ENAM PULUH DELAPAN

150 16 2
                                    

Setelah mendapat permintaan dari kedua orang tuanya untuk pulang, Sea segera meninggalkan Paris.

Acara lamaran akan diadakan  tertutup di High Land sesuai permintaan orang tua Sea.

Bagaimanapun mereka telah menyembunyikan hal ini dari Sea. Tapi mereka tak mungkin menolak permintaan Countess Marry juga.

Begitu Sea tiba di High Land , ada yang berbeda di rumahnya. Segala persiapan lamaran telah kelar. Dan lamaran akan berlangsung besok.

Margareth masuk ke kamar Sea setelah makan malam.

"Jika kau merasa berat hati, kami tak akan memaksamu Seana".

Margareth duduk di tepi ranjang. Sedangkan Sea tengah mengoles krim di wajahnya. Ia menoleh pada ibunya.

" Aku baik-baik saja Mom. Jangan khawatir".

Margareth terlihat gelisah. Rasanya ia ingin mengatakan yang sebenarnya pada putrinya, tapi ia tidak bisa. Ia harus menghormati suaminya dan juga Countess Marry.

"Baiklah. Kau harus istirahat. Kau harus cantik besok".

Margareth berdiri dengan canggung, dan menatap Sea lalu buru-buru keluar dari kamar Sea.

Sea sedikit curiga dengan sikap ibunya, tapi ia sama sekali tak tahu apa alasannya.

Mungkin semua ibu yang akan melepas putrinya untuk menikah, merasa seperti itu.

Gumam Sea lalu membaringkan diri dan tidur.

Keesokan harinya, seperti biasa beberapa pelayan tampak sibuk. Bau harum masakan yang berasal dari dapur menggugah selera.

Sea berdiri di pintu dan menengok ke dalam. Tampak ibunya sedang mengawasi para pelayan wanita yang memasak berbagai menu khas High Land untuk disajikan nanti.

Di ruang tamu, beberapa anak muda sedang menghiasnya dengan bunga segar dan ornamen khas lamaran.

Baru saja Sea ingin mengecek gaunnya. Suara mobil berhenti di halaman rumah. Tapi ia hanya meliriknya sebentar lalu kembali menuju kamarnya.

Tak lama kemudian ibunya mengetuk pintu. Sea membiarkan ibunya masuk.

"Bisakah kau keluar dan menyapa... ".

" Tentu saja Mom. Ayo".

Sea memotong ucapan ibunya dan segera keluar menuju ruang tamu.

Baru beberapa langkah menuruni anak tangga, pandangannya terpaku pada Countess Marry dan Louis yang tengah berbincang dengan ayahnya.

Sea menggigit bibirnya dan menoleh pada ibunya. Margareth tak menunjukan ekspresi apa-apa. Ketakutan melanda hatinya.

Tapi Sea menarik napas cepat lalu meneruskan langkahnya.

William yang pertama kali menyadari kehadiran Sea.

"Kemarilah. Sapalah Pangeran Louis dan Countess Marry".

Sea menatap ayahnya dengan tatapan heran. Tapi kemudian melangkah juga, walau terasa berat.

" Hai... ".
Suara Sea tercekat di tenggorokan. Ia merindukan Louis tapi ia membenci seseorang di samping Louis yaitu Countess Marry.

Louis segera berdiri dan memeluknya erat.

" Kau sudah bertumbuh dengan sangat baik adikku. Lihat  dirimu, kau begitu dewasa dan cantik sekarang".

Sea menangis dalam pelukan Louis, ia tak bisa menahan perasaannya. Rasa hangat dan rindu sebagai seorang adik mengalahkan segala logika.

"Aku merindukanmu Lui... Kau melupakan aku... ".

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang