Update kilat sesuai janji ya. Part ini kutulis dua kali lipat lebih panjang dari yang biasanya. Nyampe 4000 kata! Enjoy~
Bus datang menjemput sedikit terlambat dari jadwal. Mungkin kepulangan Hiana yang tiba-tiba membuat tim MNTM kocar-kacir, sehingga mereka harus menyiapkan mobil untuk mengantar janda satu anak itu ke stasiun.
Namun, tak satu pun dari para model yang menyayangkan kepergian Hiana. Eren menyadari bahwa sebagian besar dari mereka—bahkan dirinya sendiri pun—malah merasa lega. Satu model rival pulang? Berarti selangkah menuju final. Dengan mundurnya Hiana maka menyisakan sembilan orang peserta. Satu orang lagi akan pulang malam ini, maka totalnya ada delapan model bertahan.
Di dalam bus yang hanya diberi sedikit penerangan, Eren melihat para model mengambil tempat duduk secara teratur. Hitch duduk di sisi Marlowe, Sasha dengan Ymir, Bertholdt dengan Reiner, Annie sendirian di pojokan, dan yang agak mengejutkan adalah Jean Kirstein—lelaki itu duduk seorang diri di tengah-tengah kursi bus. Jean lebih sering menyendiri sejak Marco tereliminasi.
Eren menatap sejenak, kemudian ia biarkan insting kelaki-lakiannya bergerak. Ia melangkah menuju kursi bus di samping Jean yang kosong.
Saat melihat Eren mendekat, Jean melemparkan tatapan curiga. "Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa. Boleh aku duduk di sampingmu?" tanya Eren kalem.
Eren menyangka Jean akan mengusir atau memberinya tatapan jijik. Akan tetapi, kernyit di dahi Jean tampak sedikit melunak. Eren melihat leher lelaki itu bergerak saat menelan ludah. Jean terkejut, tetapi tidak menolak ditemani.
"Ya, terserah saja. Kursi ini bukan punyaku."
"Thanks." Eren duduk di samping Jean.
Reiner dan Bertholdt menoleh penasaran kepada Eren. Mereka pasti bertanya-tanya mengapa Eren tiba-tiba memilih pindah duduk di samping musuh bebuyutan.
Jean agak menggeser sedikit duduknya ke arah jendela dan berpura-pura cuek. Sesekali ia bersenandung, menyanyikan lagu yang tak terlalu asing di telinga Eren. Beberapa minggu sebelum Eren pergi ke tempat ini, Armin sering memutar lagu-lagu girlband Korea di dapur, kalau tidak salah namanya Dark Pink, jadi sedikit banyak ia tahu.
"Aku baru tahu kau suka Korean Pop," kata Eren.
Jean memasang ekspresi seperti tertangkap basah. Dia langsung menggigit bibirnya dan berhenti bernyanyi. "Bukannya suka, ibuku sering memutarnya di rumah belum lama ini, jadi terngiang-ngiang sendiri di kepalaku."
"Ibumu dan sahabatku mungkin bisa menjadi teman akrab."
Jean mendengus. "Yeah."
Keduanya kembali diam.
Selain lagu girlband Korea yang sambil lalu, Eren tak punya banyak topik perbincangan. Sejujurnya Eren sering menyesalkan dirinya yang kurang update dalam hal musik, film, atau tren pergaulan secara menyeluruh. Namun, Eren berusaha membuka percakapan.
"Oi, Jean."
"Hm?"
"Aku tahu kita tidak pernah akur dari dulu, sampai kapan pun."
"Yeah."
"Dan aku tahu kau masih menyukai Mikasa sampai saat ini."
"Yeah—tunggu, itu bukan urusanmu. Lagi pula kau pernah bilang tak mau membantu."
"Jadi sekarang masih suka?"
Jean menghela napas. "Mikasa bilang bahwa dia sudah menyukai orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE [RivaEre Fanfiction]
FanfictionFotografer yang tak sekadar ingin memerangkap figur bermata hijau ke dalam kamera. Model berpikiran lurus yang menerima tantangan bertaruh tanpa tahu apa risikonya. [Won an Indonesian Fanfiction Awards 2013 for Best Romance Slash] First Published:...