Chapter 39.5

813 81 17
                                    

Dinner mewah di bawah laut, ditutup dengan dessert perpaduan kue es krim cokelat dengan gula karamel mewah yang membuat Jean Kirstein lupa bahwa ia sedang disorot kamera. Makan terlalu lahap tanpa jeda.

Eren kali ini tidak makan sebrutal biasanya meski dessert itu sangat memikat. Ia masih dalam euforia sekaligus momen autis yang aneh setelah apa yang terjadi di toilet. Sambil makan ia menatap Rivaille yang duduk di hadapannya dengan pandangan lurus.

Rivaille sudah tidak mengusilinya di bawah meja. Pria itu bersantap kudapan penutup dengan tenang, dan Eren meniru sikap pria itu. Tidak ada yang berbicara di antara mereka. Biota laut yang mondar-mandir di luar jendela kaca pun akan heran melihat dua pria itu saling diam, kontras dengan percakapan para juri yang mengisi meja. Anehnya, Eren merasa ia dan Rivaille diam-diam berkomunikasi setiap kali mereka saling melirik. Itu sudah membuatnya puas. Perannya untuk mendiamkan Rivaille hanya lewat mulut saja, bukan dari saling tatap-menatap. Untuk Rivaille yang aslinya sedikit dingin dan pendiam.

Acara dinner selesai. Tim MNTM kembali mengantarkan Eren dan Jean menuju mobil yang mengangkut mereka kembali ke resor.

Hingga ia naik ke mobil dan meninggalkan pelataran pakir hotel berbintang terindah di Bali itu, Eren tidak bertemu Rivaille lagi. Pria itu lenyap bersama dengan ikan-ikan di luar kaca di restoran bawah laut itu. Eren membayangkan Rivaille, dengan iris matanya yang abu-abu, menyatu dengan warna biru kedalaman laut yang sejuk. Ia menjadi hantu laut atau ikan duyung tampan meski tingginya di bawah rata-rata (namun, untungnya para merman di bawah laut tidak memiliki kaki, Rivaille bisa memiliki sirip yang panjang, bukan?). Fantasi konyol Eren membuatnya mendengus sendirian di mobil itu. Jean melirik heran padanya dengan mata berputar.

Ketahuilah bahwa kehidupan Eren tidak selalu berputar pada Rivaille saja.

Ia punya banyak hal yang perlu dilakukan meski tidak bersama Rivaille.

Ini adalah kisahnya, bersama atau tidak bersama dengan Rivaille.

....

Shooting malam itu, di luar dugaan mereka, tidak terlalu melelahkan. Eren dan Jean memilih untuk bersantai di sofa selagi mereka menunggu kantuk.

Maka, mereka berdua berdiri di depan cermin besar yang menghadap pada landasan kecil runway.

"Bagaimana jika kita latihan? Putar suatu lagu agar kita bisa berjalan," pinta Jean.

Eren tahu harus memutar lagu apa. Vogue dari Madanno. Lagu ini membangkitkan kenangan aneh tentang drag queen, Xavi, dan Eren Cherrie Jaeger.

Pada lirik awal lagu "strike a pose!", Eren spontan menegapkan punggung dan bergaya ala male supermodel. Cara Eren berjalan memang tidak sebagus Jean, tetapi Eren tahu cara membusungkan dada dan membuat pundaknya melebar. Yang paling bagus dari dirinya adalah ekspresi; Mata tajamnya menusuk ke cermin seolah ia mampu menonjok pecah kaca itu. Lalu, Eren berjalan dengan tegas ke depan dengan langkah panjang saat Madanno bernyanyi "look around everywhere you turn is heartache".

Sambil mendengarkan lagu itu dan melihat Eren beraksi, Jean mengerjap. "Sepertinya aku pernah mendengar lagu ini? Madanno sang gay icon ... kalau tak salah lagu ini menjadi lagu kebangsaan para gay? Apa aku benar?"

"Hm, aku tidak terlalu tahu. Yang kutahu lagu ini memang sering dipakai di pertunjukan waria," jawab Eren sambil terus berfokus pada langkahnya.

"Oh, tak mungkin kau tak tahu." Jean menatap penuh selidik.

Eren menjawab lagi, "Aku bukan gay, kan? Jadi wajar jika aku tak tahu."

"Tolong." Jean memutar mata. "Memangnya aku percaya kau masih normal setelah semua yang terjadi?"

HAUTE [RivaEre Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang