BAB 82

3.9K 411 21
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Sudah hampir seminggu lamanya Sabina tidak kunjung datang ke kantor polisi. Padahal ia sudah di perintahkan untuk datang saat pertama kali pihak kepolisian mendatanginya. Saat dihubungi Sabina beralasan harus menjaga papanya yang saat ini sedang di rawat dirumah sakit.

"Sabina.. sampai kapan kamu lari begini.. kamu harus menemui pihak kepolisian nak.. supaya masalah ini segera selesai.." ujar papanya Sabina.

"Papa kan belum sembuh.. kalau papa uda sembuh baru Sabina bisa nyelesaiin masalah ini.."jawab Sabina sambil menyuapi papanya makan.

"Besok papa uda bisa pulang.. besok kamu harus ke kantor polisi ya.. papa temenin.." ujar papanya Sabina lagi.

"Iya pa.. maafin Sabina ya pa.. Sabina bertindak kayak anak kecil.. Sabina gak berfikir panjang.." ujar Sabina yang merasa bersalah dengan papanya.

"Sudahlah nak.. yang terpenting sekarang kamu mau menyadari semua kesalahan yang kamu lakukan dan mau berubah menjadi lebih baik lagi.. maafin papa ya karena tidak mengerti dengan perasaan kamu.." jawab papanya Sabina.

"Engga pa.. papa gak salah.. justru Sabina yang salah.. maafin Sabina pa.. hiks..hiks..hiks.." ujar Sabina menangis sambil memeluk papanya.

Bella yang baru saja datang berdiri di depan pintu sambil melihat dari balik kaca. Ia melihat kakanya sedang berpelukan dengan papanya. Bella yakin jika kakaknya saat ini sudah menyadari semua kesalahan yang ia perbuat dan Bella merasa bersyukur akan hal itu.

"Papa..." ujar Bella masuk ke dalam ruangan.

Sabina pun langsung melepaskan pelukannya dan menghapus air mata di wajahnya. Bella datang membawa cemilan untuk mereka makan.

"Kamu kok uda pulang? Gak ngampus?" Tanya Sabina.

"Hari ini dosennya gak dateng kak.. makanya aku bisa cepat kesini.." jawab Bella berbohong padahal saat ini Bella belum punya nyali untuk datang ke kampus setelah apa yang terjadi.

"Kamu tenang aja.. setelah masalah ini selesai kamu bisa tenang ke kampus lagi.." ujar Sabina.

Bella cukup kaget mendengar ucapan dari kakaknya, kakaknya tau ia sedang berbohong.

"Engga kok kak itu gak seperti apa yang kakak fikirkan.. dosen aku memang hari ini gak masuk.. masa hanya karna masalah itu aku gak ngampus.. lagian kan gak mungkin aku gak ngampus.." jawab Bella mencoba untuk membuat kakaknya tidak merasa bersalah dengannya.

"Yauda kamu siap-siapin bajunya papa.. besok papa uda bisa pulang.." ujar Sabina.

"Oke kak.." jawab Bella yang langsung membereskan pakaian dan barang-barang yang harus di bawa pulang besok.

Meskipun ia cukup merasa sedih dengan masalah yang menimpa kakaknya. Tetap saja semua itu harus dilalui kakaknya karena akibat perbuatan dan kesalahannya sendiri. Sudah sepantasnya ia bertanggung jawab dengan apa yang di perbuatnya.

"Sayang.. aku berangkat ke kampus dulu ya.." ujar Pak Abi sambil mencoba untuk mencium keningnya Bya. Kegiatan yang selalu ia lakukan ketika hendak berangkat bekerja.
Namun Bya malah memundurkan keningnya membuat pak Abi kaget.

"Sayang.. kamu masih marah sama aku?" Tanya pak Abi.

"Engga.. siapa juga yang marah.." jawab Bya datar.

"Itu buktinya gak mau aku cium.. uda hampir seminggu loh kamu gak mau aku cium, gak mau aku deketin, gak mau aku peluk.." ujar pak Abi meluapkan segala isi hatinya.

"Ohh jadi mas marah?" Jawab Bya yang mulai kesal.

"Engga.. engga gitu sayang.. bukan gitu maksud aku.. cuma aku heran kenapa kamu.. yauda lah.. gausah di bahas.." ujar Pak Abi yang tidak ingin memperpanjang masalah.

Pak Abi, I LOVE YOU!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang