SEMBILAN PULUH TIGA

178 15 5
                                    

Hari sudah gelap ketika kereta berhenti di stasiun kota St. Andrews.

Ya. Untuk sementara Sea mengambil keputusan untuk datang ke restoran pria asing yang pernah menolongnya beberapa bulan lalu.

Sea merasa pusing. Seluruh tubuhnya berkeringat dingin. Ia mengeratkan mantelnya dan turun dengan tas kecil di tangannya.

Ia berdoa dalam hati agar dirinya baik- baik saja hingga tiba di restoran.

Taksi berhenti dan ia bergegas turun. Dengan langkah seret ia berusaha mencapai pintu.

Pandangannya berkunang- kunang dan ia merasa sesuatu yang hangat mengalir di kedua pahanya.

Matanya berbinar seketika saat melihat pria asing itu tengah melayani para langganan. Ia berusaha tersenyum dan melambai sebelum semuanya menjadi gelap. Pingsan.

Joe. Pria asing itu mengira ia bermimpi melihat Sea sebelum akhirnya ia berlari saat melihat Sea roboh di depan pintu masuk.

Ia berlari secepat mungkin dan membopong tubuh Sea menuju kamar. Kemudian ia menelepon dokter pribadinya.

Sepanjang dokter memeriksa keadaan Sea, Joe terus berdiri di sampingnya. Ia terus menerka apa yang terjadi pada Sea, apalagi perut buncitnya sudah tak ada. Berbagai spekulasi muncul begitu saja.

"Dia mengalami pendarahan. Aku rasa dia baru saja melahirkan atau sejenisnya. Seharusnya saat ini dia sedang istirahat total".

Kata dokter sambil memandang Joe dengan tanda tanya.

" Dia pingsan di depan restoran. Aku hanya mencoba menolongnya".

Jawab Joe asal. Bagaimanapun juga ia tak ingin dokter curiga. Apalagi ia  belum tahu cerita yang sebenarnya.

"Jadi apa yang harus aku lakukan? ".

" Aku harap ia segera siuman agar kita bisa memberikan transfusi darah dan beberapa data yang harus kita ketahui tentang dirinya sebelum melakukan tindakan. Jadi, hubungi aku jika ia siuman atau langsung antar saja ke rumah sakit. Aku akan menunggu di sana".

Joe mengangguk mengerti. Setelah itu ia mengantar dokter keluar.

Joe meminta seorang pelayan perempuan untuk menemani Sea sedangkan ia akan melayani beberapa pelanggan hingga restoran tutup.

Sea baru membuka matanya saat restoran tutup. Ia tak menemukan siapapun. Hanya selang infus yang terpasang di tangan kirinya.

"Hei... Senang bertemu denganmu lagi".

Sapa Joe yang tiba- tiba muncul dan melihat Sea sudah membuka mata.

" Maaf sudah merepotkan dirimu... ".

" Itu bukan masalah. Lagi pula aku pernah menawarkan padamu untuk datang kapan saja kau mau. Oh ya, apa kau ingin makan sesuatu? ".

Sea mengangguk.

" Bisakah aku memesan seporsi sup daging? Aku benar- benar lapar".

"Baiklah. Tunggu sebentar".

Joe tersenyum dan berbalik pergi. Hatinya begitu lega melihat binar di mata Sea. Ia pergi ke dapur dan memasak sup daging.

Hanya butuh beberapa menit dan ia kembali dengan makanan di nampan. Aromanya membuat Sea langsung menelan liur. Tak sabar ingin mencicipinya.

"Terima kasih. Ini sangat enak".

Joe tersenyum dan mengambil mangkok kosong dari tangan Sea. Ia kemudian menatap Sea lekat.

" Kalau kau tak keberatan, bolehkah aku tahu apa yang terjadi? ".

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang