Chapter 34.3

5.1K 847 294
                                    

Maafkan, Teman-Teman. Belum ada yang berhasil menebak benar untuk konsep foto mereka, nih! He he he. 

Selamat membaca. Gak perlu vote & komen. Santai.



Eren.

Eren tidur di sisinya sangat lelap hingga ia berharap malamnya abadi.

Rivaille menatap lelaki itu rebah di lengannya. Kepala yang berat, helai rambut dicat hitam. Butiran air menetes di ujung helainya, keringat akibat pergumulan mereka. Ah, kepalanya sangat berat, dan Eren menumpukan tubuh pada Rivaille seolah ia ranjang butut, membuatnya kram semalam suntuk.

Namun, Rivaille tak mengeluh.

Ia lebih suka diam-diam memandang wajah Eren tidur seperti ini. Ia tak mau senyum tipisnya terlihat, tak mau jemarinya ketahuan mengukir tulang rahang Eren yang tajam. Namun, Eren yang sekarang sudah pintar. Ia selalu membuka mata, menatapnya, dan menyeringai puas. Lelaki itu berkata padanya.

"Maaf jika lancang. Kalau boleh request berganti partner."

....

Bangsat.

Bahkan Rivaille sadar bahwa saat ini ia sedang bermimpi. Mana mungkin ia dan Eren Jaeger tidur bersama.

Betapa tololnya ....

Rivaille terbangun dari mimpi tololnya sambil menggeram. Kesal. Ia menghabiskan waktu sepanjang malam berbincang dengan Isabel—mendengarkan ide-ide gila yang membuatnya pusing—lalu jatuh tertidur. Cahaya matahari Bali mendobrak masuk lewat kerai bambu jendela, dan Rivaille diingatkan bahwa ia sudah kembali ke dunia nyata.

Inilah hari yang akan menjadi surga atau neraka.

Dua puluh empat jam.

Selama 24 jam ke depan, Rivaille akan berhadapan dengan Eren. Eren yang masih ingin dipanggilnya bocah meski bukan lagi bocah. Bocah berjubah pangeran angsa hitam dari kegelapan ... ataukah ia pangeran angsa hitam yang selama ini menyamar menjadi bocah?

Makin dalam Rivaille memikirkannya, makin terisap ia dalam lubang gelap.

Lokasi shooting khusus ia dan Eren berpindah dari vila mewah ini ke tempat lain. Konsepnya adalah intimasi yang dipaksakan. MNTM mempersiapkan tempat romantis bagi mereka berdua yang tak boleh terjamah oleh para juri dan kontestan lain. Sebuah vila lain di Bali, eksklusif untuk berdua.

Siapa bilang berdua? Akan ada juru kamera berpakaian serbahitam di antara mereka, jutaan penonton yang mengintai, dan kalian.

Jadi, jangan berpikir akan ada kejadian aneh-aneh antara dirinya dengan Eren—

"Rivaille, halo? Halo? Jangan melamun, kamera sebentar lagi on. Kau sedang membayangkan yang aneh-aneh, ya?" Nifa mengibaskan tangan ke depan mukanya.

"Aku tidak melamun," balas Rivaille dingin. "Bagaimana protokol hari ini?"

"Seperti biasa." Nifa berjalan di atas bebatuan menuju vila para model. "Sapa para model, beri tahu lagi aturannya, dan ... yeah, have fun. Kita nikmati saja pekerjaan ini."

"Kau tidur dengan Reiner malam ini?"

"Kau gila. Aku akan menuntut acara ini jika aku dipaksa tidur dengan model." Nifa memutar mata. "Dua puluh empat jam bukan berarti kita harus tidur malam bersama mereka, atau jangan-jangan itu yang kaubayangkan, Rivaille?"

Santai, Rivaille menyalakan rokoknya. "Tidak."

"Ah! Aku tak percaya padamu."

Kuklo berdeham. "Kita sudah sampai, Guys."

HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang