DUA PULUH DUA

120 8 0
                                    

Sea berjalan keluar diikuti oleh pelayan tadi. Ia melirik ke kiri dan kanan untuk memastikan tak ada orang yang melihatnya bersama Duke of Roxeburge. Atau akan muncul skandal di seluruh Skotlandia.

Ya. Secara umum tingkah laku dan pergaulan para bangsawan di atur. Seorang laki-laki bujang dan seorang perempuan tidak boleh berduaan sendiri. Mereka harus dikawal oleh seseorang untuk menghindari gosip dan skandal.
Walau pun itu sepasang kekasih, mereka tetap butuh pendamping.

Suasana masih cukup ramai, banyak pasangan dansa terlihat berlenggok di lantai. Begitu juga kelompok- kelompok kecil yang duduk atau berdiri dan mengobrol apa saja.

Sea mengedarkan pandangan untuk mencari Damian dan Megan. Ternyata ia tak menemukan mereka. Ia merasa cemas karena ia tak mengenal baik siapapun disini untuk mengantarnya pulang ke asrama.

Sea menggigit bibir bawahnya dan berpikir keras. Pelayan yang bersamanya masih berdiri di belakangnya. Sea menatapnya sebentar dan mengangkat bahunya. Pelayan itu tersenyum meski ia tak tahu apa artinya itu.

Tak lama kemudian seorang pria berjas dengan earphone di telinganya berjalan menghampiri mereka.
"Permisi Nona. Aku yang akan mengantarkan Anda pulang".

Sea sedikit terkejut tapi kepalanya mengangguk duluan. Ya. Ia tak punya pilihan sekarang. Ia melirik sekilas pada pelayan itu dan tersenyum lalu berjalan mengikuti pria itu.

Tiba di parkiran pria itu membuka pintu mobil dan mempersilahkan Sea masuk. Mobil segera meninggalkan mansion keluarga Dundas.

Tanpa sepengetahuan Sea, sebuah mobil berada di belakang mereka. Ya. Pria yang menyetir mobil Sea adalah pengawal Duke Walter. Ia yang meminta Damian dan Megan untuk mengantar Sea pulang. Dan mereka tak bisa menolak itu.

Satu jam kemudian mereka sampai di pelataran asrama. Sea mengucapkan terima kasih dan turun.

Baru saja ia menutup pintu, sebuah mobil berhenti di sampingnya. Duke Walter turun dan menghampirinya.

"Kau melupakan hadiah dari Lucia"sapa Duke Walter.
Sea ingin protes tapi beberapa pengawal ada di situ. Ia harus bersikap dewasa seperti seorang Lady.

" Tak perlu repot-repot Yang Mulia"balas Sea dengan nada tak senang.
"Setidaknya aku sudah berjalan jauh ke sini My Lady" Duke Walter tak mau kalah.

Akhirnya Sea menerima paperbag  berlogo D emas. Ia yakin berdebat dengan Duke tak akan membantu. Dia hanya akan semakin kesal.

Setelah mengucapkan terima kasih Sea segera membuka pintu dan masuk. Ia tak peduli Duke Walter masih ada disitu. Dengan mengendap ia menyusuri lorong hingga mencapai kamarnya. Semua orang sudah tidur. Bisa di lihat dari suasana yang gelap di tiap blok.

Sea menyalakan lampu kamarnya lalu berjalan menuju jendela untuk menutup tirai. Matanya menangkap 2 mobil yang masih terparkir di pelataran asrama dengan lampu menyala.

Selang beberapa menit lampu mobil berkedip lalu bergerak meninggalkan halaman asrama.

Sea menarik napas dan menutup tirai dengan rapi seakan tak ingin sedikit pun celah.

Ia melirik sekilas pada pemberian Lucia. Ia tak berniat membukanya. Ia menuju kamar mandi dan membasuh tubuhnya.

Mengenakan piyama hijau lumut ia membaringkan tubuhnya di ranjang dan menarik selimut.

Ternyata dunia begitu sempit. Benar-benar menyebalkan. Aku harap tak akan bertemu dirinya lagi. Entah apa yang akan dilakukan pria angkuh itu. Tapi... Darimana ia tahu aku tinggal disini?
Jangan-jangan Damian dan Megan memberitahu dirinya.
Oh Tuhan... Aku dalam masalah sekarang.

Sea turun dari tempat tidur dan mengambil paperbag lalu membukanya. Ada sekotak  kue kesukaannya lalu terdapat sebuah bungkusan besar di dasar paperbag. Ternyata sebuah  coat bulu berwarna maroon dan sebuah pin berukir D besar tersemat di bagian dada.

Sea ingat betul ukirannya sama persis seperti yang tersimpan di lacinya. Apa Lucia selalu memberikan pin ini pada semua orang? Lalu apa artinya. Mantel bulu ini sangat mahal.... Apa Lucia menghabiskan gajinya untuk ini? Aku benar-benar tak percaya.

Saat mencoba mengepas mantel itu Sea memasukan kedua tangannya di saku. Telapak tangan kanannya menyentuh sebuah kertas. Dengan cepat ia menarik tangannya keluar.

"Sudah kuduga kau pasti terlihat cantik dengan mantel ini"

Sea menatap tulisan ini. Hatinya benar-benar bimbang. Jika ini benar dari Lucia maka ia sangat senang bahkan ia akan melompat sekarang.

Tapi jika ini adalah kelakuan Duke Walter, maka ia tak tahu apa yang harus di lakukannya sekarang. Bahkan ia tak tahu harus bertanya pada siapa. Apakah ia akan mengirimnya kembali? Bagaimana jika Earl Rosebery tahu Duke Roxeburghe memberinya sesuatu.

Sea memukul-mukul kepalanya sendiri. Ia benar-benar kesal pada dirinya sendiri. Kenapa aku tak memeriksanya tadi agar aku bisa menolaknya dan mengembalikannya saja.

Sea melepas mantel itu dan menyimpan kembali ke dalam paperbag. Ia terus memikirkan apa yang harus dilakukan dengan mantel itu.

Ia meraih ponselnya dan melihat layarnya. Tak ada notifikasi dari Sky. Ia menarik napas berat. Sesibuk itukah dirimu Sky? Aku takut dan cemas. Banyak hal yang ingin kuceritakan padamu. Aku lelah Sky.

Air matanya meleleh begitu saja. Ia merindukan  Sky. Sudah hampir 4 tahun tak bertemu. Hatinya masih utuh untuk Sky. Walau kadang keadaan menggodanya ia tetap meneguhkan hatinya untuk tetap mencintai Sky apapun itu.

Ia hanya berharap tahun depan ia akan bertemu Sky di kelulusan dokternya. Membayangkan itu hatinya menghangat. Ia bisa sejenak melupakan segala masalahnya terutama kekesalannya pada Duke of Roxeburghe.

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang