Family. Keluarga dalam banyak arti.
EREN Jaeger usia dua belas tahun membenci ulang tahun.
Carla sibuk sepanjang waktu dengan topik kue ulang tahun, prasmanan, bentuk undangan modern seperti dalam majalah, dekorasi, indoor atau outdoor. Terlalu menyibukkan. Tidak penting. Bermain bola bersama anak kampung lebih menarik, dan Mikasa, Armin—kalian tidak perlu ikut-ikutan membuat kue kecuali burger keju!
Benci dan kecewa sesungguhnya setipis kertas tisu. Alasannya membenci ulang tahun, karena Grisha tidak pernah hadir. Di depan pintu Eren menunggu Grisha pulang, meniup lilin dengan pipi menggembung sebal, memakan kue krim sendirian.
Lima tahun kemudian, impian masa kecil Eren menjadi nyata. Pasangan suami istri Jaeger duduk di sofa kafe berinterior taman hijau, mengawasi proporsi kue ulang tahun sang putra. Sayangnya Eren sudah punya impian baru.
Eren usia hampir tujuhbelas duduk termenung di meja bar. Dia menggenggam sebuah kotak mungil dan menggulingkannya di atas meja bar. "Aku sudah ikuti saranmu, Sir Farlan," katanya kepada Farlan yang sedang mengelap meja bar.
"Oh, kotak mungil yang lucu. Disampuli saja dengan kertas kado supaya lebih berkesan."
Eren memandangi kotak mungil itu sekali lagi, menyimpannya dalam saku celana. "Tapi dia belum balas pesanku. Teleponnya juga tidak aktif. Apa dia memang seperti itu? Aku harus bagaimana?"
"Rivaille itu simpel. Kau tak perlu memusingkannya. Kalau dia benar-benar menyukaimu, dia pasti menghubungimu."
"Berarti dia tidak menyukaiku?"
"Apa kau menyukainya?"
"Aku belum menjawab pasti."
"Kenapa?"
"Aku ingin mengenalnya lebih jauh. Aku tidak mau jadi korban permainan om-om—ada artikel berjudul seperti itu di internet. Ada banyak korbannya!"
Farlan tersedak, hampir menabrak lemari kaca. "Kau benar! Tapi tentukan sikapmu. Pria mana yang suka digantung? Sakitnya tuh di sini." Farlan mengelus dada.
Eren memulai pesan.
"Rivaille, kapan kau pulang? Aku punya sesuatu yang ingin kuberikan padamu. Kenapa—"
Deleted.
"Sir Rivaille, apa kau mau marah—'
Sesat pikiran, dia hapus lagi pesan itu. "Shit! Aku harus bilang apa?"
"Aku yakin Rivaille serius denganmu tapi dia sedang sibuk. Biarkan saja dan tunggu dia sampai jam 12 malam."
Plang kafe bertuliskan "OPEN 24/7" dibalik menjadi "CLOSED".
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
Fiksi PenggemarFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...