BAB 49

4.1K 427 13
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Perjalanan menuju hotel dimana nantinya mereka menginap masih sangat jauh. Di dalam mobil hanya berduaan saja dengan pak Abi membuat Bya sedikit bosan. Tidak ada obrolan apa pun di sepanjang perjalanan. Bya hanya memandang ke arah jendela di sampingnya melihat pemandangan alam yang begitu menyejukkan mata.

Mendadak Bya mengingat kembali saat semalam ia mengobrol dengan Nala adik iparnya. Bya sedikit banyak mengetahui bagaimana pak Abi dari adik iparnya itu. Apalagi soal pantai yang saat ini tidak disukai oleh pak Abi.

"Kira-kira kalau gue ngajakin ke pantai pak Abi bakalan mau gak ya.. ah.. mana mungkin doi mau.." gumam Bya di dalam hatinya.

"Kamu lagi mikirin apa??" Tanya pak Abi tiba-tiba.

"Gak mikirin apa-apa kok pak.." jawab Bya.

"Bya.. sudah berapa kali saya bilang.. jangan panggil saya bapak kecuali di kampus.." ujar pak Abi.

"Maaf mas.. saya masih belum terbiasa.." jawab Bya.

"Mulai dari sekarang kamu harus terbiasa.. terbiasa untuk menjadi istri yang baik juga.." ujar pak Abi.

Uhuuuukkkk...uhuuukkk..
Mendadak Bya terbatuk karena mendengar perkataan pak Abi soal istri yang baik.

"Memangnya saya kurang baik pak? Kalau saya kurang baik ngapain bapak nikahin saya? Mending bapak nikahin cewek yang bapak anggap paling baik.." ujar Bya mengomel bak sepanjang rel kereta api.

"Kamu ini cerewet sekali yaa.." jawab pak Abi sambil menyunggingkan senyumnya.

Karena kesal Bya mengalihkan pandangannya lalu bibirnya tiada henti mengomel namun tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Setelah satu jam lebih menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di hotel dimana mereka akan menginap selama dua hari ini.

Bya keluar dari mobil sambil meregangkan tubuhnya yang pegal karena sedari tadi hanya duduk. Ia begitu menikmati pemandangan indah di area sekitar hotel.

"Seandainya buk Ros ikut kesini pasti lebih asyik.." gumam Bya yang sedang memikirkan ibunya.
Rosa tidak bisa ikut karena harus membuka klinik, jika kliniknya tutup maka pasiennya nantinya tidak bisa datang untuk berobat. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak ikut pergi.

"Kapan-kapan nanti kita perginya sama ibuk yaa..." ujar pak Abi yang juga baru keluar dari mobil.
Bya hanya mengangguk malu-malu ternyata pak Abi dengar apa yang di ucapkan.

"Ohh iya.. mobil mas yang satu lagi mana?" Tanya Bya penasaran dengan kabar mobil yang sebelumnya dipakai oleh pak Abi.

"Mobil itu saya jual kan sudah ada mobil ini jadi untuk apa punya dua mobil.. kalau kamu sudah bisa menyetir kita bisa beli mobil baru aja yang cocok untuk kamu gunakan.." jawab pak Abi.

"Nikah sama orang tajir gini ya.. mau beli mobil kayak mau beli kacang goreng.." gumam Bya dengan suara rendah.

"Kacang goreng? Kamu mau makan kacang goreng? Mungkin di sekitar sini ada.. tapi bukannya enak kacang rebus?" Ujar pak Abi.

Sontak Bya ingin tertawa terbahak-bahak untungnya pak Abi hanya mendengar soal kacang goreng. Padahal kenyataannya Bya sedang mencibir.

Semua orang mengeluarkan barang-barang dan langsung masuk ke dalam hotel. Kamar sudah di pesan sebelum mereka sampai maka mereka bisa masuk ke dalam kamar masing-masing.

Bya sedikit antusias saat masuk ke dalam kamar hotel karena ini adalah kali pertamanya masuk ke hotel bahkan menginap. Namun mendadak langkah kakinya Bya terhenti sambil melihat ke arah ranjang.
Pak Abi pun heran saat melihat Bya terdiam mematung ia pun menoleh ke arah pandangan Bya. Sontak ia pun menelan ludahnya kasar saat melihat ranjang yang sudah dihiasi oleh bunga-bunga.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang