BAB 85

3.9K 402 34
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Setelah pertemuan yang tidak terduga kemarin saat ini Bya dan Bu Rosa terlihat banyak diam. Seperti sedang mengorek luka lama dan kembali mencuat ke permukaan. Luka yang selama ini bu Rosa pendam sendiri akhirnya harus ia rasakan lagi bagaimana pedihnya kebohongan yang  begitu menusuk hatinya.

"Sayang.. ibuk gak mau makan loh itu.. nanti kalau ibuk sakit gimana.." ujar pak Abi.

"Aku juga bingung mas dan aku juga gak bisa maksa ibuk mas.. aku ngerti bagaimana perasaan ibuk.. ibuk menderita selama ini.. bukan hanya soal bapak, tapi ibuk susah payah besarin aku seorang diri mas.. ibuk kerja banting tulang demi aku mas.. sampai bisa sekolahin aku begini.." jawab Bya.

"Jadi kita harus apa sayang.. kalau ibuk gak mau makan sampe seharian gimana.." ujar pak Abi yang merasa kawatir.

Bya pun akhirnya berfikir sejenak mencari ide agar ibunya mau makan. Sebagai anak ia juga tidak ingin ibunya kenapa-kenapa. Namun mendadak Bya mengingat sesuatu yang pasti ibunya akan sangat menyukainya.

"Mas.. aku tau deh gimana caranya supaya ibuk mau makan.." ujar Bya.

"Gimana.. gimana? Coba cerita sama mas.." jawab pak Abi antusias.

"Ibuk suka banget makan pecelnya mbok Darmi mas.. tapi tempatnya jauh sih.. musti ke pedesaan gitu.." ujar Bya.

"Yauda ayookk kesana ajak ibuk sekalian kita jalan-jalan kesana.." jawab Pak Abi yang langsung bersemangat.

"Tapi tempatnya jauh mas.. mbok Darmi jualannya sorean gitu pasti kita musti nginep loh disana.. ntar mas ngajar besok gimana?" Ujar Bya.

"Jangan difikirin sayang kalo soal itu.. sekarang kita siap-siap.. mas bisa minta cuti sehari kok sama papa.." jawab pak Abi.

"Ohh iyaa bener.. hehehe yauda aku bilang sama ibuk dulu ya mas.." ujar Bya yang mulai ikut bersemangat karena ia akan jalan-jalan ke pedesaan. Tempat dimana ia biasanya mengahabiskan waktu liburan sekolahnya dulu.

"Kalian mau bawa ibuk kemana? Sampe harus tutup klinik.." tanya bu Rosa.

"Ibuk duduk aja yang manis di belakang ya.. nanti ibuk tau sendiri kita mau kemana.." jawab Bya.

Bya duduk sambil mengelus-elus perutnya yang semakin membesar meski sebenarnya ia sedikit malas untuk kemana-mana. Namun demi ibunya ia akan memaksakan dirinya melawan rasa magernya itu.

Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya mereka sampai di tempatnya mbok Darmi. Terlihat mbok Darmi sudah berjualan di depan rumahnya. Bu Rosa langsung terlihat tersenyum saat melihat mbok Darmi sedang menjajakan pecelnya ke pelanggan.

"Jadi kalian sengaja diem-diem bawa ibuk kesini?" Ujar Bu Rosa yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Ibuk gak mau makan jadi kami bawa ibuk kesini makan pecel pasti ibuk gak bakalan nolak.." jawab Bya.

"Kalian ini ya.. yaudah ayook kita makan pecelnya.. ibuk uda laper.." ujar Bu Rosa.

Mereka pun akhirnya memesan pecelnya bu Darmi. Sesuai dengan kebiasaannya Bya yang selalu makan dengan porsi double kini berubah menjadi porsi tripel. Bahkan mungkin bisa jadi akan bertambah karena bayi yang di kandungnya Bya ada tiga.

"Makannya pelan-pelan sayang nanti keselek loh.." ujar pak Abi.

"Hehehe maaf mas.. kelepasan.. akunya laper sih.." jawab Bya.

"Ibuk yang gak nafsu makan kenapa malah kamu yang doyan makan.." ujar Bu Rosa mengejek putrinya.

Bya sama sekali tidak perduli dengan ejekan ibunya ia malah sibuk menyantap pecel yang ada di depannya dengan tempe goreng, bakwan jagung dan sate puyuh.
Pak Abi sampai geleng-geleng kepala melihat istrinya yang kebangetan nafsu makannya.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang