BAB 31

5.2K 381 6
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Setelah menyelesaikan tugas yang di perintahkan oleh pak abi, akhirnya bya bisa meluruskan pinggangnya yang sedari tadi sudah sangat pegal. Karena harus duduk terlalu lama untuk memilah kertas ujian milik mahasiswanya pak abi.

"Pak uda kelar ini.. yukk pulang.." ujar bya sambil melakukan peregangan ditubuhnya.

"Kamu bilang gak pengen ada yang tau soal pernikahan kita.." jawab pak abi yang masih sibuk dengan buku di tangannya.

"Ehh iya saya lupa pak.. yaudah saya keluar duluan nanti kita ketemu di pinggir jalan aja ya pak.." ujar bya lagi.

Pak abi pun hanya menganggukkan kepalanya setuju, karena tidak ingin ada gosip yang beredar alhasil mereka harus kucing-kucingan hanya untuk pulang kerumah. Bya melihat situasi diluar ruangan,jika keadaan sudah sepi lalu ia bisa keluar dari ruangan pak abi tanpa ada rasa takut.

"Byaaaaa..." teriak bella.

Mendadak tubuh bya langsung kaku saat mendengar suara bella dari arah belakang. Tadi pagi ia dipergoki bella di parkir dan sekarang ia di pergoki bella di ruang pak abi.

"Mampus gue, alasan apa lagi gue.."gumam bya kawatir.

"Heiii bya.. kok lo gak noleh ke belakang?" Ujar bella lagi.

"Ehh elo bell gue kirain siapa.." ujar bya canggung.

"Memangnya lo kirain siapa? Hantu?"

"Gak gitu juga bell..tapi emang kampus kita serem banget loh.. tadi di kantin ada yang kesambet loh.. lo gak tau bell?" Ujar bya mengalihkan perhatian bella agar tidak menanyakan apa-apa soal keberadaan bya di depan ruangan pak abi.

"Ehh serius kamu? Aku gak tau, soalnya tadi aku ada kelas.. kamu ke kantin sama siapa bya?" Tanya bella penasaran.

"Ah... iya gue lupa, si bagas pasti nungguin gue di kelas.. lo mau pulang atau gimana bell? Gue mau balik ke kelas  dulu soalnya.." tanya bya.

"Aku mau pulang sih bya.. yauda aku duluan ya.. bye... bya.." pamit bella sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah bya.
Bya pun membalasnya dengan perasaan yang cukup lega, karena bella sama sekali tidak menanyakan perihal sedang apa bya di depan ruangan pak abi.

"Untung aja bella gak nanyain.. kalo gak gue bingung harus bikin alasan apa lagi... gak mungkin kan gue bilang lagi silaturahmi sama pak abi di kantornya.." gumam bya sambil berjalan menuju ke kelasnya.

Setelah sampai ke kelas bya melihat kelas sudah dalam keadaan kosong tidak ada orang sama sekali. Bagas pun tidak terlihat dimana-mana, akhirnya bya memilih untuk keluar kampus menunggu pak abi di pinggir jalan.

"Bagas kok gak nungguin gue ya? Mungkin karna uda dijemput kali ya.. enak ya jadi anak sultan kemana-mana di anter jemput padahal bukan anak sekolahan lagi.." gumam bya sambil berjalan menuju luar kampus.

"Beb... beb.. ayang beb.. tunggu..." teriak beno dari arah parkir.

Bya yang tidak merasa dipanggil ia terus berjalan tanpa memperdulikan beno yang teriak-teriak memanggilnya. Namun saat beno memanggil namanya, bya langsung menghentikan langkah kakinya.

Hosh..hoshh..hoshh..
Beno ngos-ngosan karna berlari kencang untuk mengejar langkah kakinya bya.

"Ada apa kak? Butuh sesuatu?" Tanya bya sopan. Semenjak kejadian beno yang menolongnya waktu itu, bya jadi lebih bersikap baik terhadap kakak seniornya itu walaupu  terkadang ia kesal karena beno sering menggodanya.

"Engga ada apa-apa sih, kamu mau pulang? Aku anter yuk.."ujar beno yang ingin memberi tumpangan kepada bya.

"Gausah kak, aku bisa pulang sendiri kok.. nanti aku jadi repotin kakak.." jawab bya menolak secara halus padahal ia akan pulang bersama pak abi.

"Ben.. kalo lo pulang sama bya, gue mau di kemanain?kan lo hari ini bawa motor bukan mobil.." ujar leo temannya beno.

"Ah.. berisik lo.. kan lo bisa pulang naik angkot .. gue kan mau balik sama ayang beb gue.. ngerti dikit kenapa sih.." ujar beno kesal namun saat memandang ke arah bya ia langsung nyengir kuda.

"Gausah kak, kasian temen kakak.. yauda aku balik duluan ya kak.. bye.."pamit bya, jika ia tidak langsung pergi pasti beno akan terus menerus membujuknya agar mau pulang bersamanya.

"Lo sih gagal kan gue bisa jalan bareng bya.." ujar beno kesal.

"Ya sorry, kan bisa nyoba lain waktu ben.. makanya lo bawa mobil aja besok.. jadi kan gue gak bakal ganggu rencana lo lagi.."

"Jadi maksud lo, lo mau jadi obat nyamuk di belakang? Kalo seandainya si bya mau jalan bareng gue? Ya tetep aja kali gue tinggal lo meski naik mobil sekalipun.." ujar beno yang semakin kesal.

Akhirnya mereka berdebat sepanjang perjalanan, bertengkar soal tumpangan motor dan mobil. Beno bahkan menendang bokongnya leo karena kesal.

Din!! Din!! Din!!
Suara klakson mobil membuat bya langsung kaget. Perlahan kaca mobil terbuka menampilkan sesosok pria tampan yang tidak termakan usia.

"Oom revan.. eh maksudnya papa.." ujar bya kikuk karena belum terbiasa memanggil pak revan dengan sebutan papa.

"Abi kemana bya? Kok gak pulang bareng abi? Mau papa yang anter? Sini masuk.." ujar pak revan.

"Gausah pa.. bya juga lagi nungguin mas abi kok disini.." jawab bya.

"Beneran gak mau papa yang anter? Serius milih pulang sama abi?" Tanya pak revan lagi memastikan.

"Iya pa.. papa pulang aja duluan, bentar lagi mas abi keluar kok pa.." jawab bya meyakinkan papa mertuanya itu.

"Yasudah.. papa balik duluan ya bya.. salam buat ibu kamu dari papa.. assalammualaikum.."pamit pak revan.

"Waalaikumsalam pa.. hati-hati dijalan pa.." ujar bya.

Pak revan pun melajukan mobilnya hendak menuju pulang kerumahnya. Sebelum itu ia akan menjemput si kembar di sekolahnya. Semenjak pak abi menikah si nathan dan nala selalu di jemput oleh pak revan sepulang dari kampus.

Din!! Din!! Din!!
Suara klakson mobil kedua datang, mobil yang dikenali bya adalah pak abi pemiliknya.

Bya pun langsung buru-buru masuk ke dalam mobil. Karena terburu-buru ia lupa duduk di belakang, ia malah duduk di depan disamping pak abi.

"Nah gitu dong.. kan saya bukan supir lagi kesannya.." ujar pak abi

"Terpaksa aja sih pak.. karna buru-buru tapi saya bisa kok ke belakang sekarang.." ujar bya sambil bangkit dari duduknya hendak menuju ke belakang, namun di gagalkan oleh pak abi. Pak abi menarik tangannya bya dan akhirnya bya kembali duduk di kursinya.

"Ihh bapak kenapa di tarik sih.. kan saya mau kebelakang.." ujar bya mengomel kesal.

"Kamu mau bikin saya marah bya? Tidak bisakah kamu duduk disitu aja?" Ujar pak abi yang sudah menunjukkan ekspresi yang berbeda.
Melihat perubahan yang di tunjukkan pak abi, bya lansung ciut ia bahkan langsung memasang seat belt tanpa di suruh.

Melihat bya yang sudah duduk manis pak abi pun langsung melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan bya hanya diam saja karena pada dasarnya ia kesal karena di marahi oleh pak abi.

Pal abi pun sama sekali tidak membuka suara ia fokus menyetir mobilnya. Sesampai mereka di rumah bya kaget dengan keberadaan mobil dirumahnya. Bya sama sekali tidak mengenali mobil itu, namun hatinya sempat resah dan gelisah.

"Pak.. kita gak cari makan dulu gitu?" Tanya bya mencoba untuk mengajak pak abi menghindar sejenak.

"Makanan apa lagi? Bukannya kamu sudah makan banyak tadi.. makanan sebanyak itu masih kurang?" Tanya pak abi heran.

"Iya pak saya masih laper.. yukk cari makan dulu yuk.." ujar bya bersikeras. Namun karena pak abi sudah terlalu lelah akhirnya pak abi keluar dari mobil, sedangkan bya masih bersikekeh di tempatnya.

"Itu yang dateng bukan orang yang ada di fikiran gue kan?" Gumam bya di dalam hatinya. Bya melihat pak abi sedang berjalan menuju kerumahnya. Mau tidak mau bya juga harus masuk ke dalam rumah, jika ia pergi pasti ibunya akan marah besar.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang