BAB 38

4.5K 428 31
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Bya berjalan dengan perlahan menuju kamar ruang perawatan yang dikatakan Bagas ada keberadaan pak Abi di dalamnya. Awalnya ia enggan untuk melihat namun hatinya sangat penasaran siapa yang hendak di jenguk oleh pak Abi.

"By, kamu yakin mau liat langsung? Kalau nantinya itu adalah hal yang menyakitkan.. bagaimana?" Ujar Bagas yang merasa kawatir dengan Bya.

"Lebih baik gue liat dengan mata kepala gue sendiri kan Gas dari pada tau dari orang lain.. gue siap kok.. lagian cuma penasaran doang.." jawab Bya dengan mantap, padahal hatinya juga merasa gugup jika nantinya ia melihat yang seharusnya tidak ia lihat.

Bya menguatkan hati, kaki dan fikirannya agar bisa terus berjalan dengan tegar. Setelah sampai di pintu ruangan yang kebetulan tembus pandang ke dalam ruangan Bya kaget dengan ekspresi wajah yang datar.

Menelan ludahnya kasar, mengepal kuat tangannya emosinya memuncak hingga ke ujung-ujung jarinya.

"By, kamu lihat apa??" Tanya Bagas yang penasaran. Namun, Bya tidak menjawab sama sekali. Karena penasaran Bagas langsung mengintip sedikit.

Sontak Bagas kaget saat melihat pak Abi sedang di peluk oleh seorang wanita. Bagas menutup mulutnya dengan tangan karena kaget dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Bya.. kamu gapapa? Yukk pulang aja.. kamu uda lihat semua kan? Cukup sampe disini aja.. kalau pak Abi tau bisa gawat.." ujar Bagas memperingatkan Bya.

Namun, Bagas kaget karena mendadak Bya malah berlari pergi meninggalkannya dirinya sendiri.

"Byaa... tunggu aku..." teriak Bagas dan ikut berlari mengejar Bya.

Setelah mencari-cari Bagas menemukan Bya berada di taman belakang rumah sakit.

Huuuh haaahh huhhh haahhh
Bagas ngos-ngosan kelelahan karena sedari tadi mencari keberadaan Bya.

"Akhirnya kamu ketemu.. kamu kenceng banget sih larinya by, aku sampe kalah cepat.." ujar Bagas sambil masih ngos-ngosan.

"Gas... kok hati gue sakit banget ya ngeliat pak Abi di peluk sama cewek lain?" Ujar Bya tanpa menoleh ke arah Bagas sama sekali.

Bagas malah menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Karena tidak mendapat jawaban dari Bagas, Bya pun menoleh.

"Jangan bilang lo juga gak ngerti apa yang gue rasain saat ini?" Ujar Bya sewot.

"Hehehehe sorry By, aku gak ngerti soal percintaan.." jawab Bagas kikuk.

"Gue juga gak ngerti sih, kita sama.. lo memang cocok jadi sahabat gue Gas.. kita sefrekuensi.." ujar Bya.

"Kita kan gak lagi dengerin radio By, kok malah ngomongin frekuensi?" Tanya Bagas.
Mendengar ucapan Bagas, Bya rasanya semakin frustasi saja.

"Lo cari aja di paman google apa maksudnya sefrekuensi.. memangnya dijaman begini masih banyak yang denger radio?" Ujar Bya kesal.

"Okee.. nanti aku cari di google ya.." jawab Bagas dengan polosnya.

"Terserah lo deh Gas.. lo gak ke tempat oma lo? Kan tadi lo bilang mau nyusul kesana?" Tanya Bya.

"Akhh.. iyaa aku lupa.. tapi kamu gapapa aku tinggal disini sendirian?" Tanya Bagas.

"Gue gapapa Gas, lagian gue lagi pengen sendirian aja kok.. udah lo sana cabut, ntar oma lo lama nunggu.." ujar Bya meminta Bagas untuk meninggalkan dirinya sendiri.

"Yauda aku ke ruangan oma dulu ya.. kamu jangan kemana-mana nanti kita pulang bareng.." pinta Bagas.

"Iyaa gue stay disini sampe lo balik.. uda gih sono pergi.." jawab Bya.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang