BAB 58

4.8K 484 19
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Hujan terlihat sudah mereda langit pun sudah kembali cerah. Kedua sejoli sedang berjalan menuju ke parkiran dengan tangan yang saling bertautan.

"Hhhaaaachhhiiiimmm.."
Mendadak hidung Bya gatal dan langsung bersin. Mungkin karena sebelumnya kehujanan dan tidak mengganti pakaian.

"Kamu flu? Pulang ini kita mampir ke apotik ya.. sekalian baju kamu harus diganti.." ujar Pak Abi sambil mengusap kepala Bya dengan lembut. Ia juga merangkul Bya sambil berjalan agar Bya merasa lebih hangat.

Sesampai di mobil pak Abi membukakan pintu untuk Bya. Bya yang diperlakukan semanis itu hanya bisa menahan senyumnya. Padahal kenyataannya ia ingin sekali berteriak girang.

"Makasih mas.." ujar Bya.

"Sama-sama sayang.." jawab pak Abi sambil senyum.

Sepanjang perjalanan Bya tiada hentinya senyum-senyum sendiri, ia tidak menyangka hubungannya dengan pak Abi sudah mulai ada peningkatan yang signifikan. Kini mereka sudah selayaknya pasangan suami istri meski masih ada yang belum dilakukan agar status suami istri mereka kian sempurna.

Namun Bya tidak bisa membayangkan hal itu dan tidak pernah berfikiran akan melakukannya segera. Membayangkannya saja sudah membuat ia takut setengah mati.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Pak Abi merasa heran dengan sikap Bya yang tiba-tiba ketakutan.

"Gapapa kok mas cuma lagi kedinginan aja jadi merinding deh.." jawab Bya berbohong padahal kenyataannya ia sedang berfikir yang tidak-tidak hingga ketakutan sendiri.

"Sabar ya sayang.. nanti kita cari toko baju, biar kamu bisa ganti baju.. kalau basah begini bisa tambah sakit.." ujar Pak Abi.

Bya hanya mengangguk patuh dengan segala ucapannya pak Abi karena Bya merasa malu sendiri saat ia berfikir hal-hal yang tidak senonoh tadi. Melihat ke arah jendela pilihan terbaik karena jika memaksa mel

"Mas kira-kira Bya ada disana gak ya.. mama kok jadi kawatir.." ujar Gita yang sedari tadi mondar-mandir persis seperti setrikaan.

"Tenang sayang.. papa yakin Abi uda ketemu sama Bya kok.. buktinya dia gak ngehubungi kita.. pasti saat ini mereka lagi berduaan untuk menyelesaikan masalah mereka.." jawab Pak Revan yang duduk santai.

"Jadi papa ngeliat Bya di tampar sama mantan kekasihnya Abi?" Tanya Gita yang kini sudah duduk di samping suaminya.

"Iya papa ngeliat langsung tapi papa gak nyangka aja kalau mantan kekasih Abi bakalan lakuin hal yang tidak terpuji seperti itu.. padahal yang preman itu Bya kenapa malah gadis seanggun itu bisa bersikap kasar seperti itu.." ujar pak Revan.

"Makanya mas kita itu gak bisa nilai orang dari luarnya aja.. meski menantu kita itu gak ada anggun-anggunnya sama sekali.. menantu kita itu baik hati dan tidak sombong.. aku gak salah pilih menantu kan mas.." jawab Gita.

"Aku tidak pernah menyesal menikahi kamu.. meski kamu sama premannya dengan menantu kita.. kamu wanita terbaik yang pernah aku miliki.." ujar Pak Revan sambil merangkul Gita.

"Gausah gombal muji-muji begini.. mas ada maunya kan? Iyaa kan??" Ujar Gita menyelidik.

"Hahaha kalau papa ada maunya tinggal minta kok ngapain harus muji-muji dulu.." jawab Pak Revan sambil semakin erat memeluk istrinya. Ia bahkan mencium-cium gemas istrinya yang sudah ia nikahi selama 27 tahun itu.

Setelah menempuh perjalanan agak jauh dari pantai akhirnya pak Abi menemukan toko pakaian yang ada di pinggir jalan.

"Cari apa mbak dan mas..?" Ujar pemilik toko.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang