BAB 71

6.8K 444 56
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Pak Revan baru sampai dirumah karena mendengar kabar anak bontotnya belum juga pulang kerumah. Namun ia heran melihat putrinya masih berdiri di depan dengan wajah yang tersipu malu.

"Ada apa ini? Kenapa ekspresi itu sepertinya sangat tidak asing.." gumam Pak Revan.

Pak Revan langsung keluar dari mobil bahkan ia belum memasukkan mobilnya ke garasi. Karena rasa penasarannya dengan alasan yang membuat putrinya tersenyum seperti itu.

"Kenapa anak papa masih disini? Kenapa juga senyum-senyum sendiri.. nanti kalo orang lihat dikira anak papa ini kesambet setan senyum loh.." ujar pak Revan.

Bukannya menjawab pertanyaan papanya Nala malah langsung loncat dan mencium pipi pak Revan. Sontak pak Revan terkejut dan terdiam karena tindakan putrinya yang tiba-tiba mencium pipinya.

"Nala sayang papa.." teriak Nala sambil berlari kecil seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan ice cream kesukaannya.

Pak Revan menyentuh pipinya sendiri karena kaget mendapat ciuman singkat dari putrinya. Ia bahkan senyum-senyum sendiri karena tidak menyangka putrinya akan melakukan hal itu di depan rumah seperti ini.

"Kenapa tiba-tiba begini? Ada apa dengannya? Kenapa dia bisa sesenang itu.." gumam pak Revan heran sambil geleng-geleng kepala.

Melihat mobilnya belum ia parkirkan ke garasi ia langsung menaiki kembali mobilnya dengan perasaan yang juga bahagia. Tidak akan ada yang tidak bahagia ketika mendengar ungkapan rasa sayang dari putrinya sendiri.

"Nalaaaa... kenapa gak nelfon mama dulu kalau pulangnya telat?" Tanya Gita.

"Maaf ma Nala lupa.. habisnya kelewat menikmati suasana.." jawab Nala lalu ia langsung lari menuju ke kamarnya.

"Menikmati suasana? Jawaban apa itu.." gumam Gita heran.

Beberapa menit setelah putrinya masuk pak Revan juga terlihat sedang meletakkan tasnya di sofa. Gita langsung menghampiri suaminya yang baru saja pulang bekerja.

"Loh mas uda pulang? Bukannya tadi katanya ada pertemuan? Kok pulangnya cepet banget.." ujar Gita sambil mencium tangan suaminya, pak Revan tidak lupa mencium keningnya Gita dengan mesra.

"Abisnya tadi mama bilang Nala belum pulang jadinya kan papa kawatir.. takut di apa-apain anak kita sama si Dewa.. eh salah si Bagas.." jawab pak Revan.

"Husssshhh.. mas ini mikirnya aneh-aneh aja.. Bagas itu anak yang baik persis kayak papanya.. gak mungkin mau bertindak yang aneh-aneh.. jangan ngawur.." ujar Gita sambil mencubit perut suaminya.

"Tuh kan.. kamu masih belain Dewa.. jangan-jangan kamu suka ya sama Dewa.. aku kurang apa sih sayang.. aku memang gak sekaya Dewa tapi aku punya cinta yang luas seluas lautan dibumi ini sayang.." ujar pak Revan manja.

"Ya ALLAH kenapa aku punya suami seabsurd ini.." gumam Gita sambil geleng-geleng kepala.
Malas meladeni kecemburuan suaminya yang kadang membuatnya ngelus dada. Gita memilih kembali melanjutkan pekerjaan rumahnya. Sedangkan pak Revan malah mengekori Gita kemana pun Gita pergi.

***

Bya dan pak Abi sedang dalam perjalanan kembali pulang kerumah. Pak Abi sesekali menatap wajahnya Bya yang terlihat pucat karena sepertinya Bya masih menahan sakit.

"Masih sakit banget ya.." ujar pak Abi yang merasa tidak tega dengan Bya.

"Sakit mas tapi gapapa kok aku bisa tahan.." jawab Bya sambil mencoba untuk tersenyum.

"Tapi kamu harusnya istirahat dirumah.. yang kemarin aja sampe libur tiga hari.. ini harusnya bisa-bisa lebih dari seminggu.." ujar pak Abi lagi.

"Ya gimana dong mas.. aku lupa kalo hari ini ujian.. kalau inget kan gak bakalan aku gas.. nunggu kelar ujian dulu.." jawab Bya lagi.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang