Merah. Warna yang menginterpretasikan kehidupannya saat ini.
AIR mata Jean berurai sederas aliran pintu air Shiganshina. Buntalan tisu bergelimpangan membentuk bukit bergelombang. Jean protes, "Aku berani bersumpah mataku bengkak. Rasanya ada serbuk masih tertinggal di mata kiriku!"
"Tenang dan jangan meronta, Jean-boy." Nanaba bekerja aktif reaktif dengan peralatan makeup. "Tinggal eyeliner dan bulu mata."
Brengsek, ini semua karena Eren. Senyum getir Jean terpantul cermin rias.
Marco tenteram dengan polesan bedak tipis, wig kepang dua, buku sejarah plus seragam putri. Michie membubuhkan eyeliner putih pada kelopak bawah matanya. Desainer Hanji menyemprotkan cairan pelicin dan menumpahkan uap panas setrika pada baju yang menggantung. Mikasa selesai dirias ala pria. Rahangnya berbayang tajam, mata dibubuhi bayangan gelap, rambut disisir ke belakang dengan sedikit poni mengisi kening. Dia tampan dengan busana British gentleman ala kepala pelayan manor borjuis, lengkap dengan sarung tangan putih dan tongkat.
Marco menyapa Jean via pantulan cermin. "Maaf Jean, konsep karakterku kutu buku. Tidak perlu riasan tebal."
"Tapi makeup-ku paling mengerikan! Kenapa aku menjadi geisha?! Dan dia tidak mengenakan wig sama sekali!" Telunjuk Jean menghunjam pantulan model berambut cokelat.
Hunjaman seribu jarum dari mata keemasan Jean tidak mencapai Eren, yang sibuk membendung air mata di balik kelopaknya yang diberi garis hitam tebal. Tidak perlu bulu-buluan, Eren terlihat laki-laki dengan rias minimalis, dan tanpa wig. Mikasa duduk di sebelahnya dengan senyum.
Jean berdecih, melempar pandangan cemburu dan merana.
Krista, Sasha, dan Ymir berduyun-duyun keluar dari ruang ganti. Sasha berpenampilan samurai. Sehelai yukata hitam bergantung pada pundak diberi busa penyangga. Rambut diikat tinggi, poni disisir ke belakang, rahang meruncing hasil rekayasa makeup. Sasha berjalan mengangkang, memukul pundak Jean serampangan, membuat pasangannya memaki. Krista, berambut klimis dengan gel rambut, smokey eyes, jaket biker dan celana jeans belel. Dia terlihat manis dengan dandanan paling gahar sekalipun, membuat Ymir ingin mengusili pipi halus model tercantik seagensi. Ymir mengenakan setelan party girl, kamisol tebal, rok sequin, dan ankle boot. Rambutnya dicatok terurai lurus. Bedak kompak menyamarkan bintik-bintik halus dan eye shadow hitam membuatnya bermata kucing.
Eren mendelik. "Kau wanita kenapa jadi wanita?"
Ymir mengangkat dagunya. "Aku sudah dianggap sempurna memerankan model pria." Tangannya melingkari pundak Krista, berseru, "Sekarang aku menjadi wanita milik Krista."
Krista mengusap lipstik di pinggir bibir Ymir dengan jarinya. "Kau cantik, Ymir. Sering-seringlah berdandan seperti ini!"
"Ugh, kau tahu aku tak mungkin bisa tampil feminin."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanficFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...