SEMBILAN PULUH SEMBILAN

209 17 0
                                    

Duke bangun lebih dahulu dan bersiap ke kantor. Ia tersenyum pada Sea yang masih terlelap dengan kepala bayi W yang bersembunyi di bawah lengannya.

Perlahan ia mengecup kening bayi W lalu kening Sea dan beranjak keluar.

"Siapkan segalanya Eugene. Aku ingin mengumumkan kelahiran putraku".

Titah Duke sebelum menutup pintu mobil dan berlalu. Eugene hanya mengangguk kecil dan berbalik masuk.

Eugene menelepon butik langganan Duke untuk mempersiapkan segala dekorasi dan juga pakaian kebesaran yang akan dikenakan oleh Duke dan keluarganya.

Mereka mempersiapkannya dengan cepat di Aula kastil utama. Tentu saja Sea tak tahu itu sama sekali.

Menjelang siang Duke pulang dengan wajah berseri. Senyum tak pernah pudar dari bibirnya.

" Apa kau sudah makan siang? ".

Tanya Sea sekedar untuk menutupi rasa canggungnya.

" Belum Sea. Aku ingin bicara padamu tentang sesuatu yang penting di ruang kerjaku".

"Apa ini sangat penting? ".

Sea balik bertanya. Jujur saja, ia takut. Ia takut Duke akan melakukan sesuatu lagi. Tapi ia tetap mengikuti langkah Duke menuju lantai atas.

Duke duduk di sofa dan meminta Sea duduk di sampingnya.

" Kita harus memberi nama padanya. Pada bayi W".

Sea terhenyak. Ia baru sadar bahwa putranya belum memiliki nama. Dan itu sangat tak lazim.

"Aku kira... Kau sudah memberikan nama padanya. Ini benar-benar memalukan".

Protes Sea setengah menggumam.

" Apa kau punya nama untuknya? ".

Tanya Duke dengan tatapan serius. Ia melihat arlojinya. Hampir pukul 02.00 siang. Padahal Eugene menyebar undangan di Roxeburghe bahwa pengumuman akan berlangsung pukul 03.00 sore.

Sea menggeleng. Tanpa sadar ia meraih telapak tangan Duke.

" Ayo berpikir Walter... ".

Duke menatapnya lekat. Matanya berkaca-kaca. Ia membalas genggaman tangan Sea.

" Bagaimana jika Edward? ".

Sea berpikir sebentar.

" Edward Davis".

"Aku setuju. Siapkan dirimu dengan pakaian yang terbaik".

Ucap Duke sambil mengecup puncak kepala Sea dan berdiri. Ia membuang pandangannya ke jendela besar.

" Walter... ".

Panggil Sea ragu. Pipinya panas. Duke tak berbalik. Ia harus menyembunyikan kebahagiaan yang tengah menggebu.

" Baiklah. Aku akan bersiap".

Sea berjalan keluar dan Duke melompat kegirangan. Ia seperti baru saja memenangkan lotre.

Ia merogoh ponsel dan menghubungi Eugene.

"Aku berhasil Eugene. Oh God!! Aku bahagia Eugene! ".

Pekik Duke tak bisa menahan hatinya.

" Walter? ".

Suara Sea mengagetkan dirinya, ia hampir terjungkal. Ponselnya jatuh ke atas karpet.

" Mmm... Ada apa Sea? ".

" Mmm... Aku sedikit kesulitan mengancing pengait belakang bajuku".

Dengan bergegas Duke meraih telapak tangan Sea dan keduanya turun ke bawah ke kamar utama.

Sea menunjuk baju berwarna pink yang terletak di ranjang. Duke mengambilnya dan memberikannya pada Sea.

Sea yang muncul dari ruang ganti membuat Duke berdebar. Sudah lama ia merindukan suasana ini. Ia mendekat dan membelakangi Duke.

Duke menahan napas saat mengancing baju Sea di dekat leher. Aroma tubuh Sea begitu menggodanya. Ia melakukannya dengan cepat dan pergi ke kamar mandi.

Sea yang melihat tingkah Duke sedikit heran. Tapi sebenarnya ia pun merasakan hal yang sama.

Bagaimanapun juga mereka berdua adalah manusia dewasa. Sepasang suami istri yang telah berbagi segalanya. Dan mereka berdua saling merindukan sentuhan-sentuhan itu.

Sea menarik napas dan mulai memoles wajahnya dengan riasan tipis.

Duke yang sudah rapi dengan pakaian kebesarannya membawa sesuatu di dalam sakunya. Ia menghampiri Sea.

"Ulurkan tanganmu".

Sea menatapnya bingung. Lalu tanpa menunggu Duke segera meraih tangan kanan Sea dan menyematkan cincin kebesaran Duchess.

"Tidak Walter! Lepaskan itu!".

Duke berlutut di hadapannya.

"Aku minta maaf untuk segalanya. Selama ini aku hidup sendiri dan aku tidak mengerti bagaimana caranya memperlakukan seseorang dengan benar. Aku adalah pria egois. Kau boleh membenciku tapi aku mohon, demi Pangeran Edward, bisakah kau memaafkan aku?".

Dalam hatinya Sea luluh dengan kata-kata Duke hanya saja ia sudah memutuskan untuk tidak akan memberikan jalan yang mudah bagi suaminya itu untuk kembali.

"Kau tahu Walter... apapun yang pernah rusak selalu membekas. Aku hanya melakukannya untuk putraku".

Air muka Duke berubah cerah. Ia berdiri dan hendak memeluk Sea namun dengan cepat tangan Sea menghalanginya.

"Maafkan aku...".

Ucap Duke pelan lalu berbalik pergi. Ia merasa sangat malu di hadapan Sea. Seluruh harga dirinya benar-benar jatuh di lantai marmer kamar mereka.

Tak apa...
Aku akan menerima semua perlakuanmu asalkan kau tetap tinggal di sini.
Aku tidak ingin kehilangan dirimu lagi.

Sea merapikan dirinya dan keluar. Lucia bertemu dirinya di lorong dan mengatakan jika Duke menunggunya di aula. Pangeran Edward ada di sana. Tanpa pikir panjang Sea segera melangkah ke sana.

Begitu tiba di sana Sea terkejut karena banyak wartawan ada di sana. Ia menatap Lucia namun gadis itu menggeleng.

Apa yang pria itu rencanakan?

Baru saja kakinya menginjak ruangan di belakang tirai panggung dan Duke muncul. Ia meraih tangan Sea dan menyibak tirai itu. Sea terkejut saat melihat dekorasi tak biasa.

Tiba-tiba pintu terbuka dan beberapa penasihat kerajaan masuk. Juga beberapa peliput berita. Jantung Sea berdegup kencang namun genggaman tangan Duke yang erat seakan memberitahu dirinya bahwa semua baik-baik saja.

"Aku, Duke of Roxeburgh mengucapkan terima kasih untuk kehadiran semuanya. Hari ini, walaupun sedikit terlambat namun aku ingin berbagi berita bahagia ini. Rumah tangga kami baru saja dikaruniai seorang putra tampan bernama Pangeran Edward Davis. Doakan kami agar tetap hidup bahagia dan saling mencintai seperti ini".

Duke menatap wajah Sea namun mata Sea tetap menatap lurus ke depan. Ia sengaja menampilkan senyum terbaiknya di hadapan semua orang.

Lucia datang dan memberikan Pangeran Edward dalam gendongan Sea. Kilatan cahaya kamera ada dimana- mana.

Momen ini digunakan oleh Duke untuk menunjukan pada semua orang bahwa rumah tangga mereka baik-baik saja.

***
***

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang