BAB 88

3.5K 340 12
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Pak Abi sedang terburu-buru mengenakan sepatunya, karena harus mengajak istri tercintanya berjalan-jalan. Akhirnya pak Abi terlambat berangkat ke kampus padahal hari ini ia ada jam kelas pagi. Namun demi istri tercinta dan si buah hati terlambat sesekali tidak akan masalah bagi pak Abi.

"Buk.. Abi berangkat ke kampus dulu ya.." ujar pak Abi pamit berangkat ke kampus sambil mencium tangan ibu mertuanya.

"Iya.. iya nak.. hati-hati dijalan.. jangan buru-buru.. bawa mobilnya pelan saja.. yang penting sampai dengan selamat.. " jawab Bu Rosa.

"Iya buk.. Abi pamit assalammualaikum.." ujar pak Abi lagi.

"Waalaikumsalam.." jawab Bu Rosa.

Pak Abi melajukan mobilnya menuju ke kampus karena sudah terlambat pak Abi memilih jalan tercepat. Jalan itu melewati gang dimana Bya dan Galang sedang makan di warungnya bu Tatik.

Saat melewati warung itu pak Abi menjalankan mobilnya dengan laju yang pelan. Ia melihat pemandangan yang cukup membuatnya menelan ludah. Ia melihat istrinya yang sedang bunting itu di kelilingi dua pria muda yang tidak lain adalah Galang dan Bagas.

"Kenapa aku sedikit cemburu ya.. tapi kalau Bya di cemburui hanya karena itu.. pasti Bya nya bakalan ngomel sama aku.. sudahlah.. yang penting Bya bahagia toh mereka cuma sahabatan.." gumam pak Abi.

Pak Abi pun melajukan mobilnya lagi dengan kecepatan sedang. Ia mengingat pesan yang di berikan oleh ibu mertuanya itu. Ia harus mengendarai mobil jangan terburu-buru.

Namun mendadak pak Abi mengingat sesuatu seolah-olah ia melihat seseorang juga berada di warung itu. Namun mungkin itu hanya perasaannya saja. Pak Abi pun kembali fokus melajukan mobilnya.

"Sejak kapan kalian bersahabat?" Tanya Bagas.

"Sejak bocah lah.." jawab Galang.

"Tuh uda di jawab sama Galang.." ujar Bya sambil melahap nasi uduk ke dalam mulutnya.

"Bya.. pelan-pelan dong makannya.. lo uda makan dua piring loh.." ujar Galang.

"Berisik!! Anak gue lapar.." jawab Bya.

Bagas dan Galang saling pandang sambil terheran-heran melihat nafsu makan ibu hamil di depan mereka. Apakah semua ibu hamil seperti itu maka mereka harus bekerja keras bagai kuda agar kelak istri mereka tidak akan kekurangan.

"Lang.. ngeliat Bya lagi hamil begini nafsu makannya gilak-gilakan.. kayaknya aku harus kerja keras deh.." gumam Bagas.

"Elu gausah kerja keras duit elu juga gak akan habis-habis Gas.." ujar Galang.

Bagas hanya tersenyum kikuk karena apa yang di katakan oleh Galang tidak lah salah. Bagas tidak akan kekurangan uang meski ia tidak bekerja sekalipun. Keluarganya juga tidak akan jatuh miskin meskipun membiayai hidup Bagas sampai ia menikah dan punya anak.

"Ngomong-ngomong lo dari kapan kenal sama Bya gas.." tanya Galang lagi.

"Pertama kali masuk kuliah.." jawab Bagas.

"Waktu kalian ospek?" Ujar Galang.

"Bukaann.. waktu si Bagas di bully sama kakak leting.. hahahahaha" ujar Bya sambil ngakak karena mengingat saat pertama kali mereka bertemu.
Bya dengan bar-barnya melawan kakak leting dengan kekuatannya dan hanya sendirian.

"Gas.. gas.. gua fikir lo itu dibully cuma waktu bocah doang.. kenapa lo malah dibully sampe gede gini sih.." ujar Galang sambil merangkul pundaknya Bagas.

Bagas hanya cemberut pasrah untuk kedua kalinya ia memang di tolong saat di bully. Pembullyan pertama disaat Bagas masih di taman kanak-kanak waktu itu Bagas di bully hanya karena ia memiliki kotak pensil yang lebih mahal dari pada milik mereka. Saat itu Galang lah yang menolong Bagas dan saat pembullyan kedua di kampus Bya lah yang menolong Bagas.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang