BAB 101 END

4.5K 306 21
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Empat tahun kemudian..

Bya sedang meringkuk di balik gorden ruang tamu rumahnya. Entah apa yang sedang ia lakukan namun terlihat ia hanya diam dan tak bergerak.

"Ssstttt.. jangan berisik nanti mama denger.." ujar Ardha sambil sedikit berbisik.

"Alena kok yang berisik, bukan aku.." jawab Arsya dengan tampang datar.

"Kok aku.. kamu tuh dari tadi jalannya gak mau jinjit.. nanti bisa ketauan sama mama.." ujar Alena yang tidak mau di salahkan.

"Udah dong, kalian bisa diam gak sih.." teriak Ardha yang mulai kesal dengan perdebatan antara Arsya dan Alena.

Bya cekikikan mendengar perdebatan antara ketiga anak kembarnya itu. Padahal tanpa mereka tau Bya sudah sejak awal tau kalau mereka sudah ada di dekat dimana ia bersembunyi. Ketiga bocah itu tidak bisa menahan diri tidak berisik.

"Bocah-bocah itu gak bisa satu hari aja gak berantem.." gumam Bya di dalam hatinya.

"Hiks...hiks..hiks... huaaaaaaaaa.." tangisan menggelegar Alena yang tidak terima karena mendengar suara kerasnya Ardha. Alena merasa sakit hati karena Ardha memarahinya. Alena merasa ia tidak salah sama sekali namun Ardha malah memarahinya.

"Cengeng.." gumam Arsya mengejek.

Tangisan semakin menggelegar saja karena Arsya sengaja mengejek Alena. Sedangkan Ardha kebingungan bagaimana cara untuk membuat Alena diam dari tangisannya.

"Uda dong Al.. jangan nangis, aku minta maaf ya.. maaf karena tadi teriakin kamu.." ujar Ardha sambil menepuk pundaknya Alena agar Alena tidak menangis lagi.

Bya tepuk jidat mendengar putri satu-satunya menangis. Seperti biasanya ketika pertengkaran terjadi Alena lah yang sering mengeluarkan tangisan menggelegar.

"Sudah gue duga pasti bakal ada pertumpahan air mata.." gumam Bya sambil geleng-geleng kepala.

Akhirnya mau tidak mau Bya pun keluar dari persembunyiannya. Ia dan ketiga anak kembarnya itu awalnya bermain petak umpet. Namun memang dasarnya ketiga bocah itu demen bertengkar. Saat bermain pun pasti ada saja yang membuat pertikaian terjadi tanpa di duga-duga.

"Udah-udah.. jangan nangis lagi.. masa lagi main petak umpet malah nangis.. gak asik dong.." ujar Bya yang langsung keluar dari balik gorden.

"Hiksss...hiks... Ardha ma... Ardha teriakin Alena.. hiks..hiks..." jawab Alena sambil menangis pilu.

Bya langsung memeluk putri semata wayangnya itu untuk menenangkannya. Alena pun akhirnya tidak menangis lagi. Setelah Alena tenang baru lah Bya memberi pengertian kepada ketiga anak kembarnya itu.

"Sayang.. Ardha uda minta maaf kan sama Alena?" Ujar Bya.
Alena menganggukkan kepalanya sambil sedikit terisak-isak. Sedangkan Ardha terlihat merasa bersalah karena sudah membuat Alena menangis.

"Jadi Alena mau memaafkan Ardha?" Tanya Bya lagi.

"Mau.." jawab Alena singkat.

"Kalau gitu kalian saling berjabat tangan terus pelukan.." ujar Bya memerintahkan Alena dan Ardha.

Ardha langsung menyodorkan tangannya ingin meminta maaf untuk kesekian kalinya kepada Alena. Awalnya Alena enggan memberikan tangannya namun melihat ketulusan Ardha. Alena pun mau menyambut tangannya Ardha dengan senyuman. Lalu mereka saling berpelukan seolah-olah mereka lupa kalau sebelumnya telah terjadi pertikaian kecil.

"Arsya kenapa diem?kamu gak mau minta maaf sama Alena?" Tanya Bya.

"Arsya salah apa ma? Arsya dari tadi diem aja kok gak ngapain-ngapain.." jawab Arysa.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang