UPDATE RUTIN SETIAP JUMAT (lihat pengumuman di bab sebelum ini yang berjudul "JADWAL UPDATE TERBARU HAUTE (back from hiatus)")
Btw, aku lagi overdosis pair WangXian sampai ke ubun. Udah baca novel, komik, liat animasi, dengerin audio drama, pantengin live action. (OST dan interaksi super bromance mereka di live action menurutku sangat memikat) .Minggu depan live action udah episode 50 terakhir aja. Fak no. I don't want to say goodbye. Blame ShoukiAlZaidan yang meracuniku Wangxian. Nasib punya pacar fangirl. Bingung gimana cara move on-nya ini.
Selamat menikmati bab 33.6 HAUTE. Seperti biasa, enggak perlu vote atau comment, just read it and enjoy ... and share cerita ini ke teman-teman kamu yang suka RivaEre di luar sana.
Jati diri tak mungkin dicari, melainkan diciptakan sendiri.
Setiap kata yang keluar dari bibir Zeke membuat dahi Armin mengernyit. Sedikit rumit dan berbelit, anehnya ia pun setuju. Ini permainan pikiran, Zeke jelas seorang PR maven yang bukan sembarangan. Armin skeptis pada awalnya, tetapi ia percaya bahwa apabila ada seseorang yang mampu membangkitkan Eren Jaeger, Zeke orangnya.
Armin memutuskan untuk menyingkir dari sofa dan pergi ke dapur. Berlama-lama menyiapkan teh mungkin adalah pilihan terbaik untuk kabur.
Di sisi lain, sejak tadi Eren masih berdiri di depan pintu kamar. Ia bersedia keluar dan membuka pintu, tetapi tidak mudah membuatnya melangkah ke sofa. Alhasil, wanita bernama Yelena—yang masih mengenakan sepatu tinggi kotor berlumpur hujan—harus menjemputnya di depan pintu kamar.
"Senang berkenalan denganmu, Eren Jaeger," Yelena mengulurkan tangan, "aku sudah mendengar banyak hal tentangmu dari Zeke."
Eren menatap tangan wanita itu sebentar, lalu menjabatnya dengan kalem.
Sambil mencari stoples gula, Armin melirik diam-diam.
Yelena sedang mengelus-elus tangan Eren. Dari sudut pandang siapa pun, tingkah laku ini sedikit kurang wajar. Ketika Eren mencoba menarik tangannya, Yelena malah menahannya.
"Sesuai yang kudengar, kau memang memiliki kulit yang bagus," komentar wanita itu sembari jarinya menyusuri punggung tangan dan jari Eren, "bahkan kuku yang lembut. Lihat tulang rahang dan pipimu yang tajam bercahaya di bawah lampu. Aku jadi tidak sabar mengenalmu lebih jauh. Kuharap kau sesuai dengan ekspektasi."
Eren mengernyit, mungkin tak nyaman, tetapi suaranya terdengar datar saja. Sejak kapan dia pandai meniru nada datar Sir Rivaille?
"Terima kasih."
Melihat Yelena terus menjabat tangan Eren, Zeke terkekeh. "Baiklah, Yelena, tahan dulu sedikit nafsumu dan biarkan Eren bernapas. Eren? Duduklah di sofa bersama kami. Jika kau benar-benar ingin bicara denganku, terlalu melelahkan jika dilakukan dalam keadaan berdiri."
Yelena masih belum melepaskan tangan Eren, bahkan setelah Eren berjalan ke sofa. Digandeng mesra seperti itu, entah kenapa Armin merasakan punggung tangannya lah yang gatal.
Eren menggeser duduknya agak sedikit berjarak dari Yelena, tetapi wanita itu seperti sengaja memepetnya ke pinggir sofa.
Zeke memulai. "Jadi ...?"
"Aku sudah mendengar apa yang kausampaikan di pintu itu, Sir Zeke," balas Eren.
"Lalu?"
"Aku memang sudah tidak punya lagi keinginan untuk kembali menjadi model."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...