTE? Apa enggak capek gitu nungguin HAUTE yang tamatnya lama. Udah jalan sejak tahun 2013, lhooo. Ha ha ha. Aku mau tahu, siapa di antara kalian yang sudah baca HAUTE sejak terbit di FFN pertama kali tahun 2013?



***

"Aku tak peduli dengan script. Tadi kau bilang apa? Kita diminta pendampingi peserta? Itu berarti—"

"Ya, dan mereka memasangkanmu secara khusus dengan Eren—"

" .... "

"—dan kau akan diminta menghabiskan waktu selama 24 jam bersamanya di vila. Berdua."

*

*

*

Katanya tepat saat kau sekarat atau mati, serbuan kenangan akan berputar dalam kepalamu.

Connerie—Omong kosong.

Akhir-akhir ini, Rivaille diserbu oleh kenangan-kenangan ganas dalam tidurnya. Kenangan masa lalu, kejadian yang pernah terjadi, seseorang. Kenangan menyebalkan itu seperti lalat yang hinggap terus di atas jidatnya sampai mati, tak peduli meski Rivaille terus mengusirnya.

Barangkali dia mati sebentar lagi. Barangkali dia memang sedang sekarat.

Kenangan itu muncul seperti asap. Tertiup dan menghilang dengan cepat tiap kali ia menghela napas. Lalu, kembali datang menggoda dengan wujud tubuh bocah yang disukainya.

Rivaille juga tak paham mengapa ia mengulangi pertemuan dengan Eren Jaeger di dalam mimpi.

Saat itu ia sedang duduk di meja kafe Rec/On. Lantai dua. Kafe modern minimalis—yang baginya kotor dan perlu dipel setiap hari—di ujung koridor hitam putih. Ia tak akan mau duduk di sana jika tak diundang oleh Hanji Zoe dan Erwin Smith. Tugasnya konyol. Ia diminta menelanjangi seorang model baru yang direkomendasikan oleh Mikasa Ackerman. Hingga saat ini Rivaille masih mempertanyakan mengapa ia mau mengambil pekerjaan bodoh itu. Mais c'est chiant ca!—Betapa membosankannya.

Si Tua Bangka Kenny juga pernah berkata bahwa kau tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi saat mengambil keputusan, tetapi ada satu hal yang pasti. Kau akan mendapatkan sesuatu. Entah itu kesialan atau beruntung.

Saat itulah Rivaille melihat seorang bocah melintas di hadapannya. Rivaille selalu melihat sesuatu mulai dari bawah. Bukan, bukan karena ia pendek! Ia hanya kebetulan melihat ke bawah.

Bocah ini mengenakan sweter norak usang, yang mungkin lebih cocok disebut sweatshirt karena terlalu tipis dan tak bisa menghangatkan kulitnya. Celana jeans yang dikenakannya juga usang. Oke, bentuk bokongnya bagus. Sepatu butut yang tali sebelahnya tidak terikat. Tak perlu mendekat, Rivaille bisa mencium wangi kolonye murahan dari tubuh bocah itu. Lalu, tampaklah wajah pemakainya: Wajah bocah lugu, dan dungu. Bocah dungu yang tak paham ia sedang berada di mana. Di antara para model dan fashionista yang berisik, ia melangkah. Bola mata hijaunya melirik sekeliling berusaha mencari sesuatu atau seseorang yang familier, tetapi tak ada. Rivaille tahu bocah itu berpura-pura santai saat memesan kopi dari mesin minum.

HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang