BAB 10

6.8K 411 5
                                    

Bya sedang menendang-nendang batu yang ada di pinggiran jalanan. Ia baru saja pulang dari kampus, wajahnya terlihat murung seperti seseorang yang sedang di landa masalah tujuh turunan.

"Suit..suit.. kok bengong aja nih neng.. lagi ada masalah ya.. sini cerita sama oom.."

Bya menoleh malas ke arah suara yang sedang mencoba untuk mencari masalah dengannya.

"Gue lagi malas ladenin lo lang.. jadi tolong jangan jadi orang menyebalkan saat ini.. oke!!" Ujar bya yang meneruskan perjalanannya.

"Idihhh.. kayaknya bener-bener lagi mendung ini.. biasanya juga di gangguin gitu bakal panas sepanas matahari.." gumam galang yang terus mengikuti bya.

Galang paham bahwa bya saat ini bukan waktunya untuk bercanda dengan bya. Meskipun bya adalah orang yang cukup santai dalam menghadapi apa pun. Namun kali ini pasti masalahnya lebih dari yang galang bayangkan hingga membuat bya jadi terdiam begitu.

Sebagai seorang sahabat galang hanya bisa menemani bya untuk menyemangatinya meski ia pun tidak tau apa permasalahan yang di hadapi bya.

"Byaaa tungguin gue.." teriak galang yang sudah ketinggalan jauh jaraknya dari bya.

Akhirnya mereka pulang kerumah bersama-sama. Tetangga daerah rumah pun semua terlihat heran. Tumben bya dan galang tidak ribut seperti biasanya.

***

Nathan dan nala senggol-senggolan di meja makan. Mereka merasa aura keadaan makan malam hari ini sangat mencekam. Biasanya mamanya akan banyak mengoceh ini itu, namun kali ini mamanya diam seribu bahasa tanpa sepatah kata pun.

Sedangkan papanya hanya sibuk melahap makanannya tanpa perduli apa pun. Sebenarnya bukan maksud untuk tidak perduli namun ia tau alasan pasti kenapa meja makan berubah menjadi dingin sedingin kutub utara.

Gita sibuk memakan makanannya dan abi juga sibuk dengan makanannya sendiri. Hanya si kembar yang merasa tidak nyaman dengan situasi seperti ini.

Hampir saja nathan menggebrak meja namun ia urungkan setelah kakaknya membuka suara.

"Maaa.. paaa.. abi setuju.." jawab singkat pak abi yang masih terus melahap makananya sendiri.

Gita dan pak revan sudah saling pandang sambil kaget dan juga tersenyum-senyum sendiri.
Nathan dan nala kebingungan dengan keadaan yang sangat tiba-tiba seperti ini.

Mas abi setuju soal apa? Gumam nathan dan nala di dalam hati. Karena mereka kembar pemikiran mereka terkadang bisa saja sama dalam hal apa pun.

"Beneran kamu setuju sayang?" Tanya gita girang.
Pak abi hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Alhamdulillah.. mama seneng dengernya.. mama yakin, mama gak bakal salah pilih.. dia itu gadis yang baik nak.. memang agak gak bisa diem sedikit tp itu cuma salah satu kelebihannya.. tapi mama yakin dia itu bisa jadi istri yang baik untuk kamu.." ujar gita panjang lebar.

"Apaaaa?? Istri? Mas abi mau nikah ma? Sama siapa?" Teriak nathan kaget.

Plak!!
Pundak nathan di keplak oleh nala.

"Santai aja kali than gausah drama gitu.. kayak lagi meranin karakter antagonis aja.." ujar nala santai.
Nala sebenarnya juga kaget namun ia tidak menunjukkan langsung sikapnya itu. Sedangkan nathan ia orang yang cukup frontal.

"Mas abi beneran mau nikah?"tanya nathan.
Namun pak abi hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan nathan.

"Iyaaa bener.. tapi bukan sekarang.. nanti kalo mas abi uda saling ketemu sama calonnya.." jawab gita.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang