Chapter 15: First Love

19.1K 1.3K 443
                                    

First Love

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

First Love. Cinta pertama adalah merasakan cinta seperti untuk pertama kali, atau sungguh-sungguh mencintai untuk pertama kali. Yang mana sajalah.


ERWIN Smith adalah tamu VIP di setiap pesta. Keuntungan itu terpercik kepada Armin Arlert yang sudah merangkap sebagai teman dekat. Pada sebuah panel tanya jawab fashionista, mereka duduk berdua. Wartawan mode mengerubungi bak ngengat menghunjam cahaya lampu panas. Armin Arlert memperoleh kepercayaan diri jika bersanding bersama Erwin. Pertanyaan seputar mode dijawab dengan lidah emas mengumbar kharisma. "Hai, aku desainer muda yang baru merintis karier! Kalau tidak bertemu Erwin Smith dan mendapat bimbingan Rec/on, kau tidak akan melihatku di sini. Sejak kapan aku tertarik dunia desain? Ah, sejak kecil aku senang menggambar. Koleksi pakaianku seperti apa? Musim ini akan launching—"

Eren melewati panel Armin, tanpa menyadari temannya sedang menjadi sasaran wartawan di sana.

Rivaille, di sampingnya, berjalan tanpa kata sambil menggenggam kunci mobil.

Eren berdiri kaku di depan mobil Audi berplat internasional. Rivaille membuka pintu mobil. Wangi mint dingin dan maskulin mengambang keluar.

"Masuk," kata Rivaille.

"Aku pulang dengan Jean." Kepala Eren sibuk berputar mencari-cari sedan merah.

"Masuk," ulang Rivaille.

Menghela napas, Eren masuk ke dalam mobil dengan tidak elegan–tersandung dan jatuh, ujung jaket panjang terjepit pintu.

Rivaille menghidupkan mesin, mengunci semua pintu. Laci keci dashboard menyala biru sebagai pemadam putung rokok. Dingin AC membelai paras Eren yang masih merona selepas klimaks di toilet.

Mobil bergerak keluar gedung, menuju arah yang berlawanan dari apartemen Eren, menjauh dari ramai pejalan kaki, menjauh dari lengkingan klakson motor besar di tepi jalan, melintas sepanjang jalan besar sunyi senyap.

"Drektitude."

"Dari mana kau pelajari kata itu."

"Dari Jean."

"Kau dekat dengannya?"

"Apa Sir Rivaille cemburu?"

Lagu berintro piano dari radio sayup-sayup mengiringi.

Di belakang garis batas penyebarangan jalan, kecemasan Eren menanjak hingga stadium tinggi. "Aku mau dibawa ke mana. Apa yang ingin dibicarakan."

"Kuharap kau sudah cukup dewasa untuk kuajak bicara serius."

"Aku serius. Selalu."

Kemudian Rivaille diam, memandang mobil di depan mereka yang sudah menempuh jarak belasan meter. Di tengah jalan, malam hari, berhias sedikit rintik hujan, mobil mereka melaju sendirian.

HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang