BAB 14

5.1K 385 9
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTE.

"Maaaaaaa... mama... MAMAAAAAAAA!!!!" Teriak Nala di kamarnya.

"Iyaaaa sayang sebentar.. ada apa itu teriak-teriak.." teriak gita yang buru-buru ke kamarnya nala.

Gubrakkk!!!
Pintu dibuka gita sampai berbunyi keras.

"Ada apa manggil mama teriak-teriak kayak gitu nala.. kenapa gak sekalian aja pake toa masjid.." omel gita.

Setelah mengomel sendiri gita tidak melihat putrinya dikamarnya Entah berada dimana nala sebenarnya.

"Nalaaa.. kamu dimana sayang?"ujar gita sambil memasuki kamarnya nala.

"Maaa.. nala dikamar mandi maa.."teriak nala yang ternyata sedang berada di kamar mandi.

"Kamu kenapa sayang? Kepeleset?" Tanya gita dari luar kamar mandi.

"Ihh.. bukan ma.. mama masuk dulu cepetan..." ujar nala gregetan dengan mamanya yang lemot.
Uda tau anaknya teriak-teriak dikamar mandi bukannya langsung masuk atau dobrak sekalian.

"Yauda mama masuk ini yaa.." ujar gita.

Kreeekk!!
Gita membuka pintu kamar mandi dengan perhalan. Lalu ia lihat putrinya sedang duduk di closet sambil memegang sesuatu.

"Ada apa sayang?" Tanya gita yang mendekati nala.

"Maaa.. liat ini kenapa celana dalam nala ada darahnya? Nala kenapa ma? Kok bisa berdarah gini.. nala tadi cuma sakit perut doang ma.. kok malah jadi berdarah.. hiks.. hiks.. nala sakit apa ma? Nala sakit parah ya ma? Atau nala sampe harus di operasi? Nala gak mau ma.. nala takut.. hikss...hiks.." ujar nala panjang lebar menangis tersedu-sedu sambil menenteng celana dalamnya sendiri.

Gita tersenyum geleng-geleng melihat kepolosan putrinya itu.

"Mama kok malah senyum-senyum.. mama gak kawatir sama nala? Nala lagi gak baik-baik aja loh ma.. mama gimana ceh.." ujar nala yang kesal melihat gita tidak memberikan respon sesuai dengan keinginannya.

"Jadi nala mau respon mama yang begimana?"
Tanya gita.

"Ya harusnya kan mama kawatir gitu sama anak mama yang cantik jelita ini" jawab nala sambil manyun.

"Buahahaha cantik dari mana? Dari hongkong?" Gita terkekeh geli mendengar putrinya memuji dirinya sendiri.

"Ihh mama.." nala semakin memanyunkan bibirnya.

Gita langsung memeluk putri semata wayangnya itu. Ia berfikir putrinya kini sedang berada di fase menjadi wanita seutuhnya dan bukan anak kecil lagi.
Namun meski gita bahagia ia juga jadi punya tanggung jawab besar untuk menjaga dan mendidik putrinya kini agar mulai sekarang ia harus lebih berhati-hati dalam bertindak apa pun.

"Sayang.. kamu tau kenapa ini terjadi?" Tanya gita sambil memeluk nala.
Nala menggeleng tidak paham.

"Itu artinya saat ini nala sudah menjadi wanita seutuhnya sayang.."

"Maksud mama?"

"Maksud mama itu sekarang nala bukan anak kecil lagi.. mulai saat ini nala gak boleh terlalu dekat dengan lawan jenis kecuali hanya sekedar berteman.."

"Jadi nala gak boleh dekat sama nathan, sama mas abi juga papa?" Tanya nala yang tidak mengerti maksud gita.

"Bukan seperti itu sayang.. maksud mama itu lawan jenis kecuali keluarga.. "

"Maksud mama nala gak boleh pacaran ya ma.."

"Hahahaha ya bisa dibilang seperti itu sayang.. tapi mama gak larang nala untuk berteman dengan siapa saja meski lawan jenis sekali pun.. namun kamu tau kan sayang belum saatnya untuk kamu mengenal yang namanya cinta dengan lawan jenis?" Ujar gita sambil menangkup pipi nala dengan kedua tangannya.

"Iya ma.. nala paham.. mulai sekarang nala bakal lebih berhati-hati.. tapi darah ini bakal selalu ada setiap hari ma?" Tanya nala lagi.

"Darah ini ada karena nala saat ini sedang datang bulan.. biasanya jangka waktunya selama seminggu.. dalam sebulan nala datang bulan selama 7 hari... tapi itu tergantung orangnya juga.. setiap orang bisa berbeda-beda sayang.. nanti mama jelasin semuanya setelah nala bersih-bersih ya.." ujar gita.

"Iyaa ma.. yauda nala letakin di kain kotor dulu celana dalamnya nala.."

"Ehh .. gak boleh sayang.. nala harus mencucinya sekarang juga gak boleh dibiarin begitu aja.."

"Kan biar nanti mama yang cuciin.."

"Sayang.. kan sudah mama bilang, kamu bukan anak kecil lagi sekarang.. jadi untuk hal ini kamu harus mencucinya sendiri.. oke.." ujar gita memberi pengertian kepada nala.

Akhirnya percakapan panjang ibu dan anak itu berakhir. Nala yang sudah mengerti langsung melakukan perintah yang di ucapkan gita.

"Kenapa si nala ma?" Tanya pak revan yang sedang duduk santai sambil menonton televisi karena kebetulan hari ini sedang weekend jadi pak revan tidak pergi ke kampus.

"Itu mas si nala berdarah.." ujar gita.

Mendengar perkataan mamanya nathan yang sedang bermain game langsung nyeletuk.

"Nala berdarah kenapa ma?" Tanya nathan kawatir.

"Iya ma nala kenapa?" Tanya pak revan yang tidak kalah kawatir.

Gita langsung bingung sendiri di lontarkan pertanyaan soal keadaan nala. Jika hanya pak revan yang bertanya pasti dengan mudahnya ia menjawab. Lantas dengan nathan ia harus memberi jawaban apa.

"Ahh itu.. nala lagi datang tamu.." jawab gita gelagapan.

"Datang tamu? Mana tamunya ma? Perasaan dari tadi nathan disini terus.. gak ada tuh yang mencet bel sama sekali."
Ujar nathan yang tidak mengerti dengan ucapan mamanya.

Pak revan yang sudah paham dengan maksud gita ia tidak bertanya apa pun lagi. Namun ia terkekeh geli melihat istrinya yang bingung dengan pertanyaan nathan.

"Nathan.. dari pada kamu main game terus.. mending bikinin papa minuman dingin.. papa gerah ini.." perintah pak revan kepada nathan, agar nathan tidak menanyakan apa pun lagi kepada mamanya.

"Ihh papa.. lagi asyik juga.. yauda papa mau nathan bikinin minuman apa?" Tanya nathan.

"Papa mau milo dingin ya.." jawab pak revan.

"Milo kan punya nathan pa.." ujar nathan tidak terima.

"Jadi papa gak boleh minum gitu? Kamu lupa beli milonya pakai duit siapa?" Ujar pak revan yang nyerocos karena nathan mulai kumat pelitnya.

"Hehehe iya ya pa.. nathan lupa.. yauda nathan bikinin milo dingin ya.. tapi papa janji besok beli lagi milonya.. oke??"

Pak revan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya setuju. Ia heran kenapa sifat kedua anak kembarnya sangat mirip dengan gita istrinya.
Nala itu cerewet dan suka mengomel sedangkan nathan terkadang pelitnya kelewatan. Kedua itu adalah sifat yang dimiliki oleh istrinya. Padahal gita tidak pelit dalam hal lain ia hanya pelit soal ranjang. Karena pak revan selalu harus membujuknya dengan susah payah agar mau ehem-ehem dengannya.

"Mas.. abi masih dikamarnya?" Tanya gita yang kini sudah sibuk di dapur.

"Mama tau kan abi itu seperti apa.. weekend gini sudah pasti dia bertelur di kamarnya.." jawab pak revan sambil menyeruput milo icenya.

Sluurrrrtppp!!

"Buahahaha kita gak perlu beli telur lagi dong mas.." ujar gita terkekeh geli.

Mendengar perkataan istrinya pak revan jadi tertawa terbahak-bahak. Ia cukup paham dengan karakter putra sulungnya itu karena dulu ia juga seperti itu. Baginya lucu juga bisa melihat kloningan dirinya bahkan ia sedikit kesal dengan sifat putranya itu. Mungkin dulu papanya juga beranggapan seperti dirinya yang kesal melihat ia yang selalu berada di kamarnya terus-terusan.

"Abi denger loh ma.. pa.." ujar pak abi yang sedang menuruni anak tangga.

Gita dan pak revan langsung kicep menutup mulutnya rapat-rapat padahal sebelumnya mereka tertawa terbahak-bahak seolah ada seseorang yang sedang melawak.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang