BAB 12

5.6K 399 9
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTE.

Pertemuan sakral hari ini berjalan dengan baik tidak ada perdebatan apa pun yang tidak berarti. Hanya saja bya yang sebelumnya banyak bicara menjadi diam seribu bahasa itu tidak lain di karenakan ibunya yang sudah mengancam bya jika ia tidak bisa diam maka persyaratan yang di ajukan oleh bya soal perjodohan ini tidak akan di setujui.

"Buk.. bya uda bisa ngomong kan?" Tanya bya bisik-bisik ke telinga ibunya.

Buk rosa hanya menganggukkan kepalanya, gita yang melihat itu pun menahan senyumnya.
Gita berfikir bya adalah gadis yang lucu dan ceria cocok untuk membuat pak abi yang pendiam dan kaku hidupnya jadi lebih berwarna di karenakan oleh bya.

"Tanteee.. si kembar mana? Kok gak di ajak?" Tanya bya yang merasa heran kenapa nathan dan nala tidak di ajak.

"Ohh nathan sama nala? Mereka lagi dirumah neneknya katanya mau jengukin anak kambing tetangga yang baru lahir.." jawab gita sambil geleng-geleng kepala jika mengingat tingkah konyol anak kembarnya itu.

"Waaahhh... asiikk banget mereka tante.. bya juga pengen dong tante main kesana.." ujar bya kegirangan.

"Cihh!!! Dasar bocah.." gumam pelan pak abi yang terus memandang ke arah bya.
Fikirnya ia akan di jodohkan dengan gadis yang umurnya tidak jauh dengannya namun ternyata ia harus menikah dengan gadis yang tingkahnya sama persis kayak bocah.
Dan yang paling ia tidak habis fikir adalah harus menikahi mahasiswinya sendiri.

Kini ia menjilat ludahnya sendiri, ia selalu kesal jika papanya selalu menceritakan asal muasal bagaimana pertemuan antara papanya dan mamanya itu.
Abi berfikir bahwa papanya sama sekali tidak profesional dalam pekerjaan. Bagaimana bisa seorang dosen menikahi mahasiswinya sendiri dan sekarang hal itu terulang kembali kepada dirinya.

"Apa keluarga gue kena kutukan tujuh turunan menikah sama mahasiswi sendiri ya.. kalo gitu kalo gue punya anak nanti ogah gue suruh jadi dosen.. biar keputus tuh kutukan.." gumam pak abi di dalam hatinya.

Namun tiba-tiba pipinya bersemu merah saat mengingat kembali kata-kata yang di ucapkannya soal memiliki anak. Bukankah jika ingin memiliki anak ia harus melakukan hal itu dulu? Bagaimana bisa, sedangkan ia sama sekali tidak punya perasaan dengan bya. Mungkin bya juga tidak akan mau melakukannya. Apalagi saat bya meminta sebuah syarat jika mereka menikah nanti.
Sudah jelas mustahil hal itu terjadi di dalam hubungan pernikahan mereka kelak.

"Gimana kalo waktu kalian libur kita kunjungi rumah nenek.. biar sekalian kenalin cucu mantunya nenek kamu bi.." ujar gita sambil menyenggol lengannya pak abi.

"Abi terserah mama aja.." jawab pak abi singkat.

"Okeeee.., emm.. bya mau kan tante kenalin dengan mamanya tante.. orangnya baik kok gak galak.." tanya gita.

"Mau kok tante.. hehehe" jawab bya sambil tersenyum girang.

Gita tersenyum ramah sambil menggenggam tangannya bya. Gita tidak menyangka bahwa saat ini ia akan memiliki seorang menantu, ia melihat bya seperti ia melihat dirinya sendiri di waktu muda.
Meski dulu kisah asmaranya dengan pak revan penuh dengan liku namun kini ia bersyukur dinikahi oleh pak revan.
Dosen galak yang selalu melunak jika berhadapan dengannya.

"Bya.. kapan-kapan mau kan dengerin kisah cintanya tante sama oom revan?" Ujar gita sambil melirik pak revan.

Mendengar hal itu pak abi langsung tidak menyetujuinya.
"Maaaa... apaan sih, jangan lebay deh.. mama kok jadi sama persis kayak papa.." ujar pak abi yang kesal karena gita berniat menceritakan kisah asmara mereka dulu.

"Hahahaha maaf ya bya.. abi memang gitu dia, dia paling kesal kalo oom ceritain kisah asmara oom sama tante gita.. katanya oom gak profesional karena nikah sama mahasiswinya sendiri.." pak revan nyeletuk.

Bya memandang aneh kepada pak revan dan gita. Otaknya gak nyampe kesana ia berfikir keras lalu ia tiba-tiba paham dengan omongannya pak revan.

"Jadi oon revan juga dosen tante?" Tanya bya tidak percaya.

"Iya sayang oom revan itu dosen tante dulu sewaktu kuliah.. tapi sekarang oom revan uda menjabat jadi rektor di kampus kalian.." gita menjelaskan.

"Waaaahh tante gita keren ya buk bisa nikah sama dosennya sendiri.. berarti bya jadi penerusnya tante gita dong yang juga bakal nikah sama dosen sendiri." Ujar gita sekate-kate.

"Buahahaha benar juga ya ma.. bya jadi penerusnya mama.. dan abi penerusnya papa..hahahaha" ujar pak revan terkekeh geli.

Pak abi sudah kesal bukan kepalang dengan obrolan aneh ini. Dan yang tidak habis fikir lagi adalah bya dengan entengnya membahas soal pernikahan semudah ucapannya.

"Itu bocah kenapa bisa sesantai itu ya..  atau memang gak tau apa-apa soal pernikahan itu gimana.." gumam pak abi dalam hatinya.

Buk rosa diam-diam memandang ke arah pak abi yang sering diam-diam melirik ke arah bya dengan ekspresi aneh. Buk rosa paham kenapa pak abi seperti itu, bahkan dirinya sendiri pun heran kenapa bisa melahirkan putri seaneh itu.

Hari sudah semakin larut akhirnya mereka menyudahi pertemuan ini dan membahas kelanjutannya di kemudian hari.
Buk rosa dan bya hendak pamit untuk pulang duluan karena harus segera menyetop taksi.
Namun gita meminta pak abi untuk mengantarkan mereka pulang.
Awalnya buk rosa menolak karena tidak enak, namun gita memaksa dan pak abi juga mengatakan ia bersedia untuk mengantarkan mereka pulang.

"Mbak gita..saya pamit pulang dulu ya.. assalammualakum" pamit buk rosa.

"Waalaikumsalam mbak rosa.. hati-hati  dijalan.." jawab gita sambil tersenyum ramah..
"Oh iya.. abi jangan ngebut-ngebut ya nak.." perintah gita.
Pak abi hanya menganggukkan kepalanya.

Bya berjalan menuju mobilnya pak abi ia hendak duduk di belakang bersama ibunya lalu tiba-tiba pak abi nyeletuk.

"Bya.. saya ini calon suami kamu bukan supir kamu.." ujar pak abi yang sudah duduk di kemudinya.

Bya sama sekali gak paham dengan ucapan yang di lontarkan oleh pak abi. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Gita sempat heran kenapa mobil mereka tidak juga jalan.

"Byaa.. kamu duduk di depan nak.." perintah buk rosa yang paham dengan maksud perkataanya calon menantunya itu.

"Tapi bya mau duduk di samping ibuk aja.." ujar bya yang tidak setuju.
Dengan mata melotot buk rosa meminta bya untuk pindah tempat duduk menuju kursi depan di samping pak abi.
Dengan malas bya keluar lagi dari mobil dan berpindah duduk ke kursi depan.

"Kenapa musti duduk di depan juga.. memangnya kenapa kalo di belakang.." gumam bya kesal.

Gita yang paham pun terkekeh geli melihatnya.
Bya memang terlalu polos untuk memahami hal-hal yang seperti itu.

Mobil pak abi melaju menuju rumahnya bya, namun pak abi yang tidak mengetahui pasti dimana rumahnya bya agak sedikit bingung.
Ia ingin bertanya namun ia sedikit canggung karena memang mereka belum saling mengenal dekat.

Karena melihat pak abi yang juga tidak  bertanya, akhirnya buk rosa yang duluan menjelaskan dimana alamat rumah mereka. Pak abi merasa sedikit lega karena tidak harus bertanya duluan.

Bya yang sedari tadi hanya diam membisu sibuk memandang kearah luar mobil melalui kaca di sampingnya. Banyak sekali yang ia fikirkan saat ini, bukan hal yang mudah baginya untuk menerima perjodohan ini.
Umurnya yang masih sangat muda kelak harus ia habiskan sisa hidupnya bersama seseorang yang saat ini belum ia cintai.
Bahkan bya pun tidak mengerti betul apa itu cinta karena sedari lahir bya adalah jomblo sejati.

🦋🦋🦋

sorry telat updatenya.. berhubung karena lebaran juga lagi males ngapain-ngapain 🙏😁

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang