BAB 90

3.8K 361 21
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Pak Abi yang baru saja menerima sebuah kotak dari Bella langsung ingin membuka kotak tersebut. Namun belum juga kotak itu terbuka mendadak ponselnya berdering. Ia pun memilih untuk mengecek ponselnya dan mengurungkan niatnya untuk membuka kotak itu.

"Iya buk kenapa?" Tanya Pak Abi yang menjawab telfon ibu mertuanya.

Tidak biasanya ibu mertuanya menelfon sepagi ini. Padahal ia baru saja sampai di kampus.

"Apa buk? Bya uda mau brojol? Sekarang?" Ujar Pak Abi kaget.

"Iya nak Abi ya sekarang dong.. masa tahun depan.. kamu cepetan nyusul kerumah sakit ya.. tapi ibuk belum tau ini mau dibawa kerumah sakit mana.. nanti ibuk kirim pesan singkat aja.. ibuk tutup dulu.. Bya uda kayak reog.." jawab bu Rosa.

Pak Abi yang awalnya panik mendadak membayangkan bagaimana keadaan istrinya saat ini. Mendadak pak Abi malah tersenyum sendiri saat membayangkan wajahnya Bya.
Tidak ingin berlarut menertawai istrinya sendiri pak Abi langsung menelfon papanya untuk memberi kabar penting ini.

Bya sudah sampai di rumah sakit terlihat perawat dan beberapa dokter sudah menunggu. Seolah-olah orang penting sedang datang dan butuh pertolongan.

"Buk... Bya kok mendadak dangdut eh mendadak gugup ya.." ujar Bya.

"Kamu ini jangan bikin ibuk naik darah Bya.. kamu harus kuat ya.. jangan gugup semuanya pasti baik-baik aja.. oke.." jawab Bu Rosa mencoba untuk menenangkan putrinya.

"Tapi Bya takut sendirian di ruang operasi buk.." ujar Bya lagi.

"Siapa bilang kamu mau di operasi dokter saja belum mengatakan apa-apa Bya.." jawab Bu Rosa.

"Mas Abi kemana sih buk kok belom nyampe juga.. Ini kan gara-gara mas Abi.. Bya harus ngerasain sakit begini buk.." ujar Bya mengomel. Padahal saat ini ia sedang berbaring dan di dorong menuju ruang pemeriksaan.

"Istighfar Bya.. jangan ngomel-ngomel terus.. suami kamu lagi diperjalanan kesini kok.. pasti bakalan datang.. kalo gak datang ibuk pukulin nanti suami kamu itu.." jawab Bu Rosa.

Galang dan Bagas hanya bisa terdiam mendengar obrolan ibu-ibu yang hendak melahirkan dan ibunya. Mereka kebingungan namun mereka mencoba untuk bersikap setenang mungkin. Apalagi melihat kepanikan yang Bya rasakan saat ini.

"Buk.. kalo nanti Bya di operasi ibuk mau kan nemenin Bya.." ujar Bya memohon.

"Gak bisa nak.. ibuk bukan dokter dirumah sakit ini.. peraturannya pasti tidak akan mengizinkan hal itu.." jawab Bu Rosa.

"Bya gapapa kalo mas Abi gak di dalem buk.. yang penting ada ibuk.. ya..ya..ya.. kan rumah sakit ini punya Bagas dan ibuk juga dokter jadi gak masalah kan buk.." ujar Bya semakin memohon.

Bu Rosa kebingungan harus menjawab apa karena memang rumah sakit pasti memiliki aturannya sendiri. Dan yang diperbolehkan masuk hanyalah suami atau ayah dari sang bayi. Namun melihat Bya yang sangat membutuhkannya Bu Rosa pun sangat ingin menemani Bya di masa persalinannya. Bagaimana pun Bya masih sangatlah muda dan lagi ia harus berjuang untuk melahirkan ketiga anaknya kedunia.

"Tante.. nanti coba Bagas ngomongin ke Oma ya.. mana tau oma bisa ngasih izin kalau tante ikutan masuk juga.." ujar Bagas.

"Tuh kan buk.. Bagas aja mau kok bantuin..ya..ya..ya.. mau ya buk.. ibuk temenin Bya.. Bya takut buk.." ujar Bya.

"Kita liat nanti ya nak.. ibuk gak bisa janji.. tapi mudah-mudahan ini sesuai dengan keinginan kamu.." jawab Bu Rosa.

Saat Bya sudah akan masuk keruang pemeriksaan baru lah Pak Abi sampai dirumah sakit. Tanpa Berfikir panjang lagi pak Abi langsung mengencangkan laju larinya. Beruntung ia sampai tepat waktu.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang