BAB 86

3.7K 381 16
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Pak Abi dan Bya sedang dalam perjalanan kembali pulang setelah satu hari menginap di desanya mbah Darmi. Terlihat Bu Rosa sudah kembali tersenyum seperti sudah melepas beban berat di hatinya. Bya pun merasa bahagia karena bisa melihat ibunya kembali tersenyum.

"Mas.. enak ya punya ibu dokter kandungan.. kalau mau USG sama kontrol kandungan tinggal ke klinik ibuk.. gratis lagi.." ujar Bya sambil nyengir.

Pak Abi yang sedang menyetir hanya menyunggingkan senyumnya mendengar perkataan istrinya. Namun ada benarnya juga ia jadi tidak harus mengeluarkan uang dan uang itu bisa ia belikan makanan untuk istrinya.

"Siapa bilang gratis uda ibu bikin kas bon kok.. nanti tinggal ibuk tagih.." jawab Bu Rosa.

"Idiiihhh!!! Pake di bikin kas bon segala.. tega bener buk sama anak sendiri.." ujar Bya.

"Kapan ibuk bilang kamu anak ibuk.. kamu kan anak yang ibuk pungut di depan klinik.." jawab Bu Rosa.

"Astaghfirullah.. jangan dengerin apa yang nenek bilang ya nak ya.. nenek itu cuma bercanda.. mana mungkin mama kamu yang secantik ini dipungut di depan klinik.." gumam Bya sambil mengelus-elus perutnya.

Bu Rosa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat putrinya yang kelewatan percaya diri. Namun jujur dari lubuk hatinya yang paling dalam ia begitu menyayangi putri semata wayangnya itu. Bya akan selalu jadi putri yang paling cantik di hatinya bu Rosa.

"Ibuk doain mudah-mudahan nanti anak kamu tiga-tiganya ngikut sifat papanya.. pinter, tenang, gak banyak tingkah kayak mamanya.." ujar Bu Rosa.

"Hahahaha jangan gitu dong buk.. sisain satu yang mirip sama Bya.. biar ekosistem berjalan sesuai dengan semestinya dan sempurna.. kalau anak Bya kayak mas Abi semua gak adil dong.. Bya yang mengandung juga ngelahirin masa mirip papanya semua.. jadi mereka cuma numpang doang gitu.." jawab Bya yang merasa tidak adil jika nanti anaknya hanya mirip suaminya saja.

Pak Abi dan bu Rosa terkekeh geli melihat Bya ngambek sambil memonyongkan bibirnya. Padahal soal mirip atau tidaknya mereka juga tidak akan tau sebelum bayi itu lahir.

Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya mereka sampai dirumah. Namun mereka kaget saat mendapati sebuah mobil terparkir di depan rumah.

"Mas.. itu mobil siapa?" Tanya Bya.

"Mas juga gak tau sayang.. gak mungkin itu mobilnya papa.. mas juga kasih kabar kok ke mama papa kalau kita pergi ke desa.." jawab Pak Abi yang juga tidak tau menau siapa pemilik mobil yang terparkir di depan rumah.

Bya pun langsung keluar dari mobil terlihat Bella, Sabina dan papanya duduk di sofa depan rumah. Bya cukup kaget dengan kedatangan mereka namun Bya sadar hal itu tidak akan bisa di hindari. Apalagi setelah tau kalau mereka memiliki hubungan yang lebih dari sekedar saling kenal.

"Bya kamu kemana aja.. aku sama papa dari kemarin kesini loh.. tapi rumah kamu kosong terus.." ujar Bella yang kini sudah mendekati Bya.

Awalnya Bya merasa canggung dengan status baru yang mereka miliki saat ini. Padahal awalnya mereka hanya sebatas teman dan kini berubah menjadi saudara satu ayah.

"Iya kemarin bawa ibuk jalan-jalan.. ini baru pulang dari desa.." jawab Bya yang mencoba bersikap biasa saja walaupun kecanggungan terasa begitu menusuk di hatinya.

"Kenapa gak bilang sih Bya.. aku kan pengen ikut juga jalan-jalan sama kamu.. kapan-kapan kita main ya.. jalan-jalan kemana gitu.. sama ibuk, sama papa sama kak Sabina juga.." ujar Bella yang terlihat begitu bersemangat.

Bu Rosa hanya terlihat tersenyum ke arahnya Bella. Bu Rosa melihat Bella sama persis seperti papanya ramah dan sangat baik.

"Kalian udah lama nunggu disini?" Tanya Bu Rosa.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang