BAB 61

4.9K 478 31
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Setelah kejadian memalukan itu berlalu sudah tiga hari Bya tidak masuk kuliah. Bukan karena demamnya yang tidak kunjung turun melainkan ia masih merasa sakit gara-gara tindakan suaminya sendiri.

"Kamu yakin hari ini mau masuk kuliah?" Tanya Pak Abi yang sedang sarapan.

"Yakin dong mas.. uda tiga hari aku absen mulu ntar apa kabar sama nilai aku.." jawab Bya.

"Memangnya uda bener-bener sembuh? Uda gak sakit lagi?" Ujar pak Abi lagi.

"Emmm... uda gak sakit lagi kok uda bisa jalan dengan bener.." jawab Bya sedikit malu.

Pak Abi menganggukkan kepalanya sambil senyum-senyum. Hari ini mereka sarapan pagi hanya berdua saja karena Rosa mendadak harus pulang ke kampung halamannya karena ada masalah yang terjadi. Awalnya bya ingin ikut namun karena mengingat Bya harus kuliah. Rosa memutuskan untuk pergi sendirian saja.

"Gimana rasa nasi goreng buatan mas? Enak?" Tanya Pak Abi.

"Enak kok.. gak kalah enak dari buatan ibuk.." jawab Bya sambil memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Pak Abi merasa senang melihat Bya yang begitu lahap saat makan nasi goreng buatannya. Melihat Bya begitu bahagia pak Abi juga ikut merasa bahagia. Ia tidak menyangka gadis kecil di hadapannya ini adalah istrinya. Ia juga tidak menyangka jodohnya adalah gadis bar-bar yang gak ada femininnya sama sekali.

"Di kampus kita gak perlu nutupin apa-apa lagi.." ujar Pak Abi tiba-tiba.

"Uhuuukkkk...uhuuukkk.."
Bya terbatuk-batuk mendengar ucapannya Pak Abi.
Pak Abi langsung memberikan air putih untuk Bya.

"Maksud mas gimana? Kita ngepublish hubungan kita?" Tanya Bya.

"Iyaa.. kenapa kamu gak mau?" Jawab pak Abi.

"Bukan gitu mas.. bukan gak mau cuma kalo orang-orang mikir yang aneh-aneh gimana?" Ujar Bya.

"Gausah perduli dengan omongan orang lain sayang.. yang menjalani kehidupan itu kita sendiri bukan mereka.. baik buruknya cuma kita dan ALLAH yang tau.. pendapat orang lain gak perlu kita fikirkan.. oke.." ujar pak Abi sambil mengusap kepalanya Bya.

Mereka pun kembali melanjutkan sarapan, melihat waktu sudah menunjukkan pukul delapan yang itu artinya mereka harus segera mempercepat sarapan. Bya harap-harap cemas karena hari ini untuk pertama kalinya mereka bersikap selayaknya memiliki hubungan di depan umum.

Biasanya Bya harus diam-diam keluar dari mobilnya pak Abi. Namun kali ini ia harus terbiasa meski orang lain akan menatapnya. Bya merasa ragu keluar dari mobil kakinya sangat berat untuk keluar.

"Gapapa sayang.. semua akan baik-baik aja kok.. percaya sama mas.. oke.." ujar pak Abi meyakinkan Bya.

Akhirnya Bya mencoba untuk memberanikan diri keluar dari mobil dengan sikap yang sebisa mungkin biasa saja. Pak Abi juga keluar dari mobil dan tersenyum melihat Bya yang masih terdiam di tempat seolah-olah kakinya lengket.

Pak Abi langsung menarik tangan Bya agar mengikutinya, sontak Bya kaget dan mencoba untuk melepaskan genggaman tangannya pak Abi.

"Mas jangan pegang-pegangan tangan nanti diliat orang.." ujar Bya.

"Makanya ayook jalan.. masa kamu mau berdiri disitu terus..." jawab pak Abi.

Akhirnya Bya ikut berjalan dibelakangnya pak Abi semua yang ada di area parkir menatap ke arah mereka dengan tatapan penasaran.
Bagas yang juga baru datang melihat Bya berjalan dengan pak Abi ia langsung menghampiri.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang