SEPULUH

160 9 0
                                    

Sea tiba dikamarnya. Bibi Joanna membantunya melepaskan pakaiannya. Setelah itu ia ke kamar mandi. Ia membasuh tubuhnya sebentar dan menikmati sabun aromaterapy yang menyegarkan tubuhnya.

Ia keluar dan mendapati Bibi Joana sudah menyiapkan sebuah dress selutut berwarna putih dengan motif bunga rose kecil. Bibi Joana merapikan rambutnya dan mencium pipinya.
"Kau sudah berusaha keras hari ini. Tuan Sky akan bangga padamu".
" Ya Joanna. Kau tahu aku melakukan ini semua demi dirinya. Aku tak sabar bertemu dengannya".

Bibi Joanna pamit, meninggalkan Sea sendiri. Ia menghempaskan dirinya di ranjang. Ia memejamkan matanya sebentar.

Tiba-tiba ia bangun dan mencari tasnya. Ia merogoh kedalam dan menarik sesuatu keluar.
Ya. Jam tangan pemberian Sky di hari jadian mereka. Ia menatap jam itu sebentar kemudian menciumnya singkat.

Ia berdiri dan berjalan ke balkon. Ia menatap ke hamparan kastil di depannya. Ia melihat sebuah gerbang tinggi di balik rimbunnya pohon pinus. Ia menajamkan penglihatannya. Benar. Itu adalah sebuah gerbang.

Ia sangat penasaran dan ia berjanji saat turun makan nanti ia akan bertanya pada Earl Rosebery atau Bibi Joanna.

Bunyi pintu yang terbuka membuat pikirannya terputus. Ia menoleh dan melihat Bibi Joanna menghampirinya.
"Ternyata Anda disini Nona. Tuan dan Nyonya menunggu untuk makan siang".
" Maafkan aku Joanna. Ayo"balas Sea sambil tersenyum.

Ia melangkah menuju pintu diikuti Bibi Joanna.
Saat tiba di ruang makan Earl Rosebery dan istrinya telah menunggu.
Aunty Marry berdiri dan mencium pipinya.
"Apa kau menikmati harimu"tanya Aunty Marry. Sea mengangguk lalu duduk.

" Jadi apa yang kau pelajari hari ini"Earl Rosebery bersuara.
"Banyak Uncle. Aku bahkan merasa ini lebih rumit dibanding semua mata kuliahku"jawab Sea.

Earl Rosebery dan istrinya tertawa.
" Makanlah dulu. Kau pasti  lapar"kata Aunty Marry.

Sea mengambil beberapa hidangan dan mengisinya di piring Earl dan istrinya. Keduanya saling memandang dengan heran.
"Aku ingin melakukannya. Aku menyayangi kalian berdua"ungkap Sea.

" Mataku dan hatiku tidak pernah salah melihatmu. Kau tahu, kau seperti Marry masa muda. Benarkan honey?"kata Earl pada Sea kemudian melirik istrinya.
Marry hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan suaminya.

Mereka pun makan sambil bercakap-cakap.
Setelah selesai makan mereka berkumpul di ruang tamu. Ada beberapa hidangan manis dan teh melati yang disuguhkan pelayan.

Sea duduk disamping Marry sambil meletakkan kepalanya di bahu Marry.
Marry membelai lembut rambutnya.
"Aku sangat merindukan Sky"ucap Sea pelan.
" Sabarlah sebentar lagi. Tak akan lama"hibur Aunty Marry.

"Oh ya Uncle... Aku melihat sebuah gerbang di utara dari balkon kamarku".
" Ya...lalu?".
"Aku hanya ingin tahu saja".
" Oh...dibalik gerbang itu ada hutan kecil tempat Louis dan Sky berlatih kuda dan menembak. Ada sungai kecil dan danau buatan tempat mandi. Jika kau mau Joanna akan menemanimu kesana"Earl Rosebery menjelaskan.

Mata Sea berbinar. Ia jadi teringat HighLand.
"Aku akan bersiap Uncle".

Sementara itu Marry menyuruh pelayan untuk memberitahu Joanna. Bahkan ia meminta Joanna untuk membawa sedikit camilan dan jus buah untuk Sea.
Bagaimanapun juga mereka tahu Sea tentu sedikit bosan. Apalagi ia tak punya teman karena Louis sedang di Glassgow. Sebulan sekali ia pulang ke Holyrood.

Sea berjalan bersama Joanna keluar dari area kastil utama. Saat tiba di gerbang beberapa bodyguard telah berbaris di depan pintu. Seorang pria seumuran Louis membuka gembok dan mendorong pintunya.

Sea takjub dengan pemandangan di depannya. Deretan pohon cemara yang menjulang disisi kiri dan kanan jalan setapak berbatu yang sengaja dibuat.

Sea berlari kecil diatas setapak itu. Rambutnya tergerai dan bergoyang ditiup angin. Ia begitu senang, sampai ia lupa Bibi Joanna harus mengejarnya.

Ia berhenti dan berbalik. Ia sangat terkejut melihat beberapa pria di gerbang tadi juga ikut.
"Apa yang kalian lakukan?"tanya Sea.
" Maaf Nona. Kami hanya menjalankan perintah"jawab pria yang membuka gerbang tadi.

"Tapi aku tidak membutuhkan pengawal. Cukup Bibi Joanna saja".
" Tidak Sea. Ini sudah menjadi kebiasaan mereka. Lagipula jika kau menolak itu artinya kau tidak menghormati Tuan Besar"Joanna mencoba membuat Sea mengerti.

Sea terlihat berpikir.
"Jika Nona merasa tidak nyaman anggap saja kami tidak ada disini. Nona bebas melakukan apapun. Jangan hiraukan kami"ucap salah satu pengawal.
" Baiklah. Aku tak punya pilihan"Sea mengangkat kedua bahunya tanda menyerah.

Ia berbalik dan mulai berjalan. Tak berapa jauh ia melihat sungai kecil dengan bebatuan yang timbul diatasnya. Airnya begitu jernih. Ada sebuah titian khas kerajaan yang membentang diatasnya.
Diseberang sungai terlihat hamparan tanah lapang dengan pagar di sekelilingnya.

Ini pasti arena berkuda yang dimaksud uncle.

Ia berlari menyusuri titian lalu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Ia bertingkah seperti anak kecil yang mendapat kado.
Joanna dan para pengawal hanya tersenyum melihat tingkahnya.

Setelah berputar-putar di tanah lapang Sea melihat setapak lain di salah satu ujung tanah lapang. Ia berlari kecil menuju setapak itu. Benar saja, setapak itu menuju danau buatan. Kiri kanan jalan setapak ditumbuhi mawar putih yang sedang bermekaran. Sea membungkuk dan menghirup aroma di setiap kelopak yang bermekaran.

Ia takjub pada danau di hadapannya. Ada beberapa pancuran kecil yang sengaja dibuat disisi danau. Juga sebuah pohon besar yang rimbun. Ada kursi panjang berwarna putih tepat di bawah pohon itu.

Sea mendekat dan duduk. Ia melihat sebuah goresan di batang pohon. Ia mengulurkan tangan dan membersihkan beberapa sisik kulit kayu. Dan ia bisa melihat tulisan itu dengan jelas.

Ya. Ia melihat namanya dan Sky ada di sana. Dan ada goresan tanggal kapan itu ditulis. Sea menempelkan telapak tangannya dan memejamkan matanya sebentar.

Aku mencintaimu Sky. ..
******

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang