Chapter 35.10

2.4K 375 47
                                    

yang nonton Indonesia Next Top Model Cycle 2, yuk, merapat!

Untuk saat ini aku masih belum ngejagoin model mana pun, tapi kalau secara fisik dan karakter (model yang akan aku book in real life), aku suka banget model kulit cokelat kayak Sarah dan Peace. Mereka cantik banget. Aku selalu obssessed dengan model-model kulit coklat hehe.



Garis kaki langit memutih di bawah terik matahari . Rivaille meminta cameraman menangkap pemandangan sesaat sebelum kamera dimatikan.

Tak ada pemenang di antara duel Mikasa dan Annie. Keduanya bertinju tepat sasaran, tetapi tidak sungguh-sungguh menyakiti lawan. Rivaille sudah berteriak cut sebelum kedua gadis benar-benar melukai diri.

Setelah puas menyalurkan emosi lewat kepalan tinju, Mikasa terduduk di pasir. Gadis itu meneteskan keringat dan memejamkan mata. Annie, di sisi lain, memilih pergi dengan wajah dingin. Jean Kirstein mengambil kesempatan untuk membawa sebotol air kelapa kemasan untuk ia berikan kepada Mikasa. Dengan wajah datar, Mikasa mengambil minuman itu dari Jean.

Pertarungan cinta di antara Mikasa dan Annie mungkin akan diteruskan suatu hari. Entahlah. Semoga bukan dalam bentuk pukul-pukulan lagi. Lucu sekali jika mereka memperebutkan sesuatu yang mustahil.

Eren Jaeger yang mereka inginkan tidak peduli, tidak memilih mereka.

"Eren Jaeger memilih Jean ...! Yang benar saja?" Reiner sekali lagi berkomentar dengan canda, "Eren sialan! Apakah aku harus jadi penyuka lelaki dulu agar diperebutkan banyak gadis seperti dia?"

Melihat Annie kembali dengan wajah berpeluh, Bertholdt tampak muram.

Selama beberapa menit, Mikasa menatap pasir di bawah kaki. Jean duduk di sisinya, sibuk memuji, "Kau keren sekali! Aku melihatnya seperti pertarungan sungguhan. Kau tidak sedang bertengkar dengan Annie, kan?". Jean yang malang tak tahu kedua gadis sedang memperebutkan orang yang sama.

Rivaille berjalan mendekati Mikasa, menangkap rona kemerahan di pipi gadis itu. Gadis ini sedikit memforsir diri, tak seperti biasanya. Untuk meredam sakitnya penolakan Eren minggu lalu, Mikasa sengaja melakukan banyak kegiatan fisik.

Remaja-remaja bisa berbuat bodoh karena patah hati.

Dasar bocah.

"Kau bisa beristirahat sejam, atau lebih, masih ada waktu shooting sore," kata Rivaille. "Gerakan acroyoga sangat berat dilakukan saat kau sedang letih," ucap Rivaille.

Jean mengangguk. "Benar, Mikasa. Istirahatlah dulu. Kutemani kau di sini."

Mikasa menempelkan botol minuman ke dadanya. "Aku tidak apa-apa."

Rivaille bersedekap. "Jika kau tak suka memikirkan dirimu sendiri, setidaknya pikirkan pasanganmu."

Mikasa mencari wajah Eren di antara para peserta.

Eren Jaeger sedang menyendiri, tak acuh dengan sekeliling. Ia duduk bersila pada matras. Kedua tangan di lutut, mata terpejam, punggung tegak. Ia telah diajari gerakan sukhasana dalam yoga untuk menenangkan diri dan terlihat sangat siap shooting.

"Aku tahu," kata Mikasa, "jangan khawatir, hal yang paling kuhindari adalah mencelakai Eren."

Jean melihat ke arah Eren sejenak, lalu berdesah kecewa. "Um ... kutunggu kau di tenda, Mikasa."

HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang