BAB 17

5.3K 400 2
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTE.

Bya masih di tangani oleh dokter sedangakan pak abi entah dimana keberadaannya. Setelah datang dengan penuh drama dengan keringat yang bercucuran dan juga nafas yang ngos-ngosan kini yang menjaga bya di klinik hanyalah beno dan randi.

"Ran menurut lo kira-kira pak abi siapanya gebetan gue ya.. kok pas dokter nanya keluarga pasien pak abi ngaku-ngaku gitu?" Tanya beno yang merasa heran.

"Ben gimana lo mau lulus kalo begini? Lo lupa pak abi siapa? Pak abi itu dosen dodol.. ya jelas aja lah pak abi ngerasa punya tanggung jawab.." jawab randi kesal.

"Gue tau kali pak abi dosen goblok yang jadi pertanyaan gue itu kenapa musti pak abi bela-belain dateng kesini gitu.. memangnya dosen cuma satu ya dikampus.. memangnya pak abi gak ada urusan lain gitu?"

"Ya kali aja dia memang sodaranya.. bisa aja kan.."

"Iya juga ya.. nanti deh gue tanyain langsung sama gebetan gue yang tercinta.." ujar beno yang kepedean.

"Wuuuu dasar bucin lo.." ejek randi sambil menoyor jidat beno.

Karena harus menjaga bya di klinik beno dan randi harus bolos jam kuliah mereka. Beno jelas tidak masalah akan hal itu karena memang bya adalah gebetannya sedangkan randi ia mau tidak mau harus menuruti beno yang melarangnya untuk kembali ke kampus.

"Pasiennya sudah sadar.." ujar seorang perawat yang keluar dari ruangan perawatan.

Beno langsung berlari masuk ke dalam, perawat dan randi hanya bisa memandang aneh dan menggeleng-gelengkan kepalanya saja.

"Beb kamu uda sadar? Ada yang sakit?" Tanya beno dengan penuh kekawatiran.

"Idihh apaan deh ini orang datang-datang manggil bab beb bab beb segala.." jawab bya memandang aneh beno.

"Aku kan kawatir sama kamu beb.. aku rela berjuang gendong kamu dari kampus sampai kesini loh.." ujar beno yang merasa bangga dengan dirinya.

"Oh jadi lo yang nolongin gue? Thankyou ya.." ujar bya sambil senyum.

Beno melotot kaget mendengar bya mengucapkan terima kasih dengan wajah tersenyum manis.

"Ran.. coba lo pegang jantung gue.." perintah beno, dan dengan bodohnya randi menurut saja.

"Jantung lo baik-baik aja kok ben.."

"Lo kan gak pernah jatuh cinta pasti lo gak bakal ngerti gimana keadaan jantung gue sekarang ini.." ujar beno speechless karena bya.

"Gausah lebaaaaayyyy" ujar bya.

Beno hanya nyengir kuda sambil terus-menerus memandang bya. Karena waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi sudah pasti jam pelajaran pak abi sudah berakhir.

"Byaaa.. byaaa.. kamu gapapa?" Tanya bagas yang tiba-tiba masuk keruangan tanpa permisi dulu.

"Eh lo gas.. kok lo tau gue disini.." tanya bya.

"Oh itu.. gak penting aku tau dari mana, sekarang yang aku mau tau kenapa kamu bisa sampe begini?" Tanya bagas dengan wajah kawatir.

Beno melihat cowok yang ada di hadapannya itu terlihat begitu mengkhawatirkan bya terlihat sangat cemburu. Ingin rasanya beno menendang cowok itu keluar dari ruangan, namun ia harus mengendalikan emosinya karena saat ini sudah bersikap ramah padanya.

"Udah gas.. lo gausah kawatir kan gue sekarang uda baik-baik aja kan.." ujar bya menenangkan bagas.

"Kira-kira kamu harus nginep atau gimana by?" Tanya bagas.

"Kelar transfusi darah gue uda bisa pulang kok gas.. mending gue istirahat dirumah dari pada disini.." ujar bya.

"Yauda aku anterin kamu pulang yaa.."

"Gausaahhh!!! Biar gue aja yang nganterin bebeb eh maksud gue bya.." ujar beno yang tidak setuju, karena mendengar bagas yang menyebut nama bya akhirnya beno tau nama asli gebetannya.

Beno memandang aneh kedua cowok yang ada di ruangan bersama bya, bagas heran siapa mereka karena selama ini bya tidak pernah terlihat bersama mereka.

"Ohh iyaa gas kenalin ini kak beno dan temennya.. mereka yang bawa gue ke klinik.." ujar bya memperkenalkan beno dengan bagas.

"Ohh kakak senior ya.. terima kasih kak karna uda mau nolongin sahabat saya.."ujar bagas dengan tulus.

"It's oke.. itu memang tugas gue.." ujar beno sambil menepuk dadanya.

Bya merasa tidak enak hati karena sudah merepotkan beno yang harus menggendongnya sampai ke klinik. Bya meminta beno dan randi untuk pulang saja duluan sedangkan bya akan di antar pulang oleh bagas. Awalnya beno menolak namun bya terus menerus meyakinkan beno.

Merasa diperhatikan oleh bya akhirnya beno luluh dan memutuskan untuk pulang duluan. Sedangkan bagas yang menggantikan beno menjaga bya.

"Woy ran.. nama gebetan gue cantik banget ya bya.. bya.. oh bya.. cocok banget ya sama gue nama gue beno.. double B deh.." gumam beno sambil berjalan menuju kampus.

"Lo lupa kalo cowok tadi juga nama awalnya B.. ckckkcck" ujar randi sambil terkekeh.

"Lo gak denger kalo dia anggap bya sahabatnya?" Jawab beno membalas randi.

"Lo juga lupa sahabat bisa jadi cinta?" Balas randi lagi.

Merasa perkataan randi memang ada benarnya membuat beno menjadi kesal dengan cepat ia berjalan meninggalkan randi di belakang.

"Woy ben.. tega bener lo ninggalin gue.." teriak randi. Beno terus mempercepat langkah kakinya akhirnya mereka saling kejar-kejaran.

***

"Gas abis ini ada kelas lagi kan? Lo gapapa bolos gini?" Tanya bya.

"Gapapa kali by, sekali-sekali bolos juga.. lagian aku bolos juga bukan buat main-main kan jagain kamu hehehe" jawab bagas yang sedang memotong buah apel yang ia beli barusan.

"Lo memang sahabat gue yang paling the best hehehe" ujar bya.

"Nih makan buahnya biar tenaga kamu pulih.." ujar bagas sambil menyodorkan buah apel.

Bya melahap dengan senang hati karena memang ia sangat lapar apalagi ia kehilangan banyak darah. Beruntungnya ia ditolong beno sebelum darahnya benar-benar habis.

Kantong darah yang tergantung sudah terlihat hampir habis itu artinya bya bisa pulang sebentar lagi. Meski tubuhnya masih sedikit lemas ia tidak ingin berlama-lama berada di klinik.

"Gas bisa lo panggilin perawat kantong darah gue uda mau habis itu.." pinta bya.

"Oke sebentar ya.."
Bagas langsung keluar menuju tempat perawat berada. Ia meminta perawat untuk datang keruangan bya.

"Darahnya sudah habis ya mbak.. sebentar ya saya lepaskan dulu.." ujar perawat.

"Oh iya mbak.. berapa biaya semuanya ya.. boleh gak saya titip KTP dulu soalnya saya gak bawa uang banyak.." ujar bya kawatir dengan biaya perawatannya.

"Mbak gausah kawatir untuk biayanya sudah di bayarkan oleh mas-mas yang tadi.." jawab perawat.

"Ohh pasti kak beno yang bayarin gue musti ganti besok.." gumam bya.

Setelah beres semuanya bya dan bagas keluar dari klinik karena tubuh bya masih lemas bagas memapah bya agar bya tidak jatuh. Mobil jemputan bagas sudah menunggu di depan klinik.

Setelah masuk ke dalam mobil bya duduk sambil melamun.
Bya mengingat kembali saat ia di bentak habis-habisan oleh pak abi saat di kelas. Sebelumnya mungkin memang kesalahannya karena tidur di kelas namun kali ini bukan inginnya untuk tidur di kelas.

Bya tidak menyangka bahwa pak abi bisa begitu teganya membentaknya di depan semua orang. Bagaimana pun bya adalah calon istrinya sendiri dan tidak sepantasnya ia diperlakukan seperti itu meski melakukan kesalahan.

"Kamu gapapa bya?" Tanya bagas yang kawatir melihat bya terdiam dan melamun.

"Gue gapapa kok gas.. cuma ngerasa masih lemes aja.." jawab bya.

"Kalo gitu kamu tidur aja.. kalo uda nyampe aku bangunin.."

Bya hanya menganggukkan kepalanya lalu perlahan ia menutup matanya dan mencoba melupakan rasa sakit yang ia rasakan karena di bentak oleh pak abi.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang