LIMA PULUH

160 14 0
                                    

Duke menghidupkan lampu tidur di nakas sehingga kamar Sea sedikit remang. Ia pikir cahaya yang terlalu terang akan membuat Sea tidak tidur dengan nyaman. Kemudian Duke berpindah ke sofa dan membuka ponselnya.

Sesekali ia memperhatikan Sea yang tertidur pulas. Bunyi  napasnya teratur bahkan wajahnya sangat damai membuat sejuk mata yang memandangnya.

Duke segera membuang pikiran kotornya dan berniat untuk memejamkan matanya sebentar.

Tengah malam Duke terbangun dengan suara erangan yang berasal dari ranjang Sea. Cepat-cepat ia mendekat dan benar saja dahi  Sea berkeringat dan ia mengerang dan bahkan meracau.

"Jangan pergi! Jangan pergi! Tak ada lagi yang menyayangiku ! Aku bahkan tak punya tempat untuk pulang"... Sea mendesah.

Airmatanya keluar begitu saja. Duke memandangnya dengan iba kemudian duduk ditepi ranjang dan meraih Sea dalam pelukannya.

" Kau akan baik-baik saja. Masih banyak orang yang peduli padamu"bisik Duke dengan kalimat yang tercekat di kerongkongannya.

Ia semakin mendekap Sea erat dan menepuk punggung gadis itu.

"Walter" Panggil Sea dengan pelan.

"Aku disini".

Sea masih sesenggukan. Kehangatan pelukan Duke mampu mengobati kepedihan hatinya. Ia merasa memiliki tempat untuk bersandar. Ia menarik kepalanya dan menatap Duke lekat. Ia menatap tepat di bola mata hitam dan tajam itu.

" Aku sedikit cengeng akhir-akhir ini".

Duke mengelus pipi Sea lembut.
"Semua orang punya masa sulit dalam hidup mereka. Waktu akan membuat segalanya menjadi lebih baik".

" Aku percaya padamu. Maafkan aku untuk semua sikap burukku selama ini. Aku hanya sedang belajar menjadi orang yang lebih baik. Maafkan aku"balas Sea dengan sinar mata yang jujur. Duke melihat ketulusan di sana.

Perlahan Duke memajukan kepalanya dan menunduk untuk mencium Sea di bibirnya. Kali ini sebuah ciuman pelan dan lembut tanpa paksaan.

Sea memejamkan matanya dan membiarkan perasaannya menikmati ciuman Duke. Tangannya bertumpu di atas paha Duke. Sensasinya begitu berbeda di sekujur tubuhnya. Berbeda dari ciuman Sky dulu saat mereka baru meresmikan pertunangan mereka.

Duke melepaskan ciumannya dan kembali meraih Sea dalam pelukannya dengan napas yang memburu.

"Mulai sekarang. Jangan tutupi apapun dariku. Entah itu tawa atau air mata, berbagilah denganku. Tak baik menyimpan beban sendirian. Sekarang kau boleh mengandalkan aku Seana" Kata Duke lembut sambil mengelus rambut pirang Sea.

Sea tak menjawab. Ia mencerna setiap kalimat Duke dengan cermat. Ia tak ingin cepat-cepat mengambil kesimpulan kalau Duke menyukainya.

"Aku lapar Walter" Ucap Sea pada akhirnya.

Duke melepas pelukannya dan tersenyum lebar. Bahkan giginya yang putih bersih terlihat.
"Aku akan meminta Lucia... ".

" Tidak Walter. Ayo temani aku ke dapur. Aku bisa membuat sesuatu untuk kita berdua. Kasihan Lucia mungkin sudah tidur" Potong Sea cepat.

Duke berdiri dan membantu Sea turun dari ranjang. Sebenarnya kepalanya sedikit pusing tapi ia berusaha untuk bersikap biasa saja. Ia tak ingin merepotkan pria terhormat di Roxeburghe ini.

Keduanya berjalan bersisian menuruni tangga. Duke mengulurkan tangannya agar Sea bisa berpegangan padanya. Sea tak menolak karena memang ia butuh topangan.

Begitu tiba di dapur yang maha luas mata Sea terbelalak melihat seluruh perabotan mewah yang ada di sana. Ini bahkan melebihi apa yang ada di istana Holyrood. Tempat Sea tinggal dulu.

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang