Isabella. A work of art.
EREN berdiri di bawah lampu studio foto.
Tampak Rivaille duduk di belakang tripod sambil membersihkan lensa. Saat aba-aba mulai didengungkan, Eren bersiap melakukan pose.
Namun tangan seseorang meraih pundaknya. Eren terkesiap, menatap Xavi Inocencio, partner berfotonya sore itu.
Xavi langsung bergaya, memulai pose-pose kuat pada tiap jepretan kamera, mengumbar segala pesona 'model favorit para fotografer'-nya. Xavi mendorong Eren ke samping dengan melenggangkan pinggul sekeras besi.
Eren terlempar, terjengkang dramatis, berguling ke luar layar.
Rivaille tidak berhenti memotret. Sejak awal fokusnya hanya kepada sang model senior. Untuk pertama kalinya, Rivaille tidak mengatur fokus kepada Eren.
Malamnya, Eren tidur di dapur Rivaille, bercelemek merah dan baju basah kuyup ketumpahan susu.
Segalanya hanya mimpi.
Bangun tidur pagi, Eren menatap wajah suram seorang gadis oriental.
"Shit!" maki Eren. "M-Mikasa."
Mikasa duduk di sisi ranjang. "Maaf, aku tidak bermaksud mengagetkanmu. Dahimu berkerut-kerut saat tidur, kau mimpi buruk?"
Eren menyeka keningnya yang keringatan. "Jam berapa sekarang?"
"Jam 9 lewat 15 pagi. Ini hari libur. Kau juga tidak punya jadwal di agensi. Tidak perlu mencemaskan apa pun."
Eren langsung melompat dari tempat tidur, membuka lemari pakaian. "Aku harus pergi."
"Pergi ke tempat Rivaille?"
"Yep! Berlatih pemotretan. Besok lusa adalah jadwal pekerjaanku yang perdana."
Lemari pakaian tertutup dengan dorongan kuat tangan seseorang. Mikasa berdiri di belakang Eren, dua tangan di lemari, memerangkap si Wajah Baru.
Mata Eren membelalak. "Mika—"
"Jadi benar kabar tentang Rivaille menjadi manajermu?"
Eren lirik samping. "Insiden. Ini di luar kemauanku."
Mikasa mundur perlahan. "Jadi memang benar."
"Ini di luar kemauanku," ulang Eren. "Sebagai gantinya aku mendapat banyak kesempatan untuk karierku. Kau tidak suka?"
"Aku tidak suka kau berurusan dekat dengan Rivaille. Aku sudah pernah bilang."
"Aku tidak mengerti kenapa kau begitu tidak menyukainya." Eren melingkarkan handuk di bahu. "Bukannya aku menyukainya, tapi Mikasa, kenapa kau terlihat sangat antipati dengan Rivaille?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...