SEMBILAN PULUH DELAPAN

206 19 0
                                    

Sea masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar bayi W di lantai atas. Niatnya adalah mencari Lucia dan bayi W.

Baru saja ia menaiki tangga suara Eugene langsung menyapanya.

"Nyonya, Anda kembali. Selamat datang".

Sea hanya mengangguk dengan sedikit senyuman.

" Pangeran ada di kamar utama".

Kata Eugene seperti tahu bahwa Sea mencari putranya. Sea mengangguk lalu berbalik menuju kamar utama.

Jantungnya berdegup kencang saat terpikir jika Duke ada di sana, apa yang akan ia lakukan. Rasanya akan canggung sekali.

Pintu sedikit terbuka sehingga Sea langsung mendorongnya pelan dan masuk. Ia tertegun saat melihat pemandangan di hadapannya.

Duke sedang berdiri dan berusaha menenangkan bayi W yang menangis dengan botol susu di salah satu tangannya.

"Berikan bayi W padaku".

Ucap Sea yang membuat Duke  terkejut dan menoleh. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya menatap Sea tanpa berkedip. Hingga bayi W sudah berpindah dalam gendongan Sea. Sea meletakkan botol susu itu dan membawa bayi W ke ranjang.

Ia membelakangi Duke dan mulai menyusui bayinya hingga tak sadar ia ikut tertidur bersama putranya.

Duke yang masih terpaku di tempatnya perlahan menghampiri ranjang dan menatap keduanya. Ada rasa bahagia di dalam hatinya.

Ia menarik selimut dan menutupi tubuh Sea dan bayi W. Kemudian ia berbaring di sofa. Sesekali ia bangun  dan menghampiri ranjang untuk memastikan keduanya aman.

Eugene mengetuk untuk memberitahu jika makan malam telah siap. Duke memberi isyarat bahwa ia akan menunggu Sea terbangun.

Setelah Eugene pergi Duke menutup pintu dan berniat untuk mandi sambil menunggu Sea bangun.

Ponselnya ia letakkan di nakas, di samping tempat tidur.

Tak lama kemudian dering ponsel berkali- kali berbunyi membuat Sea membuka mata dan berusaha mencari sumber suara.

Ia melihat ponsel Duke di nakas dan mencoba meraihnya untuk menyetel mode silent karena takut pangeran kecil terbangun.

Namun, matanya membaca ID  penelpon. Lady of Windsor. Jantung Sea berdegup kencang. Pipinya panas. Ada rasa cemburu di hatinya.

Tidak! Tidak!
Aku tidak perduli apapun soal hidupnya.

"Kau sudah bangun? ".

Suara bariton Duke membuat Sea hampir menjatuhkan ponsel itu. Ia gugup. Ia menyodorkan ponsel Duke yang masih terus berdering nyaring.

Duke menerimanya dan mengabaikan panggilan itu.

" Ini... Maksudku... ".

" Aku harus mandi".

Potong Sea cepat lalu berjalan tergesa-gesa ke kamar mandi untuk menghindari Duke. Ia ingin marah dan menghujani Duke dengan ribuan pertanyaan namun otaknya memperingatkan dirinya untuk tidak gegabah.

Duke memandang kepergian Sea dengan perasaan bersalah.

Semoga jangan ada salah paham lagi...

Batin Duke lalu mengoffkan ponselnya dan menaruhnya di atas nakas. Ia kembali duduk dan menunggu Sea untuk makan malam.

Tak lama kemudian Sea muncul dengan menggunakan piyama. Duke terhenyak.

Ia berdiri dan pergi ke walk-in closet. Hanya semenit dan ia kembali dengan cardigan coklat di tangannya lalu dengan memberanikan diri ia membalutkan cardigan itu ditubuh Sea.

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang