BAB 94

3.4K 305 8
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Pak Revan berjalan mendekat ke arah istrinya itu, ia mencoba untuk duduk berdekatan dengan Gita. Namun Gita malah bergeser tidak ingin duduk dekat-dekat dengan suami yang sudah memberikan tiga orang anak untuknya.  Pak Revan tidak kehabisan nyali ia terus bergeser mengikuti pergerakannya Gita. Konyolnya mereka tidak sadar Nala juga ikutan duduk di sofa tepat sebelah mamanya. Karena kedua orang tuanya terus bergeser membuat Nala terhimpit hingga ke ujung.

"Ma... pa... jangan geser terus dong.. Nala kegencet ini.." teriak Nala sambil mendorong tubuh mamanya sendiri.

Dorongan itu membuat Gita menubruk tubuhnya pak Revan. Tidak menyia-nyiakan kesempatan pak Revan malah sengaja membentangkan tangannya agar Gita jatuh ke dalam pelukannya.

"Lihat deh papa kamu itu.. mau nyari kesempatan.." ujar Gita.

"Papa besok mau pergi sama Nathan loh.. mau main ke Mall.. ya mungkin bakal belanja ini itu.. ya kan Than.." ujar Pak Revan.

Nathan mengerutkan keningnya namun ia sadar kenapa papanya berkata seperti itu. Nathan memberi jawaban kepada dengan mengangkat tangannya. Mata Nala langsung berbinar saat mendengar papanya akan pergi ke mall bersama Nathan. Ini adalah kesempatan baginya untuk ikut ke mall dan membeli barang-barang yang ia butuhkan.

"Mama geser maaaa.. Nala kegencet ma.. gak bisa nafas ma.." ujar Nala sambil mendorong Gita agar jatuh kepelukannya Pak Revan.

Gita langsung menatap jengkel ke arah suaminya itu karna berhasil membuat putrinya berpihak padanya. Pak Revan malah menyunggingkan senyum liciknya. Sedangkan Gita ingin sekali mencubit suaminya itu.

Bya terkekeh melihat tingkah mertuanya itu, bagaimana bisa mereka bersikap seperti anak muda. Padahal mereka sudah berumur tapi bisa-bisanya tingkahnya mengalahkan yang muda-muda.

"Mas.. mama sama papa memang suka begitu dirumah?" Tanya Bya.

"Itu masih mending sayang.. malah kalo dirumah itu lebih parah lagi.." jawab pak Abi.

"Lebih parah gimana mas?" Tanya Bya bingung.

"Papa itu suka ngerjain mama dirumah, kalo mama uda ngambek papa malah bersikap kek bocah.. ngelendotin mama terus.. sampe mama yang kesel makin kesel.. tapi ujung-ujungnya mama luluh juga.. hahaha" jawab pak Abi sambil terkekeh melihat kedua orang tuanya.

"Asik ya mas.. papa lucu.." ujar Bya sambil mengubah wajahnya yang awalnya tersenyum kini berubah sedih.

Pak Abi menyadari hal itu kalau saat ini  istrinya tengah bersedih karena melihat keharmonisan keluarganya. Sedangkan istrinya hanya memiliki seorang ibu yang sudah merawatnya sedari kecil. Tidak ada sosok ayah yang menemani Bya di pertumbuhannya hingga saat ini. Meski sekarang ia sudah bertemu dengan ayah kandungnya tetap saja kecanggungan brgitu terasa antara ia dan ayah kandungnya.

"Sayang.. kok sedih, jangan sedih dong.. kamu kan ada aku.. ada baby cilok kita juga.. gak boleh sedih-sedih sayang.. aku akan selalu ada untuk kamu kok.." ujar pak Abi sambil merangkul kedua pipinya Bya.

"Iihh apaan sih mas lebay banget kata-katanya.. gelik banget dengernya.." jawab Bya menatap geli ke arah pak  Abi.

"Lohhh.. kok gitu.. ini serius loh.. aku gak bercanda sayang.." ujar Pak Abi lagi.

"Udah.. udah.. mas gausah ngomong lagi.. aku geli mas dengernya.. berasa lagi nonton sinetron.. udah ah sana mas.. aku pengen istirahat.." jawab Bya sambil mengusir suaminya sendiri.

Bu Rosa menatap putri dan menantunya dengan wajah tersenyum. Di ruangan itu hanya dirinya lah yang sendirian. Tidak memiliki suami dan hanya bisa menatap kebahagiaan yang ada di hadapannya.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang