LIMA PULUH DELAPAN

121 7 0
                                    

Sesuai dengan tekadnya Duke of Roxeburghe mengirim beberapa mata-mata terbaiknya untuk mencari informasi di seluruh sudut HighLand.

Namun mereka sama sekali tak mendapat informasi pasti. Bahkan beberapa gosip menyebar di kalangan bangsawan bahwa Countess Marry tinggal di biara.

Duke semakin cemas. Jika gosip itu benar maka Seana pasti ada di sana dan mungkin saja gadis itu akan menjadi biarawati.

Memikirkan hal itu Duke menjadi sangat kesal. Ia sungguh tak mengerti dengan rasa yang sangat mengganggunya itu.

Ia benar-benar tak rela jika Sea berakhir sebagai seorang biarawati. Itulah sebabnya ia berharap musim panas cepat datang agar ia sendiri yang akan turun tangan mencari keberadaan Sea.

Akhirnya Musim panas tiba...

Duke sedang mempersiapkan perjalanannya ke High Land. Ia begitu bersemangat. Bahkan sudah beberapa kali ia menghubungi Patrick, Duke of Atholl untuk memastikan pria itu ada di kastilnya.

Setelah sampai di kastil, Patrick menyambutnya dengan hangat. Ia bahkan langsung menunjukan kamar tempat sahabatnya menginap selama di sini.

"Aku harap kedatanganku tidak sia-sia".

Kata Duke saat keduanya ada di balkon sambil memandang seluruh penjuru kota dari situ.

" Ya. Jika kau bekerja keras, tentu akan ada hasilnya. Aku ingin bertanya padamu Dave... ".

Patrick memasukan kedua tangan di saku celananya.

" Apa kau benar-benar jatuh cinta pada gadis itu? ".

Duke tak bergeming dari posisinya. Ia sendiri terkejut dengan pertanyaan sahabatnya itu.

Apa aku jatuh cinta padanya?
Tidak! Tidak!

Duke menepis pikiran itu begitu saja. Lalu ia menoleh pada Patrick di sampingnya.

" Tentu saja tidak Pat. Kau tahu aku sangat dekat dengan Earl semasa hidupnya. Aku bahkan sudah menganggapnya seperti ayahku. Dan aku merasa... Maksudku aku tidak mungkin mengabaikan keluarga Rosebery begitu saja setelah apa yang menimpa mereka".

Patrick mengangguk kecil lalu  tersenyum.

"Baiklah. Kita lihat saja apa betul hanya itu yang mendasarimu melakukan hal ini David. Kau tahu, kadang otak dan hati melakukan dua hal yang berbeda".

Duke melotot padanya. Entahlah, tapi ia merasa Patrick seperti sedang menertawakan dirinya.

" Istirahatlah. Kita akan bertemu saat makan malam nanti. Aku telah meminta Tom untuk melayanimu selama kau disini".

Tanpa menunggu jawaban Duke ia segera keluar dan menutup pintunya.

Duke beranjak ke kamar mandi dan memanjakan dirinya di dalam bak mandi yang berisi air hangat dan ditetesi wewangian alami.

Setelah perjalanan jauhnya dari Kelso, ini adalah salah satu cara memulihkan tubuhnya yang lelah.

Seperti yang dijanjikan oleh Patrick, kini keduanya baru saja makan malam dan sedang duduk di ruang kerja Patrick sambik minum anggur.

"Apa yang akan kau lakukan jika pencarian ini hasilnya sama seperti sebelumnya? ".

Tanya Patrick serius. Ia menatap Duke yang memainkan gelas anggur di tangannya.

" Aku terpaksa harus bertanya pada Louis. Aku akan membuang harga diriku sejenak".

Jawab Duke dengan nada rendah. Ia begitu yakin dengan ucapannya. Hal ini membuat Patrick sedikit terkejut.

"Aku rasa ini bukan dirimu Dave".

Protes Patrick tak percaya. Ia sama sekali tak menyangka seorang Walter Davidson akan melakukan hal itu.

Mempertaruhkan harga dirinya atas nama persahabatan.

" Apa kau akan melakukan hal yang sama jika itu aku Dave? ".

Duke memukul lengan Patrick hingga anggur di gelasnya tumpah ke lantai.

" Kau tak punya istri dan anak yang menjadi alasan aku untuk melakukannya".

Patrick tertawa keras hingga wajahnya memerah.

"Aku akan menikah secepatnya".

" Lalu kau juga ingin mati secepatnya setelah menikah dan menitipkan istrimu padaku? Sungguh pria yang kurang ajar! ".

Kata Duke lalu keduanya tertawa lepas. Duke merasa heran dengan dirinya. Entah sudah berapa lama ia tak tertawa dengan lepas.

Akhir-akhir ini tepatnya beberapa tahun lalu saat ia masih bertemu dengan Sea, kadang-kadang ia tertawa melihat tingkah gadis itu. Bahkan hatinya menghangat dan puas saat berhasil membuat gadis itu kesal.

Duke tersenyum kecil. Hal ini tak luput dari perhatian Patrick.

"Kau melamun dan tersenyum sendiri Dave".

Duke segera sadar dan menyesap anggur yang tersisa  di gelasnya.

" Buang jauh-jauh pikiran sesatmu. Aku sama sekali tidak memikirkan siapapun".

Patrick tertawa lalu berdiri dan mengeratkan mantelnya.

"Sebaiknya kita istirahat sebelum aku benar-benar gila".

Ucap Patrick lalu berjalan menuju pintu yang diikuti oleh Duke.

Sesampainya di kamar Duke tidak langsung tidur. Ia membuka pintu kecil di balik gorden dan berdiri di balkon kamarnya.

Tatapannya diarahkan ke langit yang bertaburan bintang. Seakan ingin meminta penuntun pada semesta untuk apa yang akan dilakukannya besok di sini. Di High Land.

" Ayah , ibu. Aku tahu kalian ada di atas sana. Bisakah kalian membantuku menemukan temanku?".

Ada rasa getir di lidahnya saat mengucapkan kata teman.

Benarkah Sea hanya temanku?
Apakah seorang teman berlari memelukku saat ia terluka?
Apakah seorang teman memberikan ciuman penuh gairah dan menuntut?
Apakah....

Arghhh!!!
Duke menggeram frustasi. Masih begitu lekat dalam pikirannya tentang segala yang ia lakukan pada gadis itu tanpa mendapat penolakan sama sekali.

Akhirnya ia memutuskan untuk tidur saja. Apalagi  pengaruh alkohol mulai menekan sarafnya.

Sementara itu, hanya berjarak  beberapa kilometer di bagian barat kastil Sea baru saja mengemas barang-barangnya.

Besok ia akan berangkat ke Paris sesuai janjinya pada Meghan dan kedua orangtuanya.

Sebelum tidur ia mengambil mantel merah pemberian Duke dan memeluknya erat.

Entah kenapa ia begitu merindukan pria itu. Beberapa tahun putus komunikasi membuatnya sadar bahwa ia telah jatuh cinta pada pria itu tepat pada saat ia menangis dan berlari dalam pelukan pria itu.

Apa kabar Walter?
Apa kau juga merindukanku?
Aku merindukanmu...

***

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang