ENAM

147 12 0
                                    

Tiga bulan berlalu. Aktivitas Sea di kampus lumayan padat. Sebagai mahasiswa baru ia harus mengikuti beberapa kegiatan wajib diluar perkuliahan.

Di sinilah ia menyesuaikan diri dan mencoba menemukan sahabat lain selain Megan.

Karena kepribadian Sea yang supel dan ramah kini ia memiliki 2 teman baru. Damian dan Rose. Mereka satu kelas.

Siang ini setelah mata kuliah pertama mereka berempat menuju kantin. Setelah memesan makanan mereka makan sambil mengobrol.

"Jadi Sea, apa kau punya pacar?"tanya Damian.

"Ya. Tapi kami putus komunikasi  beberapa bulan ini"jawab Sea.

"Kalau begitu tinggalkan saja dia"tambah Megan.

Sea menggeleng.
"No, Megan".

"Apa dia di Highland juga?"tanya Rose.

"Tidak Rose. New York".

Ketiga sahabatnya melotot tak percaya.

"Aku sarankan padamu Sea, tinggalkan dia".
Damian bersemangat.

"Kalian tak akan mengerti"jawab Sea.

"Lalu apa yang kau harapkan dengan pria seperti itu Sea. Open your eyes girl"sahut Megan.

Sea menatap ketiga sahabatnya bergantian.
"Tak semudah itu".

"Apa kau mencintainya?"tanya Rose. Sea mengangguk.

"Apa dia juga mencintaimu?".

"Tentu saja".

"Lalu apa yang akan kau lakukan Sea?".

"Aku akan menunggunya".

"Are you serious?".

Megan, Rose dan Damian kompak bertanya. Sea mengangguk. Ketiga sahabatnya hanya mengeleng tak mengerti.

"Kita lihat saja Sea, akhirnya kau akan setuju dengan pendapat kami"kata Megan.

Sea mengangkat bahunya acuh. Mereka kemudian melanjutkan menghabiskan makanan mereka.

Setelah mata kuliah kedua selesai, Sea dan Megan kembali ke asrama. Damian dan Rose tinggal bersama orang tua mereka di kota ini jadi mereka tinggal di rumah.

Dalam perjalanan ke asrama Megan masih penasaran dengan sikap Sea. Ia terus mendesak Sea untuk mengatakan alasan kenapa ia tidak ingin meninggalkan pacarnya itu. Apa lagi mereka sudah putus komunikasi sejak beberapa bulan lalu.

Bahkan Sea hanya tahu ia pergi ke New York tapi tak tahu dimana tempat tinggalnya.

"Aku akan mengatakan segalanya padamu Megan. Tapi nanti saja. Aku baik-baik saja Megan"Sea memukul pundak Megan perlahan.

"Baiklah. Terserah padamu. Aku hanya merasa kau terlihat bodoh saja. Jangan percaya dengan hubungan seperti itu. Jangan sampai perasaanmu padanya menutup logika berpikirmu"jelas Megan.

"I know Megan. Thanks for it. Tapi aku baik-baik saja".

Mereka berpisah dan masuk ke kamar masing-masing.

Sea menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia ingin tidur sebentar sebelum berkutat dengan tugas-tugas kuliah.

Sambil mengguyur tubuhnya terngiang kembali percakapan di kantin tadi. Sebenarnya Sea agak terusik dengan pendapat ketiga sahabatnya hanya saja ia meyakinkan dirinya bahwa Sky mencintainya dan akan selalu begitu.

Sea keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe. Ia membuka lemari dan mengenakan pakaian santai.

Ia melihat wajahnya sendiri di cermin dan tersenyum.

Hai Sky, sedang apa dirimu.
Aku baru saja selesai kuliah.
Bagaimana denganmu?
Aku merindukanmu dan berharap bisa melihatmu lagi.

Sea membaringkan dirinya di kasur dan memejamkan mata.

Tiba-tiba kepala asrama mengetuk pintu kamarnya. Sea segera bangun dan membuka pintu.

"Hai Mrs. Graham"sapa Sea.

"Halo Seanna. Apa aku menganggumu?".

"Tidak. Aku baru saja ingin istirahat. Ada apa ?"jawab Sea.

"Ada telepon untukmu. Mari ikut aku ke kantor".

Sea mengangguk lalu berbalik dan mengganti pakaiannya. Ia segera keluar dan mengunci pintunya.

Ia penasaran siapa yang menelponnya, karena biasanya hanya orang tuanya saja yang menghubunginya.

Ya. Peraturan di asrama ini adalah selama tahun pertama setiap mahasiswa baru tidak diijinkan untuk membawa ponsel dan tidak boleh keluar kemanapun kecuali ada orangtua yang menjamin keselamatan mereka.

Dengan tanda tanya di kepala Sea mengikuti langkah Mrs. Graham hingga masuk ke ruangan yang disebut kantor tadi.

Mrs. Graham menyuruh Sea duduk dan mengatakan orang itu akan menelepon lagi. Sea mengangguk.

Dering telepon menyadarkan Sea dari pikirannya yang bercabang. Mrs. Graham menatapnya dan mengisyaratkan Sea untuk menjawabnya.

"Aku akan menunggu di luar Seanna"ujar Mrs. Graham.

Sea mengangkat gagang telepon.

"Halo?"ucap Sea perlahan.

Jantungnya berdetak kencang menunggu jawaban dari lawan bicaranya.

"Sea..ini aku".

Deg!!!!
Sea hampir menjatuhkan gagang telepon yang dipegangnya. Ia tahu betul ini suara siapa.

"Sea...apa kau di sana?".

"Sky...aku...?".

Sea terbata. Ia bahkan tidak tahu harus berbicara apa.

"Hei, maafkan aku. Aku meninggalkanmu tanpa kabar apa-apa".

"Sky, aku hanya merindukanmu".

Airmata Sea sudah menetes di pipinya.

"I know Sea. Jangan menangis. Aku juga merindukanmu" kata Sky.

"Aku menunggumu Sky. Bahkan teman-temanku mengatakan aku bodoh".

"Hei Seanna, kau benar. Kau harus menungguku. Setelah lulus aku akan kembali ke Holyrood. Jaga hatimu untukku".

Seanna tertawa kecil mendengar kata-kata Sky. Ia menghapus air matanya.

"Aku percaya padamu Sky. Aku menunggumu selalu".

Mereka berdua bertukar banyak cerita. Sky bahkan memberikan nasehat untuk Sea bagaimana ia harus mengurus dirinya di kota besar.
Ia meminta Sea untuk menjaga dirinya dan menjaga pergaulannya.

Sea mengangguk mengerti dan berjanji pada Sky bahwa ia akan melakukan semua seperti yang Sky inginkan.

Sky mengakhiri panggilannya. Ia berjanji akan menelepon Sea setiap akhir pekan. Sea meninggalkan kantor Mrs. Graham dan keluar. Mrs . Graham sedang duduk di bangku di depan pintu.

"Aku tak menyangka kau mengenal Earl Rosebery dengan baik Seanna"sapa Mrs. Graham.

"Hmm...itu karena ayahku".

"Istirahatlah. Aku tahu kau lelah Seanna".

Sea mengangguk dan berlalu dari hadapan Mrs. Graham.

Sepanjang lorong ia tak berhenti tersenyum. Segala rasa penatnya hilang begitu saja. Ia berbunga-bunga sekarang.

Keyakinanku tak pernah salah.
Sky, aku mencintaimu selalu.

***

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang