HAUTE
Ra
o
Bab 39: The Last Man Standing
"Hanya ada satu pemenang di setiap kompetisi kehidupan.
Pemenang yang tahu cara memainkan peran."
Annie Leonhart benar-benar tidak kembali ke kompetisi.
Gadis itu pulang ke Mitras, dijemput ayahnya, dan hanya menitipkan pesan singkat di depan kamera realitas MNTM yang meliput pengunduran dirinya.
"Sungguh disayangkan, padahal kau ini kompetitor terkuat di MNTM cycle ini. Fans-mu di media sosial meneriakkan kecewa."
"Ya, ini adalah keputusan berat yang harus kuambil," ucap Annie sembari rebahan lemas di ranjang rumah sakit. "Semoga beruntung untuk Eren dan Jean. Selamat melaju ke babak final."
"Menurutmu, siapa yang akan menang di antara mereka berdua?" tanya kru MNTM.
"Haruskah aku menjawab ini?" Annie menghela napas.
Sang ayah meletakkan tangannya di hadapan tubuh anaknya, seolah ingin menghalau wartawan gosip. "Bisakah kalian memberi kesempatan untuk putriku beristirahat? Ia sedang sakit!"
"Maaf, tak apa, Ayah." Annie berdeham, menatap kamera lagi. "Mereka punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tapi jika aku disuruh memilih siapa pemenang MNTM ... akan memilih Eren Jaeger. Dia adalah pemeran utama cerita ini yang selalu mengejutkan semua orang dengan aksi dan foto-fotonya. Tetapi, aku juga ingin memberi semangat pada Jean Kirstein, meski kami tidak terlalu dekat selama berkompetisi ataupun di luar kompetisi ... bisa jadi keberuntungan berpihak pada Jean. Apa pun itu, kudoakan yang terbaik untuk kalian berdua."
"Baiklah, terima kasih, Annie. Sampai jumpa lagi! Semoga kariermu makin cemerlang di luar sana."
"Sampai jumpa lagi."
....
Jean dan Eren menonton rekaman video itu dari televisi resor.
Reaksi Jean dan Eren yang menonton video Annie disorot oleh kamera realitas. Mereka menanti drama. Namun, meski Jean agak tersinggung dengan perkataan Annie yang mengatakan kemenangannya adalah keberuntungan, Jean hanya sanggup menampakkan wajah letih. Mereka baru saja tiba dengan pesawat dari Jakarta siang itu, langsung shooting sesampainya di rumah tanpa beristirahat.
"Well, akan kutunjukkan pada Annie bahwa aku bisa menang karena skill, bukan hanya keberuntungan," ucap Jean di depan kamera.
Eren diam saja. Pikirannya sedang berkelana ke peristiwa semalam. Soal penguntit, rekaman, Rivaille—
Jean menyodorkan tangannya. "Sekarang tinggal kita berdua di rumah ini. Kita akan bertarung secara fair, kan?"
"Yeah." Eren membalas jabat tangan itu beberapa detik kemudian.
Setelah mendapatkan cukup bahan, juru kamera akhirnya beranjak keluar dari resor. Jean sudah tidak sanggup berpura-pura akrab dengan Eren malam ini. Lelaki itu langsung beringsut pergi masuk kamar tidur.
Eren bersandar di sofa, menonton video rekaman Annie sekali lagi, lalu memejamkan matanya. Yelena sering memperingatkannya untuk menghindari lingkaran pertemanan toksik, orang-orang dengan frekuensi rendah yang terlalu banyak bersedih dan mengeluh letih. Hampir setiap perkataan wanita itu benar. Hanya sebentar menonton Annie yang berwajah sakit di televisi, Eren merasa muram. Ditambah kelelahan fisik akibat tantangan host, jet lag, persentuhan panas dengan Rivaille, dan drama penguntit yang menderanya semalam. Drektitude.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...